All Chapters of Pamanmu Adalah Suamiku: Chapter 51 - Chapter 60

63 Chapters

51. Pertemuan Sesaat

"Tidak mungkin!” Alena berkata sembari menggelengkan kepalanya.  “Apa yang tidak mungkin?” tanya Brian yang sudah masuk ke dalam kamar dan mendengar Alena bicara dengan dirinya sendiri.  Alena tidak menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh Brian padanya. Dia menyimpan ponselnya di atas nakas. Lalu dia kembali merebahkan tubuhnya dan memejamkan matanya. 
Read more

52. Drama Baru

Alena mengejar Brian dan masuk ke dalam mobil. Dia kembali mengatakan pada Brian untuk tidak melukai keluarganya. Namun, Brian hanya diam dan tidak menimpalinya. “Aku harus ke perusahaan dulu. Bisakah kamu menunggu aku sebentar saja?” tanya Brian pada Alena.  
Read more

53. Akhir Dari Semuanya

Alena terus memandangi ibunya dan ingin tahu juga apa yang akan diberikan oleh sang ibu pada Brian. Terlihat sekilas ada senyum yang muncul dari kedua ujung bibir Erica.  Mungkin sang kakak berpikir jika penawaran sang ibu sangat bagus. Sehingga membuat Brian akan menerimanya. Akan tetapi, dia melihat ada yang berbeda dengan sang ayah yang tidak terlalu banyak bicara.
Read more

54. Menghilang Bak Ditelan Bumi

Alena membuka kedua matanya. Pandangannya masih kabur dan tidak tahu dengan yang sudah terjadi padanya.  “Dia sudah siuman,” teriak seseorang yang terdengar samar oleh Alena.  Tidak berselang lama tiba beberapa pria dan seorang pria memeriksa keadaannya. Beberapa menit kemudian Alena pun sudah bisa melihat dan mendengar dengan jelas. 
Read more

55. Jangan Menyentuhku

"Bukan seperti itu, Alena! Aku mendapatkan kabar jika kamu mengalami kecelakaan. Namun, hingga saat ini aku melihatmu di depan mataku.” Alena tersenyum simpul lalu berkata, “Mungkin dengan kalian tahu jika aku mati itu sangat bagus untukku.” “Thoe, apakah
Read more

56. Sungguh Menyulitkan

"Maafkan aku karena aku tidak bisa mengatakannya,” jawab Desi dengan nada menyesal. Alena terus memandangi Desi. Dia masih penasaran dengan sikap wanita yang saat ini beranjak dan meninggalkannya. Alena masih duduk dan memperhatikan yang ada di depannya. Dia kembali mengambil segelas minuman yang diberikan oleh pelayan yang menghampirinya. Pandangannya masih tertuju pada sang kakak yang begitu nyaman berada di sisi Daren. “Sebenarnya apa yang kamu inginkan? Bukankah kamu menginginkan, Brian?” gumam Alena yang tidak paham dengan sikap kakaknya. Dia juga teringat dengan sang kakak yang berkhianat dengan Theo. Semakin dipikirkan maka semakin sulit bagi Alena untuk menilai tentang kakaknya. Tidak begitu lama dia pun melihat Erica yang mendekat ke arah Brian yang sedang berbicara dengan seorang pria dan wanita. Dia berpikir jika pria dan wanita itu adalah sepasang kekasih. Sekarang dia juga melihat Erica yang begitu luwes bersama dengan Brian dan yang ada di hadapan mereka. “Sud
Read more

57. Semakin Menjijikkan

Alena melihat ke arah orang yang mengatakan jika yang dilakukan olehnya dan Brian menjijikkan. Namun, entah mengapa dia malah makin ingin memperlihatkan yang lebih jauh lagi. “Kita perlihatkan semenjijikkan apa kita berdua,” ucap Alena sembari tersenyum.  
Read more

58. Akhirnya Pergi

Alena membuka pintu kamarnya. Dia melihat Erica yang begitu geram dan seperti akan menerkamnya. Secara refleks dia mundur karena sang kakak mau menyerangnya. “Ada apa denganmu?” tanya Alena setelah berhasil menghindari serangan sang kakak.  &ld
Read more

59. Tidak Bisa Tenang

Alena menghela napasnya karena dia berpikir jika hidupnya memang tidak bisa tenang. Dia melihat ke arah orang yang berdiri di hadapannya dengan wajah tanpa dosa orang itu duduk di seberangnya. “Apa aku tidak bisa merasa tenang dalam hidupku ini?” gumam Alena sembari melihat orang yang ada di depannya yang tidak lain adalah Theo.
Read more

60. Semua Pria Sama

Alena melihat ke arah wanita yang baru saja masuk ke dalam ruang kerjanya. Dia sama sekali belum pernah bertemu dengan wanita itu. Akan tetapi dia merasa familier dengan wajah wanita yang ada di depannya. “Mengapa kamu diam? Apakah kamu tidak rela meninggalkan para pria dari keluarga Oliver?” Wanita itu kembali bertanya pada Alena dengan nada sombong. “Kamu sama sekali tidak berhak menyuruhnya untuk melepaskan ....” “Diam kamu, Carla! Kamu tidak berhak ikut campur dengan urusanku!” Wanita itu memotong perkataan Carla sebelum menyelesaikan kalimatnya. Wanita itu terus saja bicara dengan nada tinggi. Seraya dirinya sedang memarahi wanita yang sudah mengganggu pria yang dicintainya. Alena hanya dia dan memperhatikan wanita itu. Alena berusaha untuk tenang meski sekarang dia melihat wanita itu memarahi Carla. Serta mengatakan jika Carla adalah wanita yang penuh dengan kesialan. “Cukup! Tidak ada istilah orang sial! Kematian dan kepedihan itu sudah takdir. Setiap manusia diberikan k
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status