Semua Bab Bittersweet Revenge: Bab 61 - Bab 70

86 Bab

BR ~ 61

“Ada mi di pantry?” tanya Edo melihat Indah dengan nikmatnya memakan mi instan seorang diri.“Dah habis,” jawabnya lalu menoleh pada Edo yang sedang membuka lemari gantung. Dengan segera Indah membuka ransel, lalu mengeluarkan sebuah undangan. “Mas,” panggilnya sembari menyodorkan benda persegi tersebut pada Edo. “Dateng, ya! Nggak usah ngamplop.”“Eh! Jadinya serius ini, kamu sama mas Sabda.” Edo menghampiri Indah dengan segera. Mengambil undangan berwarna putih dengan pinggiran emas, lalu membukanya. Membaca nama yang tertera, lalu mengernyit. “Anggun Kalingga? Mas Sabda nikah sama Anggun? Bukan elo? Eh! Ini malah sudah nikah, tinggal resepsi.”Indah tersenyum. “Pokoknya jangan sampai nggak datang.”“Eh! Bentar-bentar!” ucap Edo melihat ada yang salah. “Kalingga ini, kan ... istrinya pak Wahyu ... apa punya saudara lagi? Eh, ini gimana sih?”“Ngomong-ngomong tentang pak Wahyu, apa waktu itu sudah dapat foto yang pas?” tanya Indah. “Aku dengar obrolanmu dengan mas Aris waktu itu di s
Baca selengkapnya

BR ~ 62

Indah menoleh ke arah pintu kamar yang baru terbuka. Sabda masuk dengan wajah lelahnya, lalu duduk menghempas bokong di tepi ranjang. Tepat di samping Indah yang duduk di meja kerja pria itu.“Nggak—”“Kamu robohin rumah om Regan?” tanya Sabda sembari membuka kancing kemeja teratasnya.“Rumahku, tolong diralat,” ucap Indah datar lalu mengalihkan wajah dari sang suami. Kembali menatap layar laptop Sabda untuk mengecek semua persiapan pernikahan mereka.“Kenapa dirobohin?” Sabda sampai salah berucap, karena masih menganggap rumah tersebut milik Regan. Baru begitu saja, ekspresi istrinya berubah seketika.“Tahu dari siapa?” Indah menggeser dua jarinya di mouse trackpad dengan perlahan. Tatapannya tetap fokus pada layar.“Papa,” jawab Sabda lalu berbaring dengan helaan. “Papa ditelpon mama, dan mama ditelpon tante Elsa.”“Baguslah.”“Dan hal sebesar itu nggak kamu bicarakan denganku.” Sabda meraih bantal lalu meletakkan di belakang kepala. Melihat Indah yang masih terpaku dengan layar kom
Baca selengkapnya

BR ~ 63

“Syifa, Syifa ...” Elsa menghampiri wanita yang menyambutnya ramah di ruang tengah. Namun, wajah wanita itu sontak berubah ketika melihatnya datang dengan membawa kegelisahan. “Anggun ... Fa! Anggun.”“Anggun ...” Syifa membawa Elsa duduk di sofa panjang terlebih dahulu. Ketika ia melihat Desty yang hendak masuk ke ruang tengah dengan membawa mangkuk, Syifa menggeleng samar. Memberi isyarat pada adik iparnya, agar tidak ikut bergabung bersama mereka. “Kenapa dengan Anggun?”“Aku baru ketemu dia.”Syifa mengangguk. Sambil menunggu Elsa mengatur napas, ia memanggil salah satu asisten rumah tangganya.“Dia bilang ...” Elsa menelan ludah. “Dia mau balas dendam karena mas Regan dulu pernah ngusir dia. Makanya kami kemarin diusir juga dari rumah.”Kemudian, Elsa sedikit bercerita mengenai isi pembicaraannya dengan Indah yang membuat syok.“Aku ... aku nggak percaya kalau anak sama suamiku sampai tega seperti itu,” sahut Elsa menutup obrolannya.Syifa lagi-lagi mengangguk. Meminta untuk dibu
Baca selengkapnya

BR ~ 64

“Aku mau bicara.” Tanpa basa basi, Elsa langsung menodong Regan perihal pengusiran Anggun 15 tahun yang lalu.Semalam, suaminya itu pulang begitu larut sehingga Elsa tidak sempat membicarakan banyak hal. Karena itulah, mumpung hari masih pagi dan pria itu baru selesai mandi, maka Elsa menuntut penjelasan.“Ini masih terlalu pagi,” jawab Regan memilih pergi keluar kamar, karena masih banyak hal yang harus ia pikirkan. “Jadi jangan rusak mood-ku.”“Jadi betul.” Elsa menyusul suaminya dan mendahului langkah Regan dengan berlari kecil. Ia berdiri di balik pintu, sehingga sang suami tidak bisa membukanya dan keluar. “Papa ngusir Anggun 15 tahun yang lalu dengan alasan rumahnya mau disita dan papanya banyak utang?”“Jangan protes, karena selama 15 tahun ini kamu sudah menikmati semuanya.”“Tapi bukan dengan cara seperti ini!” Elsa nyaris berteriak dan mulai stres memikirkan perbuatan suaminya di masa lalu. “Kita punya anak seumuran Anggun, tapi Papa tega ngusir dia dan hidup sendirian di lua
Baca selengkapnya

BR ~ 65

“Masuk!” titah Darwin ketika mendengar suara pintu ruang kerjanya diketuk. Saat melihat putranya melangkah masuk tanpa menutup pintu, Darwin hanya bisa menggeleng. Mungkin Wahyu hanya ingin bicara singkat, setelah itu kembali pergi ke ruangannya.“Aku nggak lama,” ujar Wahyu ketika berhenti sisi meja yang berlawan dengan Darwin. Ia merogoh saku jas bagian dalamnya, lalu mengeluarkan sebuah amplop.“Surat cuti?” Darwin tersenyum miring sambil meraih amplop yang baru diletakkan dengan sopan di meja kerjanya. “Papa sudah bilang, kamu baru boleh cuti setelah Sabda kembali dari bulan madunya.”“Itu surat pengunduran diri.” Wahyu tersenyum tipis. “Terhitung senin depan, aku sudah TIDAK bekerja di Firma Sadhana lagi. Jangan khawatir dengan tanggung jawab, jika berkenan, aku masih bisa teruskan kasus yang sedang aku pegang. Tapi kalau nggak, aku bisa distribusikan ke yang lain.”Belum sempat Darwin mengeluarkan isi amplop tersebut, tangannya sudah lebih dulu merematnya dengan satu tangan lalu
Baca selengkapnya

BR ~ 66

“Makasih, Pa,” ucap Indah tulus pada Budiman, setelah mencium tangan pria itu dengan hormat. Kalimat tersebut, juga Indah ucapkan pada Syifa bergantian sembari memeluk wanita itu. “Makasih, Ma.”Budiman dan Syifa mengangguk haru. Akhirnya, semua orang tahu dengan kemunculan Anggun Kalingga. Terlebih, gadis itu saat ini menjadi menantu keluarga Wisesa. Banyak yang bertanya-tanya, tetapi baik Syifa maupun Budiman tidak bisa memberi penjelasan satu per satu.Mereka hanya mengatakan, akan ada konferensi pers yang dilaksanakan besok siang di hotel yang sama.“Makasih juga buat Om sama Tante,” lanjut Indah menatap Regan dan Elsa bergantian. Tentu saja, Indah menyematkan senyum palsu karena mereka semua masih dalam kondisi yang berbahagia. “Semoga keakraban seperti ini selalu terjalin.”Elsa hanya bisa mengembuskan napas berat ketika menyambut uluran tangan Indah. Banyak rasa bersalah yang bergelayut, tetapi dirinya tidak bisa melakukan hal apa pun. Semua sudah terjadi di masa lalu dan sekar
Baca selengkapnya

BR ~ 67

“Jadi, setelah ini Anggun akan mewarisi saham almarhum papanya?” Salah seorang reporter melontarkan pertanyaan ketika tiba gilirannya.Dengan serius, Indah menatap layar ponselnya, memperhatikan siaran konferensi pers yang sudah berlangsung beberapa jam lalu. Ia menyaksikan tayangan ulangnya, di sebuah situs yang menjadi tempat berbagai video dari seluruh dunia diunggah dan dibagikan.Terlihat lewat layar, Regan duduk bersebelahan dengan kuasa hukumnya, Darwin Sadhana. Seperti biasa, Regan selalu terlihat ramah dan bersahabat terhadap sesama. Namun, bagi Indah semua itu tidak lebih dari sekadar topeng untuk menyembunyikan kebusukannya.“Memang sudah seharusnya seperti itu,” Regan menjawab dengan bijak, membuat Indah mual seketika.Sejurus kemudian, Indah memperbesar volume ponselnya ketika sebuah pertanyaan yang ia titipkan tadi malam akhirnya terdengar. Jantungnya mendadak berdebar menunggu jawaban Regan dan matanya tidak lepas dari layar."Pak Regan, bagaimana Bapak menjelaskan kete
Baca selengkapnya

BR ~ 68

“Sialan.” Wahyu menyeringai tipis, nyaris tanpa suara. Tidak ada nada marah, hanya sebuah umpatan ringan yang keluar dari bibirnya seolah itu kebiasaan sehari-hari. Kemudian, ia melanjutkan dengan satu kata lagi, “Berengsek,” kali ini lebih pelan, seolah hanya berkata pada dirinya sendiri.Lantas, ia berjalan menjauh dari meja resepsionis resort sambil mengeluarkan ponselnya. Mencari nomor Kendrick, lalu dengan segera menghubungi pria itu.Ketika panggilannya tersambung, Wahyu berhenti di sebelah tiang kayu lalu bersandar.“Sabda nggak ada di Maratua,” protes Wahyu pada mantan asisten pribadinya itu dengan nada yang penuh ketidakpuasan. “Cari tahu, apa yang terjadi sebenarnya.”“Mohon maaf atas keteledoran saya, Pak,” ucap Kendrick hati-hati. “Sebentar lagi saya cari tahu.”“Oke, dan atur kepulanganku kamis ini ke Jakarta.” Wahyu mengakhiri obrolan mereka lalu menyusuri jalan, kembali menuju floating vila yang sudah ia sewa. Tentu saja ia pergi bersama April, karena Desty sudah heboh
Baca selengkapnya

BR ~ 69

“Pulo Cinta,” Wahyu mengulang pelan perkataan Kendrick di ujung telepon. Ia berhenti sejenak, lalu menoleh ke sekeliling lobi Kalingga Tower yang ramai dengan orang yang berlalu lalang pagi itu. Perlahan, ia menjatuhkan diri ke salah satu sofa di lobi, menarik napas panjang dan menunggu Kendrick melanjutkan penjelasannya.Ternyata, perubahan destinasi itu terjadi secara mendadak. Hanya dua hari sebelum tanggal keberangkatan. Semuanya terasa tiba-tiba, seolah ada sesuatu yang disembunyikan. Kendrick sudah berusaha mencari tahu lebih jauh, tetapi tidak banyak informasi yang bisa diperoleh.Akan tetapi, wahyu sudah bisa menebak latar belakang perubahan destinasi tersebut. Kali ini, Wahyu sedikit ceroboh dengan membiarkan Darwin tahu tentang rencana kepergiannya ke Maratua. Pastinya, Darwin jualah yang menjadi penyebab semua hal ini akhirnya terjadi.“Oke. Aku paham sekarang,” ucap Wahyu setelah mendengar semua penjelasan Kendrick. “Thanks. Oia, cepat kabari aku kalau ada “sesuatu” di Fir
Baca selengkapnya

BR ~ 70

“WAW!” Sabda memandang takjub pada penampilan Indah pagi ini. Blazer abu-abu gelap yang membalut tubuhnya, dipadukan dengan rok span yang jatuh anggun di atas lutut, membuat Indah tampak begitu berwibawa dan memesona. Seperti seorang wanita karir sukses, yang siap menaklukkan dunia dengan aura percaya diri terpancar dari setiap gerakannya. “Harusnya, kamu jadi sekretaris, bukan reporter.”“Ide bagus.” Setelah selesai memasang softlens-nya, Indah berbalik menatap Sabda yang sedang memakai jasnya. “Mungkin, aku bisa jadi sekretarisnya om Regan.”“Ide buruk,” balas Sabda sembari menghampiri standing mirror yang baru di gunakan Indah, lalu berdiri di sana. Merapikan penampilannya. “Aku harap kamu nggak dekat-dekat dengan om Regan, meskipun dia ommu sendiri.”“Jangan ikut campur.” Indah mengambil tas kerja barunya, yang sudah disiapkannya untuk rapat internal pagi ini. Memasukkan ponsel ke dalamnya dan beberapa benda yang dirasa penting. “Kita sudah punya kesepakatan, jadi tolong jangan di
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
456789
DMCA.com Protection Status