All Chapters of Just For Fun, Gak Boleh Baper! (Trilogi Just, Seri-2): Chapter 31 - Chapter 40

59 Chapters

BAB 31: Pengkhianatan dan Kepercayaan

BrandonLisa menyelamatkan Arini dengan mengajaknya segera pergi berbelanja. Dia membawa Farzan juga, sementara Brandon harus disandera oleh ayahnya. Jika dibiarkan meja makan akan memanas dan terjadi kebakaran dahsyat di kediaman keluarga Harun.“Apa maksud Papa mau carikan jodoh buat Iin?” Brandon memecah keheningan yang tercipta di antara ayah dan anak tersebut. Suhu ruang kerja Sandy naik drastis akibat tingginya lahar yang membakar tubuh pria itu.“Papa hanya ingin berniat baik, Bran.” Sandy menaikkan kaki kanan di atas kaki kiri dan bersandar nyaman di sofa ruang kerja. “Ya, sebagaimana Papa sudah bersedia kasih dia beasiswa.”“Jangan lupa. Arini sudah Papa anggap seperti anak sendiri, sama seperti kamu,” sambung Sandy menunjuk ke arah Brandon.“Tapi nggak harus carikan jodoh buat Iin. Apalagi buat aku!” tegas Brandon menaikkan volume suara.Brandon menahan diri untuk tidak memaki Sandy. Bahkan sejak tahu sang Ayah menikah lagi, ia lebih baik menghindar dan meninggalkan rumah da
Read more

BAB 32: Bidadari yang Menawan Hati

BrandonSenyum merekah di paras tampan Brandon ketika mengenakan pomade. Jari-jarinya terus bergerak menata rambut model layered undercut yang menjadi ciri khas sejak kuliah. Dalam waktu singkat tidak ada lagi rambut yang menutup kening. Helaiannya telah berbaris rapi.Brandon mematut kemeja chambray biru muda yang dikenakan. Setelahnya memastikan kemeja itu masuk dengan rapi di celana chino berwarna navy. Gayanya casual, tapi memancarkan pesona yang dimiliki. Kesan Cassanova masih tampak jelas di sana.Ini adalah kencan pertamanya dengan Arini. Brandon ingin semua berbeda dari hang-out yang pernah mereka lalui sejak bersahabat sebelas tahun lalu. Jika sebelumnya mereka hanya pergi makan-makan, lalu menonton film. Maka malam ini, ia ingin memberikan kesan romantis. Candle light dinner akan menjadi pilihan pertama, setelah itu dilanjutkan dengan menonton film di kelas velvet yang lebih private.“Oke. Waktunya pergi,” serunya senang.Brandon segera meraih jaket kulit yang sering dikenak
Read more

BAB 33: Melewati Malam Menggairahkan

Brandon masih terpesona melihat penampilan baru Arini yang benar-benar memukau. Kulit kuning langsat nan mulus terekspos begitu saja, karena gaun itu tanpa lengan. Ingin sekali rasanya menyeret wanita itu pulang dan bercinta sepanjang malam di apartemen. Namun, Lisa sudah memesan tempat di restoran mewah dengan pemandangan yang luar biasa.Arini malah terkesima menyaksikan pemandangan luar restoran. Kerlap-kerlip lampu gedung berbaur dengan kendaraan, ditambah dengan penerangan jalan raya yang memperindah penampakan di luar sana. Lisa penuh kejutan, karena telah mempersiapkan meja yang berada di sudut restoran dengan latar pemandangan sebagian kecil kota Jakarta Pusat.“In,” panggil Brandon meraih jemari Arini yang terkulai di atas meja.“Hmmm?” Arini mengalihkan perhatian kepada Brandon yang tak kalah tampan malam ini.“Cantik,” pujinya meski kata cantik masih belum cukup mewakili paras wanita itu.Perut Arini terasa melilit saat melihat cara pria itu memandangnya. Baru sekarang Bran
Read more

BAB 34: Bertemu Mantan Rival

BrandonKeesokan pagi, Brandon beringsut perlahan ke posisi duduk saat Arini masih berkelana di alam mimpi. Tangannya bergerak meraih ponsel Arini yang ada di atas nakas. Setelah mendapatkan telepon dari Desta tadi malam, ia langsung menonaktifkan gadget tersebut dan menyuruh wanita itu tidur.Brandon menyalakan handphone tersebut dan mengganti mode menjadi sunyi. Dia membuka layar ponsel, lalu memasukkan nomor pin. Jangan ditanya lagi bagaimana ia tahu pin gadget tersebut. Tidak ada rahasia di antara dirinya dan Arini, termasuk mengetahui pin ponsel dan ATM masing-masing.Sesuai dugaan, Desta mengirimkan pesan melalui aplikasi chat Whatsapp. Mata Brandon berubah tajam ketika membaca isi pesan tersebut.+6281374xxxxx: Abang mau ketemu sama kamu, Rin. Ada yang mau abang bicarakan.Tawa singkat meluncur di sela bibir Brandon. “Abang,” desisnya super pelan. Sesaat kemudian dia merasa heran kenapa Desta bisa berada di Jakarta?Jari-jari panjang milik Brandon langsung menari mengetikkan ba
Read more

BAB 35: Ketulusan Fahmi dan Rasa Bersalah Arini

Arini“Nanti kalau pulang, langsung kabari biar gue jemput,” kata Brandon setelah Arini turun di depan gerbang masuk gedung.Arini memukul pelan lengannya. “Jemput apaan. Lo hari ini masuk siang kok,” cibirnya menjulurkan lidah.Brandon menarik tangan Arini, sehingga mereka berdekatan. Mata sayu itu menatap bibir mungil yang baru saja menggodanya.“Jangan keluarin lidah lo di tempat umum, kalau nggak mau bikin gue khilaf dan cium lo,” cecar Brandon berusaha menahan diri untuk tidak memagut bibir ranum Arini.Wajah Arini langsung memerah, karena malu telah memancing Brandon di tempat terbuka. Tak lama bola mata cokelatnya berputar malas.“Gue masuk dulu ya,” pamitnya melambaikan tangan kepada Brandon.“Kiss-nya mana?” celetuk Brandon usil.Kelopak mata Arini langsung melebar protes. Wajahnya berkerut-kerut saking kesal dengan perkataan Brandon barusan. Yang dipelototi malah cengengesan, kemudian menurunkan kaca helm sebelum bersiap menarik lagi gas motor.“Cie pagi-pagi dianterin sama
Read more

BAB 36: Kekesalan Brandon

AriniPagi-pagi, Arini sudah sibuk memilih pakaian yang akan dikenakan Brandon yang akan bertemu dengan wanita pilihan Sandy siang ini. Dia mematut lama isi lemari selama beberapa menit, tapi masih belum menemukan yang cocok.“Udahlah, In. Pakai yang biasa aja,” kata Brandon dengan nada lelah.Arini menggeleng pelan. “Lo harus beda, Bran. Pakai kemeja formal kalau bisa.”Pria itu mendesah pelan, kemudian memegang bahu Arini dan memutar balik tubuhnya. “Gue nggak lagi kencan ya. Ingat, gue terpaksa ketemu sama cewek itu,” ujar Brandon menatap serius.“Tapi tetap aja ‘kan, dia jadi calon istri lo.” Tiba-tiba hati Arini terasa sakit saat menyebut kata calon istri. Bayangan akan kehilangan Brandon muncul begitu saja di pikiran.“Calon istri gue hanya lo, In. Nggak ada yang lain.”“Kalian dijodohkan, Bran. Pasti nanti bakalan nikah.”“Lo pengin gue batalin rencana ini kalau ngomong kayak gitu lagi?” Brandon mengancam Arini sungguh-sungguh. “Pertemuan ini nggak ada artinya, In. Perjodohan s
Read more

BAB 37: Wanita Bernama Sheila

Masih BrandonBrandon dan Sheila saling berbagi tatapan dingin ketika duduk berhadap-hadapan. Dilihat dari atas kepala hingga kaki, tidak ada satu pun dari wanita itu yang menarik perhatiannya. Wajah manis yang terpampang itu hanya karena dihiasi make-up. Brandon bisa memprediksi bagaimana parasnya tanpa make-up.Kulit sawo matang yang terlihat eksotik di tubuh Sheila tidak mampu membuat Brandon menelan ludah, apalagi menghadirkan sengatan listrik. Padahal, wanita itu mengenakan pakaian tanpa lengan yang memperlihatkan kulit mulusnya. Satu hal yang menonjol dari Sheila, yaitu pakaian bermerk yang harganya tidak main-main.“Mau sampai kapan kita dieman kayak gini?” cetus Sheila dengan dagu terangkat ke atas. Gaya gadis kelas atas benar-benar terlihat dari caranya duduk dan bicara.Brandon mengangkat bahu singkat. “Bingung mau bicara apa. Kamu bukan tipeku.”Mata hitam lebar Sheila membesar seketika. “What?”Wanita itu tertawa keras seraya mengibaskan rambut pendek ke belakang. Dia mena
Read more

BAB 38: Perasaan yang Tidak Menentu

Brandon memandang wajah Arini dengan saksama. Tergambar kecemburuan luar biasa, walau seberapa keras wanita itu menyembunyikannya. Senyum penuh makna terbit di paras tampannya.“Iya, ‘kan? Dugaan gue benar, ‘kan?” Arini menurunkan tangan dengan lesu dari tengkuk Brandon. Dia melangkah gontai menuju sofa, kemudian mengambil sling bag dan tas ransel berisi pakaian.“Mau ke mana?” tanya Brandon bingung.“Balik ke kosan. Udah kelar semua, Bran. Gue nggak dibutuhkan lagi,” ujarnya berusaha menegakkan lagi tubuh yang sempat lemas.Membayangkan Brandon akan menikah dan bercinta dengan perempuan itu, benar-benar membuat Arini gila. Lebih baik dia segera pergi dari sana dan menenangkan diri. Sementara pria itu masih mempelajari gerak-gerik Arini. Ah, lebih tepatnya menikmati kecemburuan yang sangat langka.Selama kenal, Arini cuek dan tidak pernah menunjukkan ekspresi seperti ini. Entah kenapa Brandon suka melihatnya begini. Tampak lebih menggemaskan, dan membuatnya ingin menarik wanita itu se
Read more

BAB 39: Usaha Keras Arini

Arini uring-uringan setelah Brandon mendapatkan telepon dari Sheila. Bagaimana tidak? Wanita itu ingin bertemu, agar bisa membahas permasalahan yang mereka hadapi. Harus ada jalan keluar dari masalah ini.“Pokoknya kita harus ketemu hari ini juga. Gue nggak mau tunda-tunda lagi!” Begitulah yang diucapkan Sheila ketika menelepon Brandon.Alhasil Arini panik luar biasa, karena tidak memiliki pakaian yang pantas untuk dikenakan bertemu dengan Sheila. Ingin sekali rasanya mangkir dari pertemuan itu, tapi ia diminta turut serta dalam diskusi. Sheila seperti ingin memastikan dengan mata kepala sendiri, apakah benar Brandon punya pacar atau tidak. Dia tidak ingin mengambil risiko jika pria itu hanya berpura-pura memiliki kekasih, padahal masih jomlo.“Gaun gue ada di kosan, Bran.”“Udah pakai baju ini aja. Udah cantik kok.”“Nggak mau ah! Kalah gaya dong. Gue nggak mau malu-maluin lo.”“Ya udah kalau gitu gue temenin lo ke kosan jemput gaunnya sekarang. Masih ada waktu tiga jam untuk siap-si
Read more

BAB 40: Mengendalikan Diri

Arini menarik dan mengembuskan napas perlahan, berusaha mengendalikan emosi yang mulai bergejolak. Dia tidak terima Brandon dihina oleh Sheila seperti itu. Apa haknya berkomentar kalau pria itu tidak cocok dengannya? Sampai mengatakan ia dipelet segala.Wanita berambut panjang itu berusaha mengendalikan diri. Tidak boleh terjadi keributan di sini, apalagi bisa memengaruhi perjodohan. Bahaya jika Sheila mengadu kepada ayahnya dan bercerita tentang Arini.Ketika ingin merespons perkataan Sheila, Arini melongo melihatnya memasuki flat tanpa permisi. Embusan napas keras terdengar jelas dari sela hidung mancung nan ramping miliknya.“Gue bilang juga apa,” bisik Brandon pelan di telinga Arini.Tatapan mata cokelat lebar Arini tampak tajam ke tempat Sheila berdiri. Dia mengamati wanita itu sedang memantau kondisi bagian dalam flat dengan gaya angkuh. Dagu selalu naik ke atas dengan dada dibusungkan ke depan.Brandon yang menyadari Ade masih berdiri di depan pintu langsung memintanya masuk. P
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status