All Chapters of Just For Fun, Gak Boleh Baper! (Trilogi Just, Seri-2): Chapter 21 - Chapter 30

59 Chapters

BAB 21: Tidak Ada Jalan Kembali

BrandonBrandon menatap dingin Moza yang kini berdiri di depannya. Dia harus keluar dari lift ketika wanita itu mengajaknya berbicara. Malas. Itulah yang ia rasakan sekarang. Tidak ada lagi yang harus dikatakan, karena hubungan mereka telah berakhir bertahun silam.Kenangan enam tahun lalu, ketika Brandon mengikuti Moza ke hotel kembali berputar. Rasa sakit saat mengetahui siapa wanita itu sebenarnya, benar-benar membuat naluri laki-lakinya terluka.“Aku mau ngomong sama kamu, Bran. Please!” Moza memohon lima menit lalu.Harga diri Brandon benar-benar jatuh saat mengetahui, perempuan yang dicintai ternyata seorang wanita panggilan. Pengorbanannya tidak sebanding dengan apa yang diberikan Moza. Apalagi ia sampai kehilangan Arini yang menjaga jarak pada saat itu.Arini telah memperingatkan dirinya agar tidak tergiur dengan kecantikan semu dan penampilan seksi Moza. Namun, Brandon telah tergoda hingga akal sehat lenyap. Dia memilih kehilangan sang sahabat demi wanita yang tidak layak men
Read more

BAB 22: Bujukan Maut

Arini menatap ke dalam netra sayu Brandon. Tidak ada gurauan terlihat di sana. Pria itu serius dengan perkataannya. Tiba-tiba saja jantungnya berdebar membayangkan akan menikah dengan Bran.Sesaat kemudian, Arini kembali tersadar. Bukan waktu terbuai oleh perasaan. Ada hal yang jauh lebih penting dari perasaannya dan Brandon, yaitu Lisa dan warisan yang terancam lepas darinya. Satu detik kemudian bibir mungil itu tertarik ke samping, lalu mengeluarkan tawa keras.“Lo udah ngantuk, Bran. Capek banget pasti. Tidur gih,” katanya terdengar seperti perintah. Arini melarikan diri dari topik pembicaraan paling menakutkan tahun ini. Pernikahan.“Gue nggak lagi ngantuk, In.” Brandon melebarkan mata sayunya, agar Arini bisa melihat lebih lekat lagi. “Tuh. Malah melek banget dan nggak nguap juga.”Brandon tidak ingin menunda lagi. Bagaimanapun juga, ia harus mengutarakan keinginan dan keseriusannya untuk menikahi Arini.“Kok diam?” desaknya ketika Arini hening seribu bahasa.“Lo pengkhianat, Bra
Read more

BAB 23: Apa Itu Cinta?

Kening Brandon berkerut mendengar perkataan Arini. Mau menikah asalkan ia menerima perjodohan itu? Bagaimana mungkin? Mustahil mereka menikah, jika Bran setuju dengan perjodohan konyol tersebut.“Jangan bercanda deh, In. Lo mau nikah kalau gue terima perjodohan sialan itu?” Brandon berusaha mengontrol nada suara agar tidak meninggi.Arini mengangguk tanpa ragu.“Nggak bisa! Gimana gue bisa nikah sama lo kalau mau dijodohkan? Udah jelas nanti bakalan nikah sama cewek itu,” tutur Brandon keberatan.Jari-jari Arini membelai lembut pinggir rahang yang membingkai wajah Brandon. Tatapannya mengamati pria itu lekat.“Gue mau jadi selingkuhan lo untuk sementara, Bran.” Arini terus membujuk Brandon dengan segala cara.Brandon tertawa pilu, lalu menggeleng tegas. “Lo bukan selingkuhan gue, In. Lo sahabat gue. satu-satunya wanita yang akan jadi istri gue, bukan selingkuhan!”Pria itu menegakkan tubuh yang bersandar di punggung sofa, lalu memberi kecupan di bibir Arini. “Hanya lo orang yang ingin
Read more

BAB 24: Terciduk

Arini panik luar biasa. Dia langsung bangun, lalu mengambil semua pakaian yang tadinya tergeletak di lantai. Brandon juga melakukan hal yang sama, sebelum pintu kamar yang tidak dikunci terbuka sebentar lagi. Pria itu cukup mengenakan celana boxer untuk keluar dari sana.“Gue ke sana dulu,” cetus Arini ngacir ke kamar mandi tidak peduli dengan mata Brandon yang menatap liar ke tubuh polosnya. Andai saja Lisa tidak ada di apartemen, ia pasti sudah ikut ke kamar mandi bersama wanita itu.“Kamu sudah bangun, Bran?” Lisa mengetuk pintu kamar tiga kali, sebelum membukanya.Pintu kamar mandi terbuka bersamaan dengan kemunculan Lisa di sela pintu kamar. Wanita paruh baya itu mengerutkan kening melihat Brandon, lalu pindah ke arah tempat yang dilihat putranya. Sebagai seorang ibu, ia tahu Bran benar-benar tegang dan ketakutan.“Maaf kalau Mama masuk saja ke sini. Habis kamu ditelepon tidak ada jawaban,” ucap Lisa mengamati kondisi kamar Brandon. Matanya menyipit ketika menatap kasur yang bena
Read more

BAB 25: Rencana Lisa

Sumpah demi apapun, tulang kaki Arini terasa seperti jeli ketika berjalan keluar dari kamar. Setelah berdebat kecil dengan Brandon barusan, ia akhirnya memutuskan bertemu dengan Lisa di ruang tamu. Tidak ada jalan untuk kabur dari masalah ini. Apapun itu ia harus menghadapi, meski risiko kehilangan Brandon dan Lisa jauh lebih besar terjadi.Kepalanya menunduk sangat dalam di sela perasaan yang berkecamuk. Malu lebih mendominasi sekarang. Apa yang akan dikatakan kepada Lisa? Arini berani bertaruh reaksi wanita paruh baya itu akan sama dengan orang tua lain, setelah tahu ada wanita yang tidur dengan anaknya. Cap perempuan murahan tentu bisa disematkan, apalagi statusnya yang rentan dengan penilaian picik yaitu janda.“Rin,” sapa Lisa terdengar lembut. Tidak ada emosi yang terdengar dari nada suaranya.Arini masih belum berani mengangkat pandangan, meski Brandon memegang erat tangannya sebagai bentuk dukungan penuh. Terutama setelah mendengar sapaan bersahabat dari Lisa. Setidaknya wanit
Read more

BAB 26: Lampu Hijau dan Lampu Merah

“Hal pertama yang harus kamu lakukan, temui wanita itu minggu depan. Setelah itu kita diskusi lagi. Oke?” Lisa mewanti-wanti Brandon agar tetap menemui perempuan yang telah dipilih Sandy untuknya.“Rin. Tante minta kamu bersabar dulu ya, Nak. Tante akan cari jalan keluar untuk kita semua.” Lisa beralih kepada Arini, kemudian menepuk lembut punggung tangannya. Senyum haru terukir di paras yang masih cantik di usia paruh baya tersebut.“Sini peluk dulu.” Dia menarik Arini ke dalam pelukan seraya menarik napas berat. “Maaf kalau Tante egois. Tante sudah tidak sabar ingin ucapkan selamat datang di keluarga Harun, Nak.”Arini tersenyum tipis ketika perasaan bersalah bercokol di hati, karena telah membohongi Lisa. Ingin rasanya berkata bahwa ia tidak memiliki hubungan cinta dengan Brandon. Namun, bagaimana tanggapan Lisa jika tahu mereka hanya bersenang-senang, meski tanpa cinta? Ya, tidak sepenuhnya juga seperti itu, karena Bran telah melibatkan perasaan di sana.“Iya, Tan.” Hanya itu yang
Read more

BAB 27: Jaga Jarak?

AriniApa yang terjadi akhir-akhir ini sungguh di luar dugaan Arini. Mulai dari bercinta dengan sahabat sendiri hingga beberapa fakta yang ia baru ketahui. Termasuk dengan pengakuan cinta dari Brandon. Kadang-kadang perutnya menjadi mulas ketika memikirkan itu semua.Apalagi saat Lisa menjodohkan Brandon untuk mengalihkan pikirannya, karena tahu sang anak mencintai Arini. Belum lagi dengan rencana membuat Arini menyadari cintanya kepada Bran.“Astaga! Gue pasti lagi mimpi,” gumam Arini seraya menepuk keras kedua belah pipi. Beruntung tidak ada orang di lorong menuju lift gedung.Mata terpejam erat beberapa detik sebelum terbuka lagi. Tilikan mata cokelat itu berhenti saat melihat seorang pria bertubuh tinggi dan bermata sipit sedang tersenyum dari kejauhan kepadanya. Orang itu adalah Fahmi. Sepertinya baru saja kembali dari gerai Starglass membawa dua cup kopi hangat. Terlihat jelas dari jenis gelas yang dibawa.“Buat kamu, Rin,” kata Fahmi menyerahkan kopi yang ada di tangan kanan, “
Read more

BAB 28: Cemburu Buta

BrandonKedatangan Lisa yang mendadak tadi pagi, bagaikan embun penyejuk dalam hati Brandon. Tentu saja berkaitan dengan hubungannya dengan Arini, bukan perjodohan konyol tersebut. Dia lega mendapatkan lampu hijau dari sang Ibu, dan Arini juga tidak marah dengan pengakuan cintanya.Senyum yang mengembang langsung pudar ketika ingat dengan Fahmi. Penyesalan mulai menguasai diri, karena telah menjodohkan pria itu dengan Arini. Rasa takut akan penolakan dari wanita itu ternyata tidak menjadi kenyataan. Jadi tidak ada alasan baginya lagi menjodohkan sang sahabat dengan pria itu.Arini hanya miliknya. Dia tidak akan membiarkan siapapun merebut wanita itu, termasuk Fahmi. Rasa cemburulah yang mengantarkan Brandon tiba satu jam lebih awal di kantor. Bayangan Arini dan Fahmi bercengkerama seperti biasa, memenuhi rongga kepalanya sekarang.Setelah tiba di lantai tujuh, Brandon segera memasuki floor. Pandangan netra sayunya beredar di seluruh kubikel channel chat, mencari keberadaan perempuan b
Read more

BAB 29: Pertemuan Pertama dengan Farzan

Dua hari kemudianBibir mungil tertarik ke samping ketika merasakan seseorang memeluk tubuh dari belakang. Perlahan netra cokelat lebar itu mengerjap memandang pantulan diri di cermin. Terasa bibir lembab memberi kecupan di samping lehernya.“Udah bangun,” sapa Brandon saat merasakan Arini mulai bergerak kecil.“Hmmm ….” Arini memutar balik tubuh perlahan ke belakang. “Jam berapa sih?”“Baru jam lima. Tidur lagi aja kalau masih ngantuk,” anjur Bran seraya menyeka poni Arini.Kepala yang dihiasi rambut panjang itu menggeleng pelan. “Takut ketiduran. Janji ketemu Tante Lisa jam delapan soalnya di rumah.”Lisa meminta Arini untuk datang ke Menteng Dalam terlebih dahulu, sebelum menghabiskan waktu berbelanja. Rencananya mereka akan berangkat pagi dan kembali lagi sore hari. Jangan ditanyakan lagi bagaimana reaksi Brandon ketika tahu hal itu.“Ngapain sih belanja seharian? Kita sama-sama libur, In. Gue pengin kita di apartemen aja. Bercinta seharian.”“Kayak suami istri aja deh, bercinta s
Read more

BAB 30: Reuni Keluarga

Sepasang mata hitam kecil memandang Arini dan Brandon bergantian. Rahang yang membingkai bagian wajah yang masih tampak memesona itu mengeras. Pria paruh baya yang berdiri di depan mereka menarik napas singkat sebelum mengeluarkan rangkaian kata.“Sedang apa kalian berdua di dalam kamar dengan pintu tertutup?” Bukannya menyapa kedua insan itu, Sandy malah mengajukan pertanyaan dengan nada menghakimi.“Bukan urusan Papa,” tanggap Brandon menahan kesal.Sandy mematut lama Arini yang salah tingkah dan tidak berani menatapnya. “Kalian sudah dewasa, tidak pantas berdua saja di dalam kamar.”Brandon mendengkus menanggapi ucapan Sandy barusan. “Pantas? Oh, jadi menurut Papa punya anak di luar nikah itu lebih pantas?”“Brandon!” tegur Sandy meradang.“Kenapa? Aku salah?” tantang Brandon dengan sorot mata menegang.“Bran.” Arini memegang lengan Brandon sembari menggeleng pelan. Dia tidak ingin pria itu menjadi anak durhaka yang melawan kepada orang tua. Bagaimanapun, Sandy tetap ayahnya.“Sara
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status