Tristan berdiri di luar ruang rawat Revana, menatap kosong ke depan. Cahaya lampu rumah sakit yang dingin memantulkan bayangannya di lantai mengilap, menambah kesan sepi yang menghantui malam itu. Hatinya dipenuhi kekalutan; wanita yang ia cintai kini menjauh darinya, memilih diam dan enggan berbicara. Setiap kali ia mencoba mendekat, hanya sapaan singkat yang ia terima, seakan ada tembok tebal yang memisahkan mereka.Ketika langkah kaki mendekat, Tristan mengalihkan pandangannya. Gave, dengan tubuh tegap dan ekspresi wajah yang tenang, datang mendekat. Ia duduk di sebelah Tristan tanpa berkata-kata, lalu menyerahkan satu botol bir dingin. "Anda pasti butuh ini," kata Gave dengan nada datar, namun penuh pengertian.Tristan meraih botol bir itu, mengangguk sebagai tanda terima kasih, lalu membuka tutupnya dengan bunyi kecil yang bergema di lorong sepi. "Thanks," ucapnya singkat, sebelum meneguk minuman itu. Rasanya pahit, seperti perasaannya malam itu.Gave, dengan tatapan yang tertu
Last Updated : 2024-08-01 Read more