All Chapters of Istri Tawanan CEO Kejam: Chapter 31 - Chapter 40

97 Chapters

Bab 31: Pilihan dari Alfrod

Revana menghampiri Tristan yang sedang mematut bayangannya di cermin, mengenakan dasi dengan gerakan anggun namun penuh ketegangan.Wajahnya terpantul di cermin, tatapan tajamnya tak menyembunyikan kelelahan yang bersembunyi di balik mata kelam itu.Revana berdiri di ambang pintu, ragu-ragu sejenak sebelum akhirnya membuka suara.“Kamu sudah baik-baik saja? Mau berangkat kerja? Tapi, wajah kamu masih pucat,” katanya dengan suara yang lembut, berusaha menyentuh hati Tristan yang keras bak granit.Tristan hanya mengangkat sebelah alis tanpa menoleh, jari-jarinya terus sibuk dengan simpul dasinya.“Jangan kamu pikir aku lemah, hanya karena pingsan di tempat umum,” ucapnya dengan nada dingin, seolah mematahkan setiap upaya Revana untuk mendekat.Revana menghela napas panjang, menyimpan luka di balik senyumnya yang rapuh. “Ya sudah kalau memang sudah membaik.”Ia melangkahkan kakinya perlahan keluar dari kamar tersebut, meninggalkan Tristan dengan keheningan yang menggigit.“Ck!” Tristan b
Read more

Bab 32: Ucapan Michael Menggelitik Hati Tristan

Revana duduk di tepi tempat tidurnya, tangannya gemetar saat mengambil ponsel usai mendengar notifikasi pesan masuk.Ia mengerutkan keningnya melihat pesan dari nomor yang tidak dikenalnya.“Nomor siapa ini?” gumamnya dengan suara yang nyaris tersedak oleh keraguan. Jari-jarinya ragu-ragu menekan layar, namun rasa penasaran lebih kuat menariknya.Revana menoleh ke arah pintu kamarnya. Seperti biasa, Tristan belum kembali meski waktu sudah menunjuk angka sembilan malam.“Pria itu tidak pulang lagi,” bisiknya pada diri sendiri, suaranya nyaris tenggelam dalam kesunyian.Ting!Ponselnya kembali berbunyi. Ia pun menghela napas panjang, memberanikan diri untuk membuka isi pesan tersebut.Keningnya semakin berkerut saat melihat foto seorang wanita yang tak asing baginya—Aluna. Pesan itu menyusul:[Dia adalah Aluna. Wanita yang sangat Tristan cintai. Alias suamimu hanya mencintai Aluna seorang, bukan kamu. Maka jangan pernah mengharapkan cinta dari Tristan. Bahkan anak yang sedang kamu kandu
Read more

Bab 33: Keberaniannya hanya Sebesar Biji Jagung

Revana membuka matanya perlahan saat sinar matahari mulai mengintip melalui celah-celah tirai jendela.Ia menghela napas dalam-dalam, lalu duduk menyandar pada sandaran tempat tidur. Di sampingnya, Tristan masih terlelap dalam dunia mimpinya, wajahnya tenang dan damai, jauh dari sikap angkuh dan arogan yang biasa terpancar ketika ia terjaga.Revana menatap wajah pria itu dengan tatapan yang penuh perasaan. 'Sayangnya, pemandangan seperti ini hanya bisa kulihat saat dia tertidur. Jika sudah bangun, maka jangan harap bisa melihat wajah damainya ini,' pikirnya dalam hati sebelum akhirnya turun dari tempat tidur dan melangkah menuju kamar mandi.Ia ingin membersihkan diri sebelum Tristan terbangun.Air hangat dari shower mengguyur tubuhnya, memberikan sensasi relaksasi yang sangat ia rindukan. Aroma lavender yang lembut memenuhi ruang kamar mandi, menenangkan pikiran dan tubuhnya."Segarnya …," gumam Revana sambil membilas busa sabun dari tubuhnya.Namun, ketenangan itu terpecah ketika ia
Read more

Bab 34: Kamu Jauh lebih Berhak Atas Dia

"Tapi kamu masih mencintainya, kan?" desis Revana dengan suara yang hampir terdengar putus asa, tangan memegang erat lengan Tristan. "Aku hanya ingin bersiap andai wanita itu sudah kembali padamu. Sampai saat ini dia pasti belum tahu kan, kalau kamu sudah menikah?"Kepalan tangan Tristan semakin mengencang, mengekspresikan gelisah yang sulit diungkapkan dengan kata-kata.Raut wajah Revana memucat, seolah dihantam oleh pukulan emosional yang tak terduga. "Bahkan sampai saat ini pun kamu tidak mencintaiku. Dan sekarang aku paham. Karena ada wanita lain yang selalu kamu cintai hingga detik ini," ucapnya lirih, tersenyum getir dalam kehampaan yang melanda.“Memangnya kamu mencintaiku?” tanya Tristan pada akhirnya. Pertanyaan yang terlontar dari bibir Tristan mengoyak hatinya lebih dalam lagi. "Memangnya kamu mencintaiku?"Revana terdiam, menggaruk ujung kuku dengan ragu. Hatinya terombang-ambing antara keinginan untuk mencintai dan rasa sakit yang mendalam karena kepastian yang menggan
Read more

Bab 35: Jangan Jatuh Cinta

“Mas?” Revana menghampiri Tristan yang baru pulang dari kantor. Raut wajah pria itu terlihat sangat kusut, sepertinya kerjaannya banyak sekali sampai wajahnya berantakan seperti itu.“Tolong siapkan air hangat untukku. Aku ingin berendam. Tubuhku lelah sekali,” pinta Tristan pada Revana yang baru saja mengambil tas kerja miliknya.“Baik. Aku siapkan dulu.” Revana beralih masuk ke dalam kamar mandi untuk mengisi bath tub atas perintah Tristan.“Kenapa dia sepertinya lelah sekali? Bahkan selama dua hari ini dia selalu pulang di jam yang masih sore. Biasanya jam sembilan, jam sepuluh.”Revana jadi bingung sendiri dengan Tristan yang tiba-tiba tidak pernah telat pulang apalagi tidak pulang sama sekali.“Mas. Air hangatnya sudah siap.” Revana menghampiri Tristan yang tengah berdiri menghadap jendela.Tristan menoleh pada Revana dan menatapnya. “Ada yang ingin aku tanyakan padamu, Revana.”Wanita itu menaikan alisnya. “Silakan. Tanyakan saja. Aku akan menjawabnya.”Kilatan mata Tristan yang
Read more

Bab 36: Bukan untuk Menyatukan Kalian

Revana dan Tristan berjalan ke kamar mereka dalam diam yang penuh makna.Begitu pintu kamar tertutup, Revana menghentikan langkahnya dan menatap Tristan yang berdiri di hadapannya dengan tatapan tajam namun tersembunyi.Ia merasakan ada sesuatu yang perlu diungkapkan oleh suaminya malam ini."Ada apa?" tanyanya lembut, berusaha menjaga nada suaranya tetap tenang meskipun jantungnya berdebar kencang.Tristan memandang wajah Revana yang dipenuhi oleh rasa ingin tahu. Sembari menyedekapkan tangannya di dada, Tristan terdiam, seolah mencari kata-kata yang tepat untuk diucapkan.“Jika ada yang ingin kamu tanyakan, tanyakan saja. Oh, iya. Calon bayimu baik-baik saja. Selama kamu tidak ada di rumah pun ada pelayan dan bodyguard yang menemaniku di sini.”Tanpa berkata-kata, Tristan melepaskan tangannya dari dadanya lalu menarik tangan Revana, memintanya duduk di tepi tempat tidur.Revana menelan saliva yang mendadak terasa kering. Apakah pria ini mau minta haknya malam ini? Pikiran itu mengha
Read more

Bab 37: Aluna bukan Takdirku

“Huh? Kamu tidak ke kantor?” Revana yang semula hendak meneguk susu ibu hamil yang sudah disiapkan oleh pelayan terkejut saat melihat Tristan yang masih duduk di ruang tengah sembari membaca majalah di sana.“Apakah hari Minggu pun aku harus pergi ke kantor? Jangan mentang-mentang aku meminta lima anak padamu, kamu memintaku untuk pergi ke kantor setiap hari, Revana!”Revana lantas mengatup bibirnya menahan tawa. Meski garing, tapi ucapan Tristan mampu membuat Revana mendehem pelan.“Maaf, Mas. Aku lupa kalau hari ini hari Minggu. Hari-hariku selalu di rumah, tidak pernah keluar sekali pun. Jadi lupa hari.” Revana menerbitkan senyum tipis dan meneguk susu ibu hamil itu.“Susunya enak, Mas. Terima kasih, sudah memilihkan produk susu ibu hamil yang bagus untukku.”Tristan menyunggingkan senyum mendengar ucapan Revana tadi. “Tentu saja aku akan memilih yang bagus untuk calon anakku, Revana. Mana mungkin aku memilih denga nasal-asalan.”Revana mengangguk. “Tentu saja. Kamu kan, calon ayah
Read more

Bab 38: Ternyata Revana Salah

“Pak Gave. Aku mau bicara sama kamu.”Gave yang tengah mengetik pada layar ponselnya dikejutkan oleh kedatangan Revana yang bersedekap dada menatapnya dengan tatapan datar.“Ada apa?” tanyanya dengan santai.Revana menarik napasnya dalam-dalam dengan mata masih tertuju pada pria itu.“Aku baru tahu kalau kamu dianggap sebagai adik, kakak, saudara, bahkan ayah sama Mas Tristan. Bahkan dia lebih mendengarkan kamu daripada aku sebagai istrinya.”Gave mengatup bibirnya menahan tawa mendengar ucapan Revana tadi. Ia lalu menghela napasnya sebelum menjelaskan semuanya.“Karena saya bekerja dengan setulus hati. Memangnya kamu menjadi istrinya Tuan Gave sudah dengan sepenuh hati? Terpaksa, bukan? Mana mungkin dia mau mendengarkan kamu."Revana menyunggingkan bibirnya melirik Gave yang kini tidak pernah lagi memasang muka masam ataupun datar padanya.“Kenapa kamu meminta dia buat melupakan Aluna juga? Memangnya dia bisa melupakan cinta pertamanya?”Gave tak lagi bisa menahan tawanya mendengar o
Read more

Bab 39: Tidak ingin Terlibat Perasaan lagi dengannya

“Aku hanya bercanda.” Tristan menjauhkan wajahnya dari Revana lalu membuka satu persatu kancing kemeja putihnya.Namun, tatapannya masih tertuju pada Revana yang membeku sembari menyembunyikan ketakutannya. Cukup lama juga Revana tidak merasa ketakutan kalau Tristan sudah berbicara.Dan kali ini ia merasakan ketegangan itu lagi. Dan kali ini dia sendiri yang sudah membuat Tristan sedikit geram.“Kamu tidak akan mungkin menyukai di antara mereka. Bahkan untuk mencintaiku saja sepertinya sulit. Apalagi mereka.”Tristan berlalu pergi meninggalkan Revana usai mengatakan hal itu. Hati Revana mencelos. Seperti ada penekanan yang membuat relung hatinya jadi tidak baik-baik saja.Ia memegang dadanya. Kenapa rasanya jadi serba salah seperti ini. Menanggapi ucapan Tristan tadi rupanya cukup membuat hati Revana jadi gundah gulana.“Kenapa dia berkata seperti itu? Apa karena dia merasa mencintai seorang diri? Tapi, dia tidak pernah mengatakan kalau dia mencintaiku.”Revana menghela napasnya. Ia l
Read more

Bab 40: Tristan Harus Puasa

Tristan terbangun dengan sinar matahari yang mengintip melalui tirai, menerangi wajah Revana yang sedang terlelap di sebelahnya.Ia memperhatikan setiap lekuk wajah istrinya, dari alis yang melengkung sempurna hingga bibir yang lembut dan penuh. Hatinya bergejolak, terjebak antara cinta yang tak terucap dan rasa bersalah yang menyiksa.Dengan lembut, Tristan mengusapkan jarinya pada pipi Revana, membangunkannya dengan sentuhan penuh kasih.Revana membuka mata, menatap Tristan dengan tatapan yang penuh kehangatan dan kerinduan. Ia tersenyum, dan Tristan merasakan dadanya sesak oleh perasaan yang meluap-luap."Selamat pagi," bisik Tristan, suaranya serak namun penuh kelembutan."Selamat pagi," jawab Revana, suaranya lirih namun menggema dalam hati Tristan.Tanpa kata-kata lebih lanjut, Tristan menundukkan wajahnya, bibirnya menyentuh bibir Revana dengan lembut.Ciuman itu lambat, namun penuh dengan hasrat yang tertahan. Tristan merasakan tubuh Revana merespons, tangan kecilnya mulai men
Read more
PREV
123456
...
10
DMCA.com Protection Status