Regantara menarik lepas dasinya, melepas manik-manik kemejanya dengan tak sabar, sementara sepasang kakinya mengunci setengah tubuh Vania untuk membuatnya tetap berada di bawah kungkungannya. “Pertama,” ucap Regantara sembari menyatukan kedua tangan Vania di atas kepalanya, “aku tidak pernah menyukai seorang wanita pun selain kamu.” Lelaki itu kembali melumat bibir Vania, membuat perempuan itu kewalahan karena tak bisa bernapas. Regantara menyesakkan lidahnya, merasakan dan mengabsen satu demi satu deretan gigi di dalam rongga mulut Vania. “Kedua, kamu adalah satu-satunya alasan aku menolak perjodohan itu,” bisik Regantara di telinga kekasihnya. Hembusan napas lelaki itu mengenai leher Vania, membuat tubuhnya berjingkat sambil menelan salivanya. Napasnya mulai terengah merasakan deburan hasrat lelaki yang sedang mengungkungnya. “Ketiga, terima kasih karena kejadian ini, aku jadi tahu perasaanku tidak bertepuk sebelah tangan,” lirihnya di telinga Vania, “dan yang terakhir … aku ti
Baca selengkapnya