Semua Bab Just For Fun, Gak Boleh Baper! (Trilogi Just, Seri-2): Bab 41 - Bab 50

59 Bab

BAB 41: Tamu Tak Diundang

Wajah Brandon menegang ketika melihat ke arah pintu. Tak hanya pria itu, tapi Sheila juga terkejut bukan main. Kenapa orang itu datang di saat yang tidak tepat? Apa yang diinginkannya?“Tante Ayu, Bran!” seru Sheila terlonjak berdiri, “suratnya umpetin!”Brandon malah melongo di sela napas yang terpacu keluar dari sela mulut dan hidung bersamaan. Amarah langsung memuncak saat mengenali wanita yang berdiri di depan Arini. Ah, tidak. Sekarang wanita itu memasuki flat tanpa izin.Sheila yang panik luar biasa langsung merampas kertas yang ada di tangan Brandon, lalu memasukkannya dengan cepat ke dalam tas.“Sheila? Kamu ngapain di sini?” sapa Ayu setelah melihat Sheila berdiri gugup.Sementara Arini hanya menunjukkan raut bingung mengamati interaksi Sheila dan wanita yang baru saja dilihatnya hari ini. Kening berkerut ketika coba menganalisa siapa dia? Kenapa wanita ini bisa kenal dengan Sheila dan Brandon?“Aku ketemu sama calon suami dong, Tante,” sahut Sheila berbohong dengan menyunggi
Baca selengkapnya

BAB 42: Tamu Tengah Malam

Tekad Arini sudah bulat. Dia telah mengambil keputusan resign dari perusahaan outsourcing dan bekerja untuk Lisa di The Harun’s Group. Bukan gaji dan jabatan yang diinginkan, melainkan membantu wanita paruh baya itu dengan ikhlas. Sudah bukan rahasia lagi, jika ia menyayangi Lisa seperti orang tua kandung sendiri.“Lo yakin?” tanya Brandon setelah Arini mengutarakan niat kemarin sore.“Setelah bertemu Ayu tadi, gue semakin yakin.”Arini menyayangi Farzan, tapi tidak dengan Ayu. Sikap pongah yang ditunjukkan istri kedua Sandy, membuat darah di dalam tubuh mendidih. Dia tidak akan membiarkan wanita itu menguasa harta jerih payah Lisa yang seharusnya untuk Brandon.Selang dua jam setelah itu, Lisa juga menelepon dan menanyakan hasil pertemuan Brandon dengan Sheila. Wanita paruh baya itu merasa lega mendengar penjelasan dari putranya.“Kalau begitu kamu tidak perlu khawatir, Rin. Percaya sama Tante dan Brandon. Kasih kami waktu dalam dua tahun untuk selesaikan semuanya.” Lisa mendesah ber
Baca selengkapnya

BAB 43: Bangunnya Singa Betina

Mata Arini terpejam ketika menarik napas besar. Rahangnya terkatup rapat, sehingga mempertegas pinggir wajah hingga dagu. Dia menoleh ke belakang memanggil Brandon.“Bran. Sini!” panggilnya mengeraskan suara, meski tidak perlu. Brandon hanya berdiri dua meter di belakangnya, sehingga masih bisa mendengar jika dipanggil dengan suara pelan.“Ada orang gila ngaku-ngaku lo kasih nomor flat, biar bisa ulang sejarah ranjang kalian. Gimana tanggapan lo?” sambung Arini seraya melipat kedua tangan di depan dada.“Berarti tingkat kegilaannya udah parah, In,” sahut Brandon tahu Arini tidak bisa dikibuli oleh Moza dengan mudah.Sekarang giliran Arini tersenyum miring seraya memegang pinggir daun pintu. Tangan kanan naik ke pinggang, begitu juga dengan sebelah alisnya.“Lo harusnya jadi penghuni RSJ (Rumah Sakit Jiwa) deh, Moz. Lo pikir gue percaya?” tutur Arini masih berusaha menahan darah agar tidak naik ke puncak kepala.Moza memutar bola mata ketika berjinjit. “Jangan bohong, Bran. Kamu yang k
Baca selengkapnya

BAB 44: Cinta Pertama dan Cinta Terakhir

BrandonPagi ini suasana hati Brandon terasa berbeda. Begitu ringan, hangat dan nyaman. Apalagi setelah mengetahui Arini jatuh cinta kepadanya. Semula, ia hampir meledek wanita itu karena terlalu sulit mengatakan cinta. Namun, ia sadar kalau ini adalah pertama kali bagi Arini jatuh cinta.Brandon tahu persis berapa pria yang hadir dalam hidup wanita itu. Satu-satunya yang pernah dipacari hanyalah kakak kelas mereka ketika SMA. Itu hanya sebagai pembuktian bahwa Arini adalah gadis normal, tidak seperti yang ditudingkannya. Kemudian, sahabatnya menikah setelah dijodohkan oleh sang ayah tanpa rasa cinta.Tentu saja Brandon merasa pria yang paling beruntung di dunia. Bagaimana tidak? Dia menjadi cinta pertama dan mungkin cinta terakhir Arini. Dan, dia juga yang telah merenggut keperawanan wanita itu. Dia berjanji tidak akan pernah membuatnya menangis dan akan menjaganya sepenuh hati.“Hidup sekali, jatuh cinta sekali walau menikah tidak sekali, Bran,” ucap Arini suatu waktu menirukan kali
Baca selengkapnya

BAB 45: Persiapan Tour Luar Negeri

Arini duduk persis di samping Brandon. Tubuhnya berdekatan, sehingga bisa merasakan kehangatan pria itu. Perhatian mereka tertuju kepada layar gadget pipih yang ada di tangan Brandon. Tampilan layar berganti dari pencarian tiket pesawat terbang, kemudian hotel. Tentu saja mereka membeli tiket dan voucher hotel di aplikasi TravelAnda.“Mau yang mana?” Brandon menoleh sedikit sambil menggeser ponsel ke depan Arini.Wanita itu meletakkan dagu di bahu Brandon, kemudian menggerakkan ujung jari telunjuk di layarnya. Dia bergumam sebentar dengan pandangan masih fokus melihat pilihan hotel mewah.“Perlu banget ya kita nginap di hotel dekat Twins Tower?” tanya Arini masih menggerakkan jari naik dan turun di layar handphone.Brandon mengangguk. “Biar lebih romantis. Coba lo bayangin deh Twins Tower pas malam. Trus kita lihat dari kaca jendela hotel sambil berpelukan,” jawabnya semangat.Decakan pelan keluar dari sela bibir mungil Arini. “Kebanyakan nonton film romance nih,” ledeknya.“Habis gue
Baca selengkapnya

BAB 46: Penampilan Memukau Arini

“Gimana? Bagus nggak?”“Make-up gue nggak menor, ‘kan?”“Rambut gue udah oke nggak?”Berbagai pertanyaan diajukan Arini sebelum berangkat ke acara ulang tahun perusahaan hari itu. Dia pulang dulu ke apartemen Brandon, selesai bekerja agar bisa meminta pendapat pria itu mengenai penampilannya. Jatuh cinta ternyata membuat Arini kerap memperhatikan penampilan.“Udah cantik, Iin sayang. Lo nggak pake make-up udah cantik, apalagi kalau nggak pake apa-apa,” komentar Brandon nakal.Tiba-tiba Brandon menjadi khawatir, jika orang-orang melihat kecantikan Arini yang selama ini bersembunyi di balik penampilan tomboinya. Bagaimana jika agent pria, terutama Fahmi melihat paras cantik wanita itu? Saingannya pasti akan bertambah.Dengan langkah dan tatapan awas, Brandon turun dari taksi online yang ditumpangi ke gedung acara. Dia menyambut Arini turun, memperlakukannya bagaikan seorang putri yang turun dari kereta kencana. Sikap possessive pria itu terlalu jelas sekarang. Apalagi Arini benar-benar
Baca selengkapnya

BAB 47: Malam yang Panas

Ruangan menjadi bising ketika direktur datang bersama dengan Moza. Beberapa di antara karyawan terdengar bergunjing mengenai sosok yang berjalan dengan orang nomor satu di perusahaan outsourcing tersebut. Topik pembicaraan semakin memanas sekarang.“Kayaknya dia deh yang jadi OM Preflight,” duga salah satu agent yang duduk di row belakang.Telinga Arini langsung tegak mendengar perkataan orang tersebut. Dia menoleh ke arah Brandon yang tampak tak acuh dengan kehadiran Moza. Pria itu hanya terkejut ketika melihat mantan pacarnya datang, setelah itu memilih tidak ambil pusing.“Emang Moza lulusan apa ya?” bisik Arini super pelan di telinga Brandon.Brandon hanya mengangkat bahu singkat. Dulu Moza mengaku sedang mengambil kuliah malam selama berpacaran dengannya. Namun, setelah fakta pekerjaan wanita itu terungkap, ia tahu kalau apa yang dikatakannya hanyalah dusta.“Udahlah. Biarin aja.” Brandon mendekatkan bibir ke telinga Arini. “Keluar yuk! Cari angin, sekalian mesra-mesra.”Arini be
Baca selengkapnya

BAB 48: Sebuah Kantong Misterius

“Baju tidur, check. Baju jalan-jalan tiga hari, check. Odol, sampo, sikat gigi dan sabun, check.” Arini memperhatikan dan mencentang list keperluan selama tiga hari di Kuala Lumpur. Dia ingin memastikan tidak ada yang terlupakan.“Udah lengkap semuanya, In. Tadi malam lo udah periksa semua loh,” kata Brandon memeluk Arini dari belakang. Dia melingkarkan tangan di depan perut yang ramping itu.Perhatian Arini teralihkan ke arah perut yang dipegang Brandon. Jantung tiba-tiba berdebar mengingat sampai hari ini, ia masih belum datang bulan. Bagaimana jika dugaannya benar? Apakah ia harus pergi lagi dari kehidupan Brandon, agar pria itu tidak membatalkan rencana perjodohan tersebut?Arini sudah bisa memprediksi apa yang akan dilakukan Brandon, andai dirinya benar-benar hamil. Pria itu pasti membatalkan perjodohan dan menikah dengannya. Kepala yang dihiasi rambut panjang itu menggeleng tegas, nyaris menabrak kepala yang ada di sampingnya.Gue nggak boleh hamil! Apa kata Mama, Papa dan Tante
Baca selengkapnya

BAB 49: Sisi Romantis Brandon

Keinginan untuk membuka kotak misterius yang diberikan Lisa, terpaksa diurungkan. Brandon memutuskan beristirahat, setelah memasukkan kotak itu ke dalam lemari hotel. Sebisa mungkin ia harus menahan diri untuk tidak membukanya, karena rasa penasaran yang masih mendera.Tepat dua puluh menit sebelum waktu makan malam, Brandon sudah tiba di kamar Arini. Wajahnya tampak lesu ketika melihat perempuan itu masih belum mengenakan gaun yang khusus diberikan untuk malam istimewa ini.“Kok nggak pakai gaun yang gue kasih?” tanya Brandon tidak bisa menutupi raut kecewa.Arini mendesah pelan. “Kita cuma makan malam dan pergi ke Petronas Twins Tower, Bran. Buat apa pakai gaun segala?”Sebelumnya, Arini kebingungan ketika membuka dua kotak yang diberikan Brandon beberapa jam lalu. Kenapa pria itu membelikan gaun dan sepatu bermerk kepadanya? Terutama sekali, sudah berapa rupiah yang ia rogoh membeli itu semua?Brandon mendekat, kemudian meraih pinggang Arini ke depan. “Lo nggak lihat gue pakai apa
Baca selengkapnya

BAB 50: Romantic Night

Bibir Arini perlahan tertarik ke samping. Kepalanya mengangguk cepat seiringan dengan senyum yang melebar.“Gue mau jadi istri lo, Bran. Gue mau nikah sama lo.” Kalimat itu keluar dari sela bibir dengan mata berkaca-kaca.Brandon langsung berdiri, kemudian memasangkan kalung berliontin matahari tersebut di leher Arini. Tampak begitu cantik dan indah di leher jenjangnya. Kelegaan jelas terpancar di paras pria itu mendengar jawaban Arini.“I love you, In. Makasih udah mau jadi istri gue,” ucapnya menarik tubuh ramping itu dan menghujani wajah tirus tersebut dengan kecupan.Waktu makan malam sebentar lagi. Mereka harus turun ke restoran sekarang. Kedua sejoli itu saling bergandengan tangan melewati tahap demi tahap menuju tempat makan malam dengan wajah dihiasi senyum.Brandon menutup mata Arini ketika memasuki restoran hotel. Langkah kaki melangkah pelan menuju meja yang telah dipesan khusus untuk makan malam. Perlahan tangannya turun, sehingga netra cokelat lebar itu mengerjap.“Bran?”
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status