Semua Bab Just For Fun, Gak Boleh Baper! (Trilogi Just, Seri-2): Bab 11 - Bab 20

59 Bab

BAB 11: Double Date

AriniBeberapa hari kemudianSepasang mata cokelat mengerjap perlahan saat mendengar ponsel berdering. Jemari panjang nan ramping kuning langsat bergerak mengambil ponsel di samping bantal. Kernyitan muncul di antara alis ketika pandangan terpaku ke layar gadget pipih tersebut.“Bran,” gumamnya berusaha menghalau kantuk yang masih terasa.“Tumben telepon pagi-pagi,” sapa Arini setelah menggeser tombol hijau.“Pengin denger suara lo pertama kali, In.” Suara serak Brandon sudah mewakili tanda ia baru saja bangun tidur.Kerutan di kening Arini semakin rapat. “Maksudnya.”“Ya, pengin suara lo yang pertama kali gue denger pas bangun tidur,” jelas Brandon diiringi tawa renyah, tapi terdengar malas khas orang bangun tidur.Arini berdecak seraya mengubah posisi tidur menjadi telentang. “Udah, ‘kan? Gue mau mandi dulu.”“Belum.”Kali ini wanita tersebut mendesah pelan. Andai sekarang ia menelepon pacar atau suaminya tentu ia akan senang mendengar kalimat yang dilontarkan Brandon. Namun, Arini
Baca selengkapnya

BAB 12: Gejolak

“Gue kangen ayam kecap buatan lo, In.”Itulah yang dikatakan Brandon agar Arini setuju pulang dengannya. Sumpah demi apapun, ia terganggu dengan kehadiran Fahmi di sisi sahabatnya. Jika sebelumnya Bran semangat menjodohkan pria itu dengan Iin, tapi sekarang berbeda. Dia benar-benar tidak mau melihatnya lagi di dekat wanita itu.Arini tetaplah sama dengan sebelumnya, yang menjadikan Brandon sebagai prioritas utama. Sejak dulu, ia tidak bisa menolak jika Bran sudah meminta sesuatu. Begitu kuat ikatan persahabatan yang terjadi di antara mereka.“Maaf, Bang. Kita ngobrolnya lain kali ya?” ucap Arini merasa bersalah kepada Fahmi, sebelum mereka pergi dari restoran. Dia bisa melihat kekecewaan yang tergambar di wajah pria itu.Namun, Fahmi mengerti kenapa Arini memilih pulang bersama dengan Brandon dibandingkan dengannya. Dia lebih dewasa dari sepasang sahabat tersebut, sudah seharusnya mampu berpikir dengan jernih. Mereka sudah bersahabat sejak lama, sementara ia hanya pendatang dan tidak
Baca selengkapnya

BAB 13: Just For Fun, Gak Boleh Baper!

Jantung Brandon berdebar semakin kencang ketika melihat rona merah yang terpancar di paras Arini. Tampak semakin cantik dan menarik. Inilah saat yang dinanti-nanti. Tiga centimeter lagi, bibirnya bisa merasakan manis dan lembut bibir mungil kemerahan itu.Hampir dua tahun menahan hasrat, jelas membuat Bran kehilangan kendali saat ini. Sama halnya dengan Arini, ia tidak lagi berpikir panjang. Logika telah lenyap, diambil alih oleh gairah yang bergejolak di dalam diri. Berdua di apartemen yang sepi. Tidak ada siapa-siapa dan bebas melakukan apa saja.Tangan yang lepas kini bergerak ke balik punggung Arini, sehingga bisa menarik tubuh ramping itu merapat ke tubuhnya. Brandon beringsut maju ke depan, memangkas jarak agar tidak lagi memberi jeda di antara mereka. Kinilah waktunya untuk melabuhkan kecupan di bibir mungil yang menjadi incaran Bran sejak lama.Mata sayu Brandon terpejam menjelang kedua bibir itu bertemu. Hanya kecupan lembut yang diberikan sebagai pemanasan. Dia ingin tahu bag
Baca selengkapnya

BAB 14: Memulai Seharusnya yang Tidak Terjadi

“Artinya setuju?” Brandon menatap lurus Arini ingin kepastian.Arini menarik bibirnya nyaris membentuk satu garis. Dia menghela napas dalam-dalam sebelum membuat keputusan.“Nggak boleh ada perasaan. Kita hanya partner di atas ranjang. Nggak lebih!” tegasnya setelah berpikir matang-matang. Rupanya setan menang dan bersorak riang mendengar keputusan Arini.Senyum mengembang di paras Brandon ketika mengangguk tanpa ragu. “Gue jamin nggak akan ada perasaan. Jangan khawatir.”“Kita nggak boleh lakukan tiap hari. Hanya ketika lo atau gue butuh.” Arini masih memberi persyaratan lain.“Oke. Setuju!” Dada Brandon rasanya ingin meledak membayangkan akan bercinta dengan sahabat yang didambakan sejak lama. Meski ia harus membulatkan tekad mengenyahkan segala bentuk perasaan di dalam hati.“Ada lagi?” sambungnya dengan sebelah alis naik ke atas.“Harus pakai pengaman dan kita nggak akan bercinta ketika gue dalam masa subur.” Arini masih bernegosiasi.“Noted.” Sesaat kemudian Brandon menepuk jidat
Baca selengkapnya

BAB 15: Arini Masih Virgin?

Ketika merasakan jiwa melayang, diayun-ayun oleh kenikmatan yang diberikan Brandon. Arini merasakan nyeri di area intinya. Alhasil ia mencengkram lengan pria itu dengan kuat, tak peduli dengan sakit yang disebabkan olehnya.“Pelan-pelan, Bran. Sakit!” cetus Arini sebelum Brandon melepaskan penyatuannya.Mata yang tadi terpejam perlahan dibuka, sehingga ia bisa melihat raut kaget di paras Brandon. Rona pucat tampak jelas di sana.“Kenapa, Bran?” tanya Arini penuh kebingungan.Pandangan Brandon naik ke wajah Arini dengan was-was. Perasaan bersalah mulai menghantuinya. Andai tahu kenyataan barusan, ia tidak akan mengajak wanita baik-baik ini bercinta.“Lo … beneran udah bercinta dengan Desta, In?” Brandon balik bertanya penuh hati-hati. Dia mengambil selimut dan menutup tubuh Arini yang tersingkap, lalu berbaring di sampingnya.Walau masih bingung, Arini mengangguk membenarkan. Menurutnya ia telah berhubungan badan dengan Desta, meski tidak seperti suami istri pada umumnya.“Berapa kali
Baca selengkapnya

BAB 16: Perbandingan yang Tidak Seimbang

Baru saja selesai makan, Brandon dan Arini kembali melanjutkan kenikmatan yang melenakan. Pria itu seakan tidak ingin membiarkan sahabatnya beranjak sejengkal pun dari sisi. Dia mulai candu dengan semua yang ada pada diri Arini.“Kalau Tante Lisa tahu kita begini, pasti kecewa sama gue ya?” desis Arini saat membelakangi Brandon. Dia bisa merasakan kehangatan tubuh pria itu yang memeluknya tanpa penghalang.“Tergantung.”“Kok tergantung?” tanya Arini menatap lurus ke arah lemari.“Ya tergantung Mama tahu pas kita lagi ngapain?” jawab Brandon setengah bercanda.Otak cerdas Arini langsung paham dengan apa yang dikatakan Brandon. Tangannya otomatis menepuk punggung tangan yang melingkar di perutnya.“Tante pasti tahu pin flat lo ya, Bran.” Arini melirik was-was ke pintu kamar. Khawatir jika Lisa muncul di sana sewaktu-waktu.“Tahu dong. Orang flat ini Mama yang punya,” sahut Brandon terdengar enteng.“Kalau gitu gue nggak jadi nginap di sini deh. Mau pulang aja.” Arini menyingkirkan tanga
Baca selengkapnya

BAB 17: Perjodohan Lainnya

Jantung Brandon auto mencelos saat mendengar apa yang disampaikan oleh Lisa barusan. Sandy sudah mencarikan calon istri untuknya? Perhatian sekali. Atau jangan-jangan ini adalah pernikahan bisnis yang dirancang untuk meningkatkan performa The Harun’s Group.“Nggak, Ma! Aku udah nggak mau lagi dijodohkan. Cukup ya, Ma,” pinta Brandon tegas tapi tidak mengurangi rasa santun terhadap Lisa.“Ini yang terakhir kali Mama minta sama kamu, Bran. Setelah ini Mama janji tidak akan suruh kamu temui anak-anak kenalan Mama. Mau ya, Nak?” bujuk Lisa terdengar sungguh-sungguh. Jika diperhatikan dengan saksama, ada tekanan dalam nada bicaranya.Brandon menoleh ke tempat Arini duduk. Wanita itu sama sekali tidak terusik dengan permintaan Lisa. Bahkan sejak awal, dialah yang semangat menyuruhnya bertemu dengan perempuan yang dikenalkan sang ibu.“Mama hanya mau aku nikah, ‘kan?” Brandon kembali bersuara.“Awalnya begitu, Bran. Sekarang lebih dari itu,” tanggap Lisa muram.“Lebih dari itu gimana, Ma?”“
Baca selengkapnya

BAB 18: Brandon Gila!

AriniSepanjang jalan dari gerbang masuk utama sampai lobi gedung, Arini tertawa seperti orang kurang waras. Perdebatan sengit antara dirinya dan Brandon masih berputar di benaknya.“Nikah?”“Iya. Kita nikah aja, jadi perjodohan itu nggak akan pernah ada.”“Lo udah stress ya?” Arini sampai menempelkan punggung tangan di kening Brandon. “Nggak demam, ‘kan?”“Gue serius, In. Ini satu-satunya cara agar gue nggak dijodoh-jodohin.”“Kenapa harus gue? Bukannya cewek yang mau sama lo ngantre ya? Tinggal tunjuk mau yang mana.” Arini terus mendebat sahabatnya yang tampak frustrasi.“Karena kita udah saling kenal, In. Nggak perlu pengenalan lagi. Nikah besok juga gue mau.”Arini ikut-ikutan stress karena Brandon. “Kita udah sepakat untuk jadi partner di atas ranjang, Bran. Gue belum siap nikah. Nggak bisa!”“Tega banget sih sama sahabat sendiri. Lo mau lihat gue nikah sama orang yang nggak dicintai?”“Trus lo nikah sama gue karena cinta?” Arini mendelik nyalang. Marah hingga hidungnya kembang k
Baca selengkapnya

BAB 19: Terusik

Konsentrasi Arini ambyar setelah mendapatkan telepon dari Lisa tadi pagi. Hingga menjelang siang, ia tidak bisa fokus bekerja. Beruntung tidak ada masalah pelik yang dihadapi pelanggan hari ini. Ketika waktu senggang, ia berpikir keras mencari cara agar Brandon mau menerima perjodohan ini.“Om boleh ceraikan Tante, tapi tidak dengan menghilangkan hak Brandon sepenuhnya dari keluarga ini.” Lisa terdengar pasrah tapi tidak rela ketika mengucapkan kalimat ini tadi pagi.“Tante mau diceraikan Om?” Arini bertanya sangat hati-hati.“Walau Tante masih cinta sama Om. Asal Brandon bahagia, Tante rela diceraikan. Masalahnya tidak sampai di sana, Rin. Tante tidak rela anak Tante satu-satunya kehilangan hak secara materi,” tutur Lisa terisak.Itulah yang membuat Arini berpikir keras. Lisa tidak boleh kehilangan Sandy, ia tahu wanita paruh baya itu masih sangat mencintai suaminya. Begitu juga dengan Brandon yang tidak boleh kehilangan hak waris. Bagaimanapun lelaki itu adalah anak pertama Sandy Ha
Baca selengkapnya

BAB 20: Pertemuan Tak Terduga

BrandonPikiran Brandon kalut. Dia mulai memikirkan yang tidak-tidak. Setelah Arini dan Fahmi pulang, ia menjadi gelisah. Duduk tidak tenang seakan ada bisul besar yang ada di pantatnya. Begitulah waktu yang ia lalui sejak tadi.“Kenapa sih, Bran?” tanya Firto, rekan kerja Brandon berkepala plontos, terusik dengan posisi duduk Brandon yang berubah-ubah.“Kenapa apanya, Bang?” Brandon balik bertanya.“Paling juga kepikiran Arini dan Bang Fahmi tuh, Bang,” timpal Edo dengan raut usil.Brandon menatap dingin pria berkacamata dan bertubuh besar itu. “Sialan lo, Bang.”Firto tergelak melihat Brandon tersungut-sungut. “Makanya kalau punya sahabat secantik Arini, jangan dianggurin kelamaan. Kesalip dua kali dah tuh.”Setelah pukul lima sore, seluruh jajaran supervisor dan manajer operasional tidak ada lagi di ruangan. Suasana floor mulai longgar, sehingga agent bebas bersuara asal tidak terdengar ke tempat agent call berada. Ponsel juga boleh dibawa masuk, asal tidak ada data pelanggan yang
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status