Semua Bab Terjerat Hasrat Tuan CEO: Bab 31 - Bab 40

63 Bab

Cuma Pengganti

Vania menyandarkan kepalanya di dada suaminya. Ia merasakan suara detak yang teratur dan begitu menenangkan. Dada bidangnya bahkan masih terasa naik turun saat oksigen masuk dan memompa paru-parunya. Regantara membelai punggung polos istrinya dengan lembut. Ia tahu semua keresahan yang ada di dalam hati perempuan di sisinya. “Baiklah, aku harap kamu bisa menyelesaikan masalah ini secepatnya,” ucap Vania dengan perasaan yang lebih lega. “Seharusnya kita tidak menyembunyikan pernikahan kita, sehingga semua masalah ini tidak perlu terjadi,” sahut Regantara, “dengan begitu, mereka tak akan pernah berani mengatai istriku, bahkan mereka akan berlaku manis di hadapanmu.”“Iya, aku tahu. Tapi … dengan begitu aku tidak akan bisa menikmati pembalasan yang aku inginkan, karena kamu yang melakukannya untukku.” Vania mendongakkan kepalanya, menatap suaminya yang masih terlihat kelelahan akibat aktivitas yang baru saja mereka lakukan. “Syerly hendak memasang nama Andini sebagai cadangan untuk m
Baca selengkapnya

Pion Pion Kemenangan

“Tidak akan terjadi apa-apa,” sahut Vania dengan seulas senyuman tipisnya, “dan aku yakin dia tak akan kamu pakai dalam acara itu.” Brak! Pintu di belakang Vania terbuka dengan keras, saking kerasnya pintu itu menabrak tembok di belakangnya. “Aku harap kamu menarik kata-katamu sekarang juga!” Seru Andini dengan wajah kesalnya. “Aku sama sekali tidak berminat untuk tampil sebagai artis cadangan dalam acara itu.”“Dan kamu, Vina. Awalnya aku rasa bisa berteman denganmu. Tapi ….” Andini menggelengkan kepalanya. “keparat kamu … punya dendam apa kamu sama aku, huh!” Andini melotot dengan kedua tangan bertolak di pinggangnya.Vania berdiri dari kursinya. Dengan ketenangan sikapnya ia melipat kedua tangannya di dada. “Nggak ada, aku hanya menyayangkan, seorang artis berbakat seperti kamu, kenapa harus hanya menjadi cadangan dalam even besar seperti ini. Sayang sekali bukan?” Syerly menatap kawannya, ia terkejut mendengar kalimat yang terdengar seakan memprovokasi Andini itu. Tapi ia tak
Baca selengkapnya

Dibawah Hangat Pelukanmu

“Siapa yang berani masuk ke dalam tanpa izinku,” tutur Regantara.Lelaki itu kembali menikmati tubuh indah istrinya dengan sentuhan jemarinya. Merasakan kelembutan kulitnya yang lembab terawat dan terus menyusuri lekuk tubuh indah itu hingga ke bawah. Vania mendongak ke atas, tubuhnya sedikit terangkat saat dirasakannya jemari itu menyentuh bagian intinya, jemari itu menyusup di antara segitiga maron berbahan renda yang menutupi ceruknya. Bibirnya sedikit terbuka menyebut nama suaminya dengan suara lirihnya. Gelenyar kenikmatan dirasakannya saat jemari itu menyentuh titik sensitifnya, memancing hasratnya untuk meminta lebih. Jiwanya meronta, terbakar gairah yang menuntut pelampiasan. Gerakan sensual yang berpadu seakan sebuah tarian erotis yang begitu indah. “Vania.” Suara parau itu kembali terdengar. Lelaki itu menatap pujaannya dengan penuh hasrat. Liukan tubuh di bawah kungkungannya itu terlihat begitu sensual, membuat hasratnya semakin menggila.Dikecupnya gumpalan kenyal di
Baca selengkapnya

Kamu Memang Nggak Becus!

“Pak Regan!” Suara itu terdengar sangat dekat, seolah Pak Agus – HRD nya, berada di dalam ruangan itu. Regantara segera bangkit dari sofa, membebaskan Vania yang ada di bawahnya. Segera disambarnya gaun istrinya untuk menutup tubuh wanita yang dicintainya. Ia menghela napas panjang untuk meredakan perasaan kesalnya. “Pak Regan.” Panggilan itu sekali lagi terdengar di dalam ruangan itu. Regantara menepuk keningnya saat menyadari jika suara itu terdengar dari pesawat telepon di mejanya. Ia ingin sekali menghancurkan benda di atas mejanya yang telah berhasil membuat jantungnya nyaris berpindah lokasi. Namun segera diurungkannya niatnya, karena ia tak ingin Vania merasa tak nyaman. “Pak Agus, bisa bantu aku?” kesal Regantara, “bawakan aku dua gelas americano dari cafe Darius langgananku. Lalu ambil pesananku di resto sushi yang ada di depannya.” “Uhm … tapi Pak, semua team finance sudah berkumpul di ruang meeting menunggu Bapak,” ucap Agus, salah satu orang kepercayaan Regantar
Baca selengkapnya

Pengkhianat Cinta

Martin mendekati Silvia. Gadis yang merupakan putri kakak Andini itu melangkah ke belakang. Wajahnya terlihat semakin gelisah saat lelaki itu semakin dekat kepadanya. “Sil, sebenarnya aku tidak ingin melibatkanmu dalam persoalan kami,” ujarnya seolah dengan kalimat itu, ia bisa menenangkan hati gadis di hadapannya, “tapi aku butuh seseorang yang mau mendengarkan aku, mengerti perasaanku dan mau menerima aku apa adanya.” Martin mendaratkan tangannya di pundak gadis itu. Namun ia menghela napas kecewa karena Silvia justru tertunduk, seakan sengaja menyembunyikan kepalanya. “Tante kamu berubah. Cinta di antara kami sepertinya sudah luntur,” lanjutnya, “mungkin ini adalah ganjaran karena aku sudah mengkhianati mantan istriku.” “Om, jangan.” Silvia menghalau tangan Martin yang mulai mengusap lembut wajahnya. “Sebentar saja, Om janji … tante kamu nggak bakal tahu yang kita lakukan,” ucap Martin memaksa, “lima menit … beri aku lima menit. Dan jika kamu tidak menyukainya, kita tidak akan
Baca selengkapnya

Kegelisahan Silvia

“Apa yang kamu lakukan di kamar Silvia?” Sambutan Andini sontak membuat Martin gelagapan. Namun ia segera menyembunyikan rasa terkejutnya. “Nggak ada,” sahutnya dengan acuh, “cuman pinjam charger.” Andini mengerutkan keningnya, menatap lelaki di hadapannya dengan penuh kecurigaan. Namun kecurigaan itu lenyap saat melihat kabel yang menjuntai dari saku celananya. “Memang … charger kamu kenapa?” “Aku lupa kusimpan dimana,” sahutnya acuh dan langsung melalui Andini yang masih berdiri di depannya. “Beb.” Panggilan itu menghentikan langkah Martin. Lelaki itu bergeming di tempatnya dengan dada berdebar. “Kita perlu bicara.” Sesaat Martin terdiam, lalu dengan acuh ia kembali melangkah meninggalkan Andini. Melihat keacuhan lelakinya, Andini segera mengikuti langkahnya hingga masuk ke kamar mereka. Andini menghela napas dengan perasaan kesal. Ia sudah cukup mengalah sampai di titik ini. Bahkan ia kembali setelah mendapatkan tamparan dari lelaki pengangguran itu. “Ap
Baca selengkapnya

Kamu Adalah Candu

Silvia segera kembali ke kamarnya. Ia segera menenggelamkan diri ke dalam selimutnya. Bayangan tantenya yang meracau dengan wajah erotisnya saat Martin menyesap di ceruk kenikmatannya, membuat dirinya tak dapat menahan hasratnya. Ia bergelung dalam selimutnya, sementara jemari tangannya mulai bergerak menyentuh miliknya sendiri. Ia membayangkan jemarinya adalah pamannya yang sedang bermain di dalam ceruk kenikmatan miliknya.“Ugh ….” Desahnya saat menemukan titik yang meninggalkan sensasi yang hebat. Tapi rasanya sama sekali berbeda. Ia lebih suka jika Martin yang melakukannya. Ah … seandainya saja tadi ia tidak menolak Martin.Vania mengerjapkan matanya saat sinar matahari mengenai wajahnya. Ia tersipu saat mengingat betapa panasnya aktifitasnya dengan suaminya semalam. Bahkan ia masih bisa merasakan kehangatan yang tersisa.Ditatapnya lelaki yang masih lelap dalam tidurnya itu dengan penuh kekaguman. Menikahi Regantara sama sekali bukan impiannya. Mereka bahkan disatukan nasib kar
Baca selengkapnya

Reuni

“Jangan katakan kamu tidak mempertaruhkan perasaanmu dengan cara yang konyol. Bukankah kita menikah karena sebuah surat perjanjian?” Protes Vania. “Tapi ini dua hal yang berbeda. Aku bertaruh dengan waktu untuk mendapatkan cinta darimu,” sahut Regantara. Lelaki itu meraih tangan istrinya dan mengecupnya dengan lembut. “Dan dewi fortuna pun sepertinya mendukungku,” lanjutnya, “dia membuatmu jatuh cinta padaku.” Vania tersenyum dengan canggung. Ia merasa tak nyaman dengan gaunnya yang terlalu minim, baik di bagian atas maupun di bagian bawah. Beberapa kali ia berusaha menarik turun dan naik gaun cantik itu. “Astaga, semoga acara itu bukan pesta kebun,” gumamnya, “aku bisa masuk angin karena gaun ini.” Regantara tertawa. “Jangan khawatir, aku siap menjadi selimut yang bisa menghangatkanmu kapanpun,” godanya. Vania membalas senyuman itu dengan kesal. “Wow … lihat siapa yang datang!” Suara bariton itu membuat orang-orang di sekitar Vania menolehkan kepalanya. Regantara segera m
Baca selengkapnya

Cerita Kita

Pisau itu terayun menyerempet lengan Regantara. Lengan kemeja putih yang dikenakannya pun menjadi merah karena noda darah. Namun itu tak membuat Dul Botak merasa puas dan menghentikan serangannya. Ia kembali mengayunkan pisau bermata dua di tangannya dengan gerakan yang cepat. Regantara muda dengan gesit mengelak ke samping dan memukul pergelangan tangan Dul Botak dengan tangannya, hingga membuat lelaki berkulit gelap itu kesakitan. Pisau terlepas begitu saja dari genggaman tangan Dul Botak, seolah sang takdir memberikan waktu untuk pemuda itu kabur menghindari pertarungan yang mulai tak seimbang itu. “MUNDUURRR!!” teriaknya pada kawan-kawannya. Ia tak mau ada korban ataupun pertumpahan darah di antara kawan-kawannya. Bukan karena takut, tapi karena adanya senjata tajam. Ia berlari tanpa tahu arah, menyelinap di antara deretan bangunan. Hingga suara langkah Dul Botak yang mengejarnya tak lagi terdengar. Napasnya terengah dipadu dengan debaran jantungnya yang sangat cepa
Baca selengkapnya

Membalikkan Keadaan

Mobil di depan mereka menghidupkan lampu jauhnya, sengaja membuat kedua makhluk di dalamnya kelabakan. “Sialan!” umpatnya sambil mengarahkan telapak tangannya untuk menghalangi cahaya terang itu masuk ke matanya. Ia baru saja membuka pengunci pintu mobilnya, hendak menegur siapapun yang sengaja melakukan hal menyebalkan itu. Tapi Vania segera meraih tangannya dan menghentikan niatnya. “Jangan,” pintanya, “kita pulang saja, ya.” Masih dengan perasaan kesal, lelaki itu memutar kemudinya dan berlalu dari tempat itu. Semua berjalan sesuai rencana. Seperti yang telah disepakati oleh semua pihak, kedua artis terpilih akan tampil bersama dalam event Festival Gemerlap Buana yang disponsori oleh Adiguna Regantara Group. Para penonton yang hadir, telah memadati gedung convention. Panggung gemerlap yang sengaja disediakan, telah tertata dengan layar besar sebagai backgroundnya. Sebuah pertanda bahwa sebuah even spektakuler akan segera dimulai. “Kamu nggak papa, Vin?” tanya Andini yang ter
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status