Martin mendekati Silvia. Gadis yang merupakan putri kakak Andini itu melangkah ke belakang. Wajahnya terlihat semakin gelisah saat lelaki itu semakin dekat kepadanya. “Sil, sebenarnya aku tidak ingin melibatkanmu dalam persoalan kami,” ujarnya seolah dengan kalimat itu, ia bisa menenangkan hati gadis di hadapannya, “tapi aku butuh seseorang yang mau mendengarkan aku, mengerti perasaanku dan mau menerima aku apa adanya.” Martin mendaratkan tangannya di pundak gadis itu. Namun ia menghela napas kecewa karena Silvia justru tertunduk, seakan sengaja menyembunyikan kepalanya. “Tante kamu berubah. Cinta di antara kami sepertinya sudah luntur,” lanjutnya, “mungkin ini adalah ganjaran karena aku sudah mengkhianati mantan istriku.” “Om, jangan.” Silvia menghalau tangan Martin yang mulai mengusap lembut wajahnya. “Sebentar saja, Om janji … tante kamu nggak bakal tahu yang kita lakukan,” ucap Martin memaksa, “lima menit … beri aku lima menit. Dan jika kamu tidak menyukainya, kita tidak akan
Baca selengkapnya