Semua Bab Bittersweet Revenge: Bab 81 - Bab 90

165 Bab

BR ~ 81

“Kamu bodoh, atau apa?”April mendesah dan memunggungi Wahyu yang baru memasuki kamar dan langsung melempar protesnya. Entah tidur di mana pria itu semalam, karena Wahyu tidak ada di sampingnya, dari April menutup mata hingga terbangun di pagi hari.“Aku masih harus istirahat.” April menarik selimut dan menutup seluruh tubuhnya. Yang ingin ia dapatkan saat ini hanyalah ketenangan dan beristirahat memulihkan kesehatannya. Karena itulah, sejak semalam April menonaktifkan ponselnya, karena tidak ingin lagi menerima panggilan dari reporter yang ingin wawancara dengannya.“Kamu sudah lihat berita dari, ha!” Wahyu menarik selimut yang digunakan April dan melemparnya dengan asal.April membuka mata dan melihat Wahyu sudah berdiri menjulang tinggi di hadapannya.“Memangnya ada yang salah?” tanya April bangkit perlahan lalu menghela panjang sambil memijat kepalanya. “Apa ada yang merugikan kita? Nggak ada, kan?”“Masalah receh seperti ini nggak seharusnya naik ke media.”“Receh katamu!” April
Baca selengkapnya

BR ~ 82

“Akhirnya, Papa muncul di kantor.” Sabda memasuki ruangan Budiman, begitu mendapat kabar pria itu berada di ruangan.“Papa sibuk, banyak kerjaan.”“Termasuk sibuk mengurusi hasil tes DNA?” Sabda duduk perlahan di hadapan Budiman.“Termasuk itu,” jawab Budiman tanpa ragu sembari membuka laci meja kerjanya dan mencari sesuatu. “Dan Papa yakin, Anggun ada di balik semua ini.”“Om Regan yang ada di balik semua ini.”Budiman menutup lacinya dengan keras, lalu menatap Sabda dengan wajah serius. “Andai Papa dan om Darwin tahu Regan yang mengusir Anggun 15 tahun yang lalu, kami nggak akan pernah mau bantu dia.”“Tapi itu sudah terjadi,” ujar Sabda dengan mengangkat kedua bahu. “Papa dan om Darwin sudah menolong ular itu. Dan, apa yang didapat sekarang? Kalian bertiga pasti akan terjerat kasus hukum dan terimalah itu, Pa.”“Kamu mau Papamu—”“Ya,” sela Sabda dengan suara tegas. “Coba bayangkan kalau aku yang ada di posisi Anggun. Diusir dari rumah dan sendirian di tempat asing? Anggun masih 12
Baca selengkapnya

BR ~ 83

“Kita bisa bayar orang dan—”“Sudah terlambat.” Budiman memotong ucapan Regan sambil mengembuskan napas berat. Ia menyodorkan ponsel pada pria itu dan meminta Regan melihatnya. “Kita bisa cegah berita itu naik di media, tapi kita nggak bisa hentikan rumor yang ada media sosial.”“Media sosial?” Darwin mengernyit. Menyambar ponsel Budiman, sebelum Regan meraihnya. Melihat bagaimana narasi yang muncul dalam video di sebuah platform, lalu menggeleng dengan senyum yang tidak bisa dimengerti. “Hashtag, tes DNA Anggun Kalingga.”“Ha?” Dahi Regan mengerut begitu dalam mendengar ucapan Darwin. “Siapa yang ... ck! Buzzer! Anggun pasti bayar buzzer.”“Kita nggak berpikir sampai di sana.” Budiman kembali membuang napas berat.“Kita bisa cari orang IT dan meredam semuanya.”“Ini media sosial.” Darwin meletakkan ponsel Budiman di hadapan Regan. “Bukan website yang bisa kita hack. Kecuali, kita langsung hubungi orang platform dan block—”“Mati satu, tumbuh seribu,” putus Budiman mulai bisa membaca
Baca selengkapnya

BR ~ 84

“Sayang! Bangun!” Sabda membuka gorden dengan gerakan cepat. Cahaya matahari yang telah menampakkan biasnya langsung menyapa hangat dan terlihat begitu indah. “Kamu sudah ngelewati sunrise pagi ini.”“Hmm.” Anggun menggumam. Merasa bias matahari mulai menyilaukan, ia menarik selimut hingga menutup kepala.“Sudah siang ini.” Sabda menghempas tubuh di samping Anggun.“Capek!”Sabda tergelak. Memeluk erat tubuh Anggun yang masih terbungkus selimut dengan gemas. Namun, hal itu tidak berlangsung lama ketika ponsel sang istri berdering begitu keras. Detik selanjutnya, tubuh Sabda tersingkir karena Anggun mendorongnya menjauh.“Jam tujuh.” Anggun membuka selimutnya hingga sebatas dada, lalu bangkit sembari menjepitnya dengan kedua tangan. Melihat sekeliling kamar, tetapi tidak menemukan tasnya ada di sana. Anggun segera meraih ponselnya di nakas, lalu mematikan alarmnya. “Tasku di mana, ya?”“Di luar.”“Koper?” tanya Anggun lagi, sambil mengumpulkan nyawanya.“Juga masih di luar.”Anggun berd
Baca selengkapnya

BR ~ 85

“Ke mana mama?” tanya April menghampiri Regan di ruang kerjanya. “Aku kira lagi di sini sama Papa.”“Mamamu sakit kepala,” jawab Regan segera berdiri menyambut putrinya dan membawa April duduk di sofa. “Kenapa kamu ke sini? Harusnya istirahat di rumah dan nggak usah ke mana-mana dulu.”“Aku nggak papa.” April menggenggam erat jemari Regan dengan khawatir. “Mas Wahyu bilang, Papa bisa di penjara karena kasus tes DNA Anggun 15 tahun lalu. Sebenarnya, apa yang terjadi, Pa?”Regan membalas genggaman tangan putrinya tidak kalah erat, untuk menguatkan dirinya sendiri. “Om Alfian meninggal, Anggun menghilang, dan perusahaan goyang karena pemegang saham utama meninggalkan banyak proyek yang masih separuh jalan. Mereka saling melempar tanggung jawab, sekaligus ada yang ingin mengambil alih dengan cara licik.”Regan menarik napas lebih dulu, sebelum kembali melanjutkan ceritanya. “Kalau masalah hak waris nggak cepat diselesaikan, perusahaan bisa jadi tambah carut marut. Karena itulah, kita lakuk
Baca selengkapnya

BR ~ 86

“Akhirnya, kamu nelpon balik,” ucap Wahyu di ujung telepon.“Sorry,” ujar Sabda menahan kekehannya ketika menelepon Wahyu. “Aku sibuk, jadi nggak bisa angkat telpon. Ada apa?”Wahyu mengumpat detik itu juga, tetapi tidak menjelaskan alasannya pada Sabda. “Papaku sama papamu sudah sepakat untuk mengaku masalah tes DNA supaya semua ini cepat selesai.”“Akhirnya ...” Sabda menatap Anggun yang baru keluar kamar mandi dan sudah memakai piyama. Ia bergeser ke tepi tempat tidur, lalu menendang kecil pil KB yang sempat dijatuhkannya agar masuk ke kolong ranjang. Anggun sepertinya tidak melihat benda itu ketika memasuki kamar, karena langsung berlari ke kamar mandi. “Jadi, bagaimana proses hukumnya?”“Nggak akan ada proses hukum, selama laporan belum dibuat,” ucap Wahyu datar. “Jadi, aku mau bicara sama Anggun besok pagi di lobi apartemenmu. Jam enam, aku tunggu di bawah karena ada yang harus aku pastikan. Sampaikan ke dia jangan menghindar, karena semua ini aku lakukan untuk keluarga kita.”“
Baca selengkapnya

BR ~ 87

“Aku bukan membela Wahyu, tapi dia benar.” Sabda akhirnya memberi komentar setelah kepergian sepupunya. “Aku nggak bisa bicara keras seperti dia, karena kita pasti berakhir dengan perang dingin. Aku paham, tujuanmu cuma om Regan. Tapi ingat, meskipun papaku dan om Darwin terlibat, mereka juga sudah siap dengan konsekuensinya. Jadi, berhentilah main-main dah fokus penjarakan om Regan dan semua selesai.”Anggun memandang es americano yang masih utuh di hadapan dan masih memikirkan tentang semua ucapan Wahyu. Pria itu benar-benar menampakkan taringnya dan sudah tidak bisa dikompromi sama sekali.“Aku buat laporannya hari ini.” Akhirnya, hanya itu yang bisa dilakukan Anggun. Membuat laporan dan tidak lagi memperpanjang masalah yang ada.“Jam berapa?”“Pagi ini, biar cepat.”“Aku minta pak Hadi ngantar kamu.” Sabda mengeluarkan ponselnya dan mencari nomor sopir keluarga Wisesa. “Aku nggak bisa nemenin, karena ada serah terima jabatan hari ini.”“Aku bisa bawa mobil sendiri.”“Aku sudah bil
Baca selengkapnya

BR ~ 88

“Bagus!” April bersedekap dan menatap tangan Anggun yang berada di bahu Wahyu. “Jadi, kalian sudah terang-terangan sekarang.”Wahyu sedikit memutar tubuh setelah menepis pelan tangan Anggun dari bahunya. “Mau apa ke sini?”“Aku ada perlu sama Sabda,” jawabnya sambil menunjuk Anggun. “Mau bicara masalah istrinya yang nggak tahu malu ini.”Anggun menatap April dengan tenang dan enggan menyanggah perkataan April. Biarlah wanita itu dipenuhi dengan asumsinya sendiri dan terbakar dengan semua hal yang sudah terjadi.“Silakan urus istrimu,” ucap Anggun sedikit bergeser dari hadapan Wahyu. “Dia mungkin sedang terbakar dan ... akan jadi arang.”“Jaga bicaramu.” April segera mencekal lengan Anggun. Mencengkramnya erat dengan senyum yang tersemat di wajah. “Aku sudah pernah—”“April.” Wahyu menyela sembari meraih tangan April yang mencengkram lengan Anggun. “Ini lobi Warta,” ucapnya memperingatkan bahwa mereka sedang berada di tempat umum. “Satu gerakan dengan angle yang tepat, bisa jadi bumera
Baca selengkapnya

BR ~ 89

“Mas, sepertinya aku butuh pengacara.” Anggun menarik koper dari walk in closet, lalu membiarkannya di luar sisi ruang. Beranjak menuju tempat tidur, lalu berbaring miring menatap Sabda yang sibuk di meja kerja. “Bisa kasih referensi yang pamornya sebanding dengan Firma Sadhana?”“Emm ...” Sabda menggumam dengan jemari yang masih menari di atas keyboard. “Siapa, yaaa ... rival Sadhana pasti tertarik ngambil kasus ini.”“Sadhana punya rival?”“Kita semua punya rival dalam bidang yang sama.” Sabda menarik kedua tangannya. Bersandar menatap Anggun. “Besok aku coba telpon pak Krisna.”“Aku pernah sekali, ketemu pak Krisna di pengadilan,” ujar Anggun mengingat wawancara singkatnya setelah meliput salah satu sidang. “Jadi, nanti aku aja yang telpon langsung, biar leluasa.”“Oke!” Sabda kembali fokus pada layar komputer dan melanjutkan pekerjaannya. “Papa sama om Darwin mulai dipanggil minggu depan. Kamu juga siap-siap, karena mereka pasti akan manggil kamu lagi.”“Aku ngerti prosesnya.” Ang
Baca selengkapnya

BR ~ 90

Gerah karena mobil berwarna abu itu terus mengikuti, Anggun akhirnya menghentikan mobilnya. Melihat jam digital pada dashboard, lalu melihat jarak tempatnya berhenti menuju kediaman Krisna. Masih ada waktu setengah jam untuk sampai di sana. Lantas, di sisa waktu saat ini Anggun hanya diam memerhatikan mobil tersebut.Dengan perlahan dan pasti, mobil yang sedari tadi mengikutinya ternyata melewati mobil Anggun. Mungkin, pengemudi mobil tersebut tidak ingin menimbulkan kecurigaan sehingga melewatinya begitu saja. Atau, Wahyu mungkin sudah menghubungi April dan memberi sedikit “pelajaran” pada istrinya.Tidak dipungkiri, Anggun cukup merasa lega ketika mobil tersebut tidak lagi berada di belakangnya. Ia lantas bersandar, lalu menenangkan dirinya sendiri dengan mengatur napas berulang kali.Setelah merasa sedikit tenang, Anggun kemudian melepas rem tangannya. Saat kakinya baru menginjak pedal gas dengan perlahan, ponselnya lantas berbunyi. Anggun melirik pada layar dashboard dan melihat na
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
7891011
...
17
DMCA.com Protection Status