Beranda / Pernikahan / Istri Tawanan CEO Kejam / Bab 35: Jangan Jatuh Cinta

Share

Bab 35: Jangan Jatuh Cinta

Penulis: Suhadii90
last update Terakhir Diperbarui: 2024-07-16 12:42:40

“Mas?” Revana menghampiri Tristan yang baru pulang dari kantor. Raut wajah pria itu terlihat sangat kusut, sepertinya kerjaannya banyak sekali sampai wajahnya berantakan seperti itu.

“Tolong siapkan air hangat untukku. Aku ingin berendam. Tubuhku lelah sekali,” pinta Tristan pada Revana yang baru saja mengambil tas kerja miliknya.

“Baik. Aku siapkan dulu.” Revana beralih masuk ke dalam kamar mandi untuk mengisi bath tub atas perintah Tristan.

“Kenapa dia sepertinya lelah sekali? Bahkan selama dua hari ini dia selalu pulang di jam yang masih sore. Biasanya jam sembilan, jam sepuluh.”

Revana jadi bingung sendiri dengan Tristan yang tiba-tiba tidak pernah telat pulang apalagi tidak pulang sama sekali.

“Mas. Air hangatnya sudah siap.” Revana menghampiri Tristan yang tengah berdiri menghadap jendela.

Tristan menoleh pada Revana dan menatapnya. “Ada yang ingin aku tanyakan padamu, Revana.”

Wanita itu menaikan alisnya. “Silakan. Tanyakan saja. Aku akan menjawabnya.”

Kilatan mata Tristan yang
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Istri Tawanan CEO Kejam   Bab 36: Bukan untuk Menyatukan Kalian

    Revana dan Tristan berjalan ke kamar mereka dalam diam yang penuh makna.Begitu pintu kamar tertutup, Revana menghentikan langkahnya dan menatap Tristan yang berdiri di hadapannya dengan tatapan tajam namun tersembunyi.Ia merasakan ada sesuatu yang perlu diungkapkan oleh suaminya malam ini."Ada apa?" tanyanya lembut, berusaha menjaga nada suaranya tetap tenang meskipun jantungnya berdebar kencang.Tristan memandang wajah Revana yang dipenuhi oleh rasa ingin tahu. Sembari menyedekapkan tangannya di dada, Tristan terdiam, seolah mencari kata-kata yang tepat untuk diucapkan.“Jika ada yang ingin kamu tanyakan, tanyakan saja. Oh, iya. Calon bayimu baik-baik saja. Selama kamu tidak ada di rumah pun ada pelayan dan bodyguard yang menemaniku di sini.”Tanpa berkata-kata, Tristan melepaskan tangannya dari dadanya lalu menarik tangan Revana, memintanya duduk di tepi tempat tidur.Revana menelan saliva yang mendadak terasa kering. Apakah pria ini mau minta haknya malam ini? Pikiran itu mengha

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-17
  • Istri Tawanan CEO Kejam   Bab 37: Aluna bukan Takdirku

    “Huh? Kamu tidak ke kantor?” Revana yang semula hendak meneguk susu ibu hamil yang sudah disiapkan oleh pelayan terkejut saat melihat Tristan yang masih duduk di ruang tengah sembari membaca majalah di sana.“Apakah hari Minggu pun aku harus pergi ke kantor? Jangan mentang-mentang aku meminta lima anak padamu, kamu memintaku untuk pergi ke kantor setiap hari, Revana!”Revana lantas mengatup bibirnya menahan tawa. Meski garing, tapi ucapan Tristan mampu membuat Revana mendehem pelan.“Maaf, Mas. Aku lupa kalau hari ini hari Minggu. Hari-hariku selalu di rumah, tidak pernah keluar sekali pun. Jadi lupa hari.” Revana menerbitkan senyum tipis dan meneguk susu ibu hamil itu.“Susunya enak, Mas. Terima kasih, sudah memilihkan produk susu ibu hamil yang bagus untukku.”Tristan menyunggingkan senyum mendengar ucapan Revana tadi. “Tentu saja aku akan memilih yang bagus untuk calon anakku, Revana. Mana mungkin aku memilih denga nasal-asalan.”Revana mengangguk. “Tentu saja. Kamu kan, calon ayah

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-17
  • Istri Tawanan CEO Kejam   Bab 38: Ternyata Revana Salah

    “Pak Gave. Aku mau bicara sama kamu.”Gave yang tengah mengetik pada layar ponselnya dikejutkan oleh kedatangan Revana yang bersedekap dada menatapnya dengan tatapan datar.“Ada apa?” tanyanya dengan santai.Revana menarik napasnya dalam-dalam dengan mata masih tertuju pada pria itu.“Aku baru tahu kalau kamu dianggap sebagai adik, kakak, saudara, bahkan ayah sama Mas Tristan. Bahkan dia lebih mendengarkan kamu daripada aku sebagai istrinya.”Gave mengatup bibirnya menahan tawa mendengar ucapan Revana tadi. Ia lalu menghela napasnya sebelum menjelaskan semuanya.“Karena saya bekerja dengan setulus hati. Memangnya kamu menjadi istrinya Tuan Gave sudah dengan sepenuh hati? Terpaksa, bukan? Mana mungkin dia mau mendengarkan kamu."Revana menyunggingkan bibirnya melirik Gave yang kini tidak pernah lagi memasang muka masam ataupun datar padanya.“Kenapa kamu meminta dia buat melupakan Aluna juga? Memangnya dia bisa melupakan cinta pertamanya?”Gave tak lagi bisa menahan tawanya mendengar o

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-18
  • Istri Tawanan CEO Kejam   Bab 39: Tidak ingin Terlibat Perasaan lagi dengannya

    “Aku hanya bercanda.” Tristan menjauhkan wajahnya dari Revana lalu membuka satu persatu kancing kemeja putihnya.Namun, tatapannya masih tertuju pada Revana yang membeku sembari menyembunyikan ketakutannya. Cukup lama juga Revana tidak merasa ketakutan kalau Tristan sudah berbicara.Dan kali ini ia merasakan ketegangan itu lagi. Dan kali ini dia sendiri yang sudah membuat Tristan sedikit geram.“Kamu tidak akan mungkin menyukai di antara mereka. Bahkan untuk mencintaiku saja sepertinya sulit. Apalagi mereka.”Tristan berlalu pergi meninggalkan Revana usai mengatakan hal itu. Hati Revana mencelos. Seperti ada penekanan yang membuat relung hatinya jadi tidak baik-baik saja.Ia memegang dadanya. Kenapa rasanya jadi serba salah seperti ini. Menanggapi ucapan Tristan tadi rupanya cukup membuat hati Revana jadi gundah gulana.“Kenapa dia berkata seperti itu? Apa karena dia merasa mencintai seorang diri? Tapi, dia tidak pernah mengatakan kalau dia mencintaiku.”Revana menghela napasnya. Ia l

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-18
  • Istri Tawanan CEO Kejam   Bab 40: Tristan Harus Puasa

    Tristan terbangun dengan sinar matahari yang mengintip melalui tirai, menerangi wajah Revana yang sedang terlelap di sebelahnya.Ia memperhatikan setiap lekuk wajah istrinya, dari alis yang melengkung sempurna hingga bibir yang lembut dan penuh. Hatinya bergejolak, terjebak antara cinta yang tak terucap dan rasa bersalah yang menyiksa.Dengan lembut, Tristan mengusapkan jarinya pada pipi Revana, membangunkannya dengan sentuhan penuh kasih.Revana membuka mata, menatap Tristan dengan tatapan yang penuh kehangatan dan kerinduan. Ia tersenyum, dan Tristan merasakan dadanya sesak oleh perasaan yang meluap-luap."Selamat pagi," bisik Tristan, suaranya serak namun penuh kelembutan."Selamat pagi," jawab Revana, suaranya lirih namun menggema dalam hati Tristan.Tanpa kata-kata lebih lanjut, Tristan menundukkan wajahnya, bibirnya menyentuh bibir Revana dengan lembut.Ciuman itu lambat, namun penuh dengan hasrat yang tertahan. Tristan merasakan tubuh Revana merespons, tangan kecilnya mulai men

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-19
  • Istri Tawanan CEO Kejam   Bab 41: Tidak Bisa Menghilangkan Pikiran Negatif

    Bibir Tristan tidak berhenti menggerutu hingga tiba ke rumah. Bukannya marah, dia malah merutuki dirinya karena sudah membuat istrinya mengalami kesulitan di masa kehamilannya karena ulahnya."Mas?" panggil Revana."Hm?" balas Tristan pelan. Tanpa menoleh ke arah Revana."Kamu marah?" tanya Revana ingin tahu.Tristan menggeleng. Ia kemudian menyunggingkan senyum tipis lalu menggenggam tangan Revana seraya menghela napasnya dengan panjang."Tidak. Aku sedang merutuki diriku sendiri karena sudah membuatmu susah. Kehamilan pertamamu jadi lemah karena ulahku.""Kamu tidak salah, Mas. Sebagai calon orang tua baru, kita tidak tahu apa saja yang harus kita hindari dan lain sebagainya. Bahkan untuk bertanya pun pada siapa? Bukankah harus bertanya pada yang lebih paham?"Tristan mengangguk. "Jangan bahas itu lagi. Aku sedang badmood. Aku harus puasa selama kurang lebih satu bulanan lagi sampai trimester pertama kamu selesai."Revana mengatup bibirnya menahan tawa melihat raut wajah Tristan yan

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-20
  • Istri Tawanan CEO Kejam   Bab 42: Kenapa Sulit Sekali Mencintai Tristan?

    Tristan terlihat mondar-mandir di ruang tengah dengan tangan kirinya memegang satu botol beer sebagai penghangat tubuhnya yang sudah tidak bisa jauh dari minuman beralkohol.Sesekali ia menggigit jarinya sembari terus uring-uringan tidak jelas. Kadang duduk sekejap, lalu bangun lagi.Hendri yang melihatnya menghela napasnya. Sementara Gave hanya melirik sesekali lalu fokus lagi pada ponselnya.“Kenapa kamu tidak memintanya untuk tidur, Gave? Mau sampai kapan kita menonton bos kita mondar-mandir seperti ini?” tanya Hendri sudah mulai kesal.Gave mengendikan bahunya. “Entahlah. Bahkan aku tidak yakin dia akan tidur malam ini. Pikirannya sedang kalut.”“Karena tidak bisa menyentuh istrinya? Biasanya juga sewa perempuan untuk menuntaskan hasratnya.”“Sayangnya dia tidak mau. Dan aku kena marahnya karena menawarkan perempuan bayaran untuknya.”“Oh, ya? Woah! Tuan Tristan beneran jatuh cinta pada istrinya. Bahkan rela membuang kebiasaannya yang sering tidur dengan wanita bayaran jika sedang

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-21
  • Istri Tawanan CEO Kejam   Bab 43: Aluna is Back!

    "Apa kalian yakin?" Alfrod membalikkan badannya, wajahnya yang penuh otoritas menatap tajam pada anak buahnya.Di ruangan itu, suasana mendadak hening, hanya terdengar desiran pelan dari kipas angin yang berputar di langit-langit.Pria bertubuh gempal bernama Max itu mengangguk dengan tegas. "Saya sangat yakin, Bos. Mana mungkin kami memberikan informasi yang salah pada Anda."Alfrod menaikkan alisnya, matanya yang tajam menelusuri wajah Max dengan cermat. Benar juga apa yang dikatakan oleh Max. Ia paling tidak suka dengan informasi setengah matang, apalagi tidak valid."Bawa aku sekarang juga ke tempat itu!" titahnya, tanpa ragu-ragu, lalu melangkah keluar dari ruang kerjanya dengan langkah yang pasti.Anak buahnya mengikutinya dari belakang, dengan penuh rasa hormat dan ketegangan yang tak terucapkan.Alfrod ingin segera membuat Tristan menunduk padanya, memberikan apa yang dia inginkan.Pemikiran itu menguasai benaknya, mendominasi setiap langkah yang diambilnya. Namun, langkahnya

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-21

Bab terbaru

  • Istri Tawanan CEO Kejam   Bab 117: Serah Terima

    Langit malam membentangkan jubah hitamnya, bertabur bintang yang gemerlap bagai luka-luka kecil yang menganga di dada langit.Tristan berdiri di tengah ruangan yang sepi, memegang berkas terakhir dari masa lalunya yang kelam. Matanya menatap Louis, sahabat lama yang menjadi saksi bisu keputusannya."Aku serahkan semuanya padamu," ucapnya, suaranya penuh kelelahan yang berat seperti batu yang diangkat dengan tangan telanjang. "Jangan pernah membawa namaku lagi dalam misi apa pun itu!"Louis menerima berkas itu dengan gerakan lambat, seperti menghormati akhir sebuah era. Senyumnya merekah samar di sudut bibirnya, sebuah ironi yang menggantung di udara."Aku tahu kamu masih memiliki urusan dengan Alfrod," ujarnya, nada bicaranya bagai belati yang menyentuh luka lama. "Dia sedang marah besar sebab kamu telah membombardir markas utamanya."Tristan mengangkat wajahnya, tatapannya yang gelap bertaut dengan mata Louis. Dalam diam itu ada badai yang berusaha ia redam. "Apakah dia sedang mencar

  • Istri Tawanan CEO Kejam   Bab 116: Melamar Kerja

    “Dengar kabar dari Alfrod?” tanya Tristan sambil menatap Gave yang baru saja menyerahkan dokumen-dokumen yang menuntut tanda tangannya.Nada suaranya tenang, tapi di balik ketenangan itu tersirat kewaspadaan, seperti badai yang sedang menanti waktu untuk meledak.Gave menggeleng perlahan, ekspresinya penuh kehati-hatian. “Belum ada kabar. Tapi sebaiknya kamu tetap waspada. Kemungkinan besar dia sedang menyusun strategi untuk balas dendam. Kamu tahu, Alfrod tak akan tinggal diam begitu saja setelah serangan itu.”Tristan membuka dokumen itu satu per satu, menelusuri kata-kata di dalamnya seakan setiap kata adalah butiran pasir waktu yang akan segera hilang.Pikirannya berkecamuk antara tugasnya sebagai pemimpin mafia dan permintaan Revana yang tak henti terngiang di kepalanya.“Revana memintaku berhenti jadi mafia, Gave. Tapi, aku bingung harus menyerahkan semuanya pada siapa. Tidak mungkin kalau aku memberikannya pada Alfrod—itu sama saja dengan menyerahkan harga diriku padanya.”Gave

  • Istri Tawanan CEO Kejam   Bab 115: Mungkin Semakin Menggila

    Usia Naira kini telah mencapai satu bulan. Bayi mungil itu, dengan pipi lembut bak kelopak mawar yang baru merekah, semakin aktif dan sehat setelah berhasil melewati masa-masa rapuhnya, di mana ia terlahir ke dunia dengan napas yang tertatih-tatih.Revana menghela napas panjang, baru saja selesai mandi, namun segera dihadapkan dengan tangis lembut Naira yang seolah memenuhi ruangan seperti melodi lembut."Sayang..." panggilan Tristan menggema, mendesak Revana keluar dari kamar mandi dengan langkah cepat namun penuh kelembutan seorang ibu."Sudah tahu, Mas." Dengan senyum yang menyiratkan kasih tak terbatas, Revana mengambil alih Naira dari dekapan sang suami. Bayi itu, yang sebelumnya tampak resah, perlahan tenang dalam kehangatan pelukannya.ASI Revana kini telah keluar, setelah minggu-minggu penuh ketekunan dan harapan. Ia ingin memberikan Naira bukan sekadar nutrisi, tetapi juga sepenggal jiwanya, sesuatu yang hanya seorang ibu bisa tawarkan pada darah dagingnya sendiri."Anteng ba

  • Istri Tawanan CEO Kejam   Bab 114: Back Home

    Satu minggu kemudian. Tepat hari ini, minggu ketiga Revana menjalani rawat inapnya di rumah sakit. Aroma disinfektan yang dulu membuatnya merasa gerah kini terasa seperti bagian dari napasnya, tapi hari ini, itu semua akan menjadi kenangan.Ruang perawatan yang dingin dan bernuansa steril akan ia tinggalkan, digantikan dengan kehangatan rumah yang sudah lama ia rindukan.“Namun, harus tetap cek rutin, ya. Luka dalam Anda masih dalam tahap penyembuhan. Jangan terlalu banyak melakukan aktivitas yang melelahkan,” kata dokter Pram, suaranya tegas namun hangat, menatap Revana yang tengah menggendong bayi kecilnya dengan hati-hati, seolah-olah dunia ini hanya berpusat pada mereka berdua.Baby Naira, sang buah hati yang mungil dan rapuh, sudah diperbolehkan pulang. Semakin hari, kesehatannya pun terus membaik, seperti embun yang makin bening saat sinar mentari mulai merayapi langit.Ada kelegaan mendalam yang terpancar di mata Revana, kelegaan yang hanya seorang ibu yang tahu, sebuah perasaa

  • Istri Tawanan CEO Kejam   Bab 113: Lebih Dominan Tristan

    Sudah dua hari Revana dipindahkan ke ruang rawat. Ketika Tristan baru saja tiba di kamar, matanya langsung menangkap wajah Revana yang ditekuk, menunjukkan ekspresi memelas yang begitu menggemaskan, seolah memohon sesuatu dengan lirih dari balik sorot matanya yang teduh.“Sayang, ada apa? Kenapa wajahmu ditekuk seperti itu, hm?” Tristan bertanya dengan senyum lembut yang terulas di bibirnya.Tanpa ragu, ia mendekat dan mencium kening istrinya dengan penuh kasih, memberikan kehangatan yang membuat Revana tersipu.“Mas… aku ingin melihat anak kita. Aku ingin melihat baby Naira. Aku sudah membaik lho, Mas.” Revana merajuk, nada suaranya manis seperti anak kecil yang merengek ingin hadiah, membuat Tristan tersenyum geli.Melihat Revana begitu menggemaskan, Tristan tak bisa menahan senyumnya. “Baiklah. Kita akan melihat anak kita hari ini,” ucapnya lembut, suaranya seperti angin sejuk yang membawa kebahagiaan di hati Revana.Seketika, senyum lebar menghiasi bibir Revana, matanya berbinar p

  • Istri Tawanan CEO Kejam   Bab 112: Perbaiki Semuanya

    “Kenapa kamu menyelamatkanku?” tanya Revana, suaranya begitu lirih, seolah datang dari tempat yang jauh.Tatapan matanya yang masih redup menatap Tristan dengan penuh kebingungan dan rasa bersalah yang mengabur di kedalaman matanya.Tristan menggelengkan kepalanya pelan, senyum kecil namun penuh kasih sayang menghiasi wajahnya.“Aku tidak akan membiarkanmu meninggalkanku, Revana. Jangan pernah berpikir aku rela kehilanganmu,” bisiknya, seraya menggenggam tangan Revana dengan lembut namun erat, seolah memastikan bahwa ia tidak akan pernah terlepas lagi.Revana menutup matanya, tenggelam dalam keheningan yang begitu dalam. Rasa bersalah menggerogoti hatinya; ia terbayang kehilangan buah hatinya, menyalahkan dirinya sendiri yang tak mampu melindungi kehidupan yang pernah tumbuh dalam rahimnya.“Aku akan menjadi ibu yang jahat karena tidak melindungi anakku sendiri,” bisiknya, suaranya nyaris tak terdengar, penuh kepedihan yang ia pendam sendirian.“Tidak, Sayang. Jangan berpikir seperti

  • Istri Tawanan CEO Kejam   Bab 111: I Miss You, Revana

    Dua minggu kemudian ...Langkah Tristan terdengar pelan namun penuh keteguhan ketika ia memasuki rumah sakit.Di tangannya, tergenggam sebuah paper bag besar berisi popok dan susu formula untuk putrinya yang mungil, yang hingga kini masih terlelap dalam ruang inkubator, seolah berselimut dalam kehangatan buatan yang melindunginya dari dunia yang masih terlalu keras.“Sus. Ini, susu dan popok untuk satu minggu ke depan.” Tristan menyerahkan tas itu kepada perawat, suaranya tenang namun terselip rasa sayang yang dalam.“Baik, Pak. Terima kasih,” jawab perawat itu, mengangguk hormat.Tristan menghela napas panjang, lalu sedikit membungkukkan tubuhnya, ingin menyapa sang buah hati yang belum sepenuhnya ia rangkul. Senyum tipis terlukis di bibirnya, menyiratkan kerinduan yang tak terkatakan.“Hei. Sebentar lagi kamu sudah bisa Papi gendong,” ucapnya dengan kelembutan yang menetes seperti embun pagi. Pandangannya melekat pada wajah mungil yang terbaring tenang, jiwanya berbisik penuh harapa

  • Istri Tawanan CEO Kejam   Bab 110: Tidak Perlu Meminta Maaf

    “Siapa yang berani menghancurkan markasku!” pekik Alfrod, suaranya bergemuruh bak badai menggelegar, mengguncang dunia di bawah cakrawala yang muram.Matanya menatap kosong pada pemandangan yang menyayat hati; markas yang selama ini menjadi simbol kejayaannya kini hanya menyisakan puing-puing berdebu, sisa-sisa dari ledakan yang menyapu semalam, meninggalkan kehampaan yang dingin dan mematikan.Empat nyawa turut lenyap dalam kobaran tanpa sisa—hanya debu dan kenangan yang tinggal mengambang di udara yang pekat.“Berengsek! Barang-barang berhargaku hancur lebur! Arghh!!” teriaknya lagi.Amarah menyelubunginya, merambat seperti api liar dalam gurun kering, sampai-sampai tangan kasarnya tak segan-segan menjambak rambutnya sendiri, seolah merobek sebagian dari dirinya yang tak mampu menerima kenyataan pahit ini.Michael, dengan ketenangan yang kontras, menatap Alfrod. “Siapa lagi kalau bukan Tristan,” ujarnya ringan, suaranya seperti angin yang mengalir lembut di tengah badai.Ia sangat y

  • Istri Tawanan CEO Kejam   Bab 109: Menghancurkan Markas Alfrod

    Tristan melangkah perlahan mendekati tabung inkubator, tempat bayi mungilnya tertidur dengan damai, seolah terlelap dalam dunia kecilnya yang penuh ketenangan.Wajahnya yang lembut dan polos dipagari tabung kaca, memberikan Tristan pandangan pertama pada keajaiban yang kini menjadi bagian dari hidupnya.Dengan hati yang penuh haru, Tristan mengulas senyum lirih, menyadari bahwa dirinya kini seorang ayah.“Hai, Nak,” bisiknya lembut, suaranya nyaris serak oleh emosi yang meluap. “Ini Papi… Ayah yang selalu menunggumu sejak tahu kamu hadir di perut mamimu.”Kata-katanya mengalir pelan, penuh kehangatan dan kasih sayang yang mendalam. Ia menatap buah hatinya dengan sorot penuh kelembutan, mengagumi setiap detail wajah mungil itu—wajah yang begitu mirip dirinya.Di sampingnya, Gave tersenyum lebar sambil melihat lebih dekat keponakan kecilnya. “Wajahnya mirip sekali denganmu, Tristan. Sepertinya Revana hanya mengandung saja,” canda Gave, tertawa pelan.Tristan tersenyum, teringat betapa b

DMCA.com Protection Status