Semua Bab Istri Tawanan CEO Kejam: Bab 61 - Bab 70

97 Bab

Bab 61: Akan Dicari Sampai ke Inti Bumi!

Malam itu, setelah pencarian yang melelahkan di taman dan sekitarnya, Tristan kembali ke rumah dengan hati yang gelisah. Begitu sampai di ruang tengah yang remang-remang, ia segera meraih ponselnya dan menghubungi temannya, Jay, salah satu sahabat Tristan yang sudah bergelut dengan teknologi dan IT. Ia tahu hanya Jay yang bisa membantunya melacak pergerakan Revana."Halo, Jay? Aku butuh bantuanmu," kata Tristan dengan suara tegang, berusaha menahan emosi yang berkecamuk di dalam dirinya. Jantungnya berdetak kencang, seolah menandakan betapa pentingnya panggilan itu."Tristan? Ada apa malam-malam begini?" balas Jay dengan nada heran. "Kamu butuh apa?" Suara Jay terdengar berat namun penuh perhatian, mencerminkan keseriusan yang jarang ia tunjukkan."Aku perlu kamu cek CCTV di rumah sakit. Aku harus tahu ke mana sebenarnya Revana pergi," Tristan berbicara cepat, hampir tanpa jeda, menunjukkan betapa putus asanya ia. Kata-katanya berdesakan keluar, tak mampu menahan kegelisahan yang mem
Baca selengkapnya

Bab 62: Menggeledah Rumah Rony

“Tuan. Anda akan pergi ke rumah Rony, kan?”Tristan yang tengah mengancingkan kemeja putihnya lalu mengangguk. “Ya. Aku harap Revana pergi ke rumah ayahnya. Kenapa?” tanya Tristan.“Izinkan saya ikut. Saya ingin menanyakan tentang Revana kenapa bisa jadi anak Rony. Padahal dia adalah adik kandung saya.”Tristan menghela napasnya. “Kamu ingin memastikan sesuatu?”Gave mengangguk. “Ya. Saya ingin tahu. Apakah benar, dia yang telah menculik Revana, atau bukan.”Tristan yang sudah dengar cerita tentang adik Gave yang hilang tenggelam di danau saat usianya masih tujuh tahun itu paham dengan rasa penasaran Gave yang tinggi.“Ikut saja, Gave. Kamu masih jadi bodyguard-ku, kan?”Gave tersenyum. Namun, tidak dengan Tristan. Pria itu masih belum bisa bernapas lega sebelum menemukan sang istri yang entah ada di mana kini ia berada.Pagi itu, Tristan dan Gave melangkah dengan cepat menuju rumah Rony, ayah Revana. Harapan mereka hanyalah menemukan wanita itu di sana.Hari-hari sebelumnya penuh den
Baca selengkapnya

Bab 63: Revana Mencintainya?

Dalam hening yang mencekam, Rony terdiam, seolah mencari kata-kata yang tepat di antara reruntuhan hatinya. Kebohongan yang ia tutupi begitu lama mulai terkuak.Akhirnya, dengan suara hampir tak terdengar, ia berkata, "Revana ... memang bukan anak kandung saya."Gave menarik napas dalam-dalam, mendekatkan tubuhnya pada Rony yang bergetar halus menahan rasa takutnya.Dua sosok di hadapannya ini benar-benar membuat nyalinya menciut. Gave memegang pundak Rony, sedikit meremasnya, dengan tatapan tajam yang tak terbantahkan."Katakan dengan jujur, kamu menemukan Revana di mana? Apakah benar, Revana tenggelam di danau lalu kamu mengambilnya?"Rony mengangkat kepalanya, menggelengkan kepala dengan kekhawatiran yang terpancar di wajahnya. "Bu—bukan. Revana ... saya dan istri saya menemukan dia di pinggiran danau, tapi tidak tenggelam. Bajunya basah mungkin karena kehujanan.“Malam itu, saya dan istri saya hendak pergi ke panti asuhan untuk mencari anak yang bisa kami adopsi, karena selama lim
Baca selengkapnya

Bab 64: Aku sudah tidak Peduli

“Kamu dengar tadi, kan? Mantan kekasih Revana. Sepertinya kita harus menemui dia,” ucap Tristan, matanya menatap lurus ke depan, namun pikirannya jauh melayang pada berbagai kemungkinan yang terus menghantui. Gave menoleh ke arah Tristan yang duduk di sampingnya, sementara tangannya dengan cekatan mengemudikan mobil yang kini membawa mereka melintasi jalanan yang sepi. “Anda yakin akan mencari tahu sampai ke mantannya Revana? Kalau bukan pria itu yang membawa Revana, Anda sendiri yang malu,” saran Gave dengan nada yang tak bisa menyembunyikan kekhawatirannya. Ia tahu, bosnya ini sedang kalang kabut, tidak bisa berpikir jernih karena situasi yang semakin menekan. “Ikuti saja, jangan banyak bicara, Gave. Memangnya kamu tidak khawatir dengan kondisi Revana di luar sana? Bagaimana jika sebenarnya Revana memang ada di sana?” Tristan memijat keningnya, mencoba meredakan sakit kepala yang terasa semakin menusuk. Bayangan Revana yang hilang, keberadaan yang tak pasti, semuanya mem
Baca selengkapnya

Bab 65: Penyesalan tak Berarti

Angin malam berhembus lembut melalui celah jendela yang terbuka setengah, menggerakkan tirai dengan lembut seakan mencoba menenangkan badai yang berkecamuk di dalam dada Tristan.Di ruangan yang temaram, hanya ada dua hal yang menghiasi keberadaan Tristan; bayang-bayang yang terus menghantuinya dan segelas minuman yang dingin.Ia duduk di atas sofa kulit yang dingin, tubuhnya tertelungkup dengan kepala tersandar lemah. Gelas kristal di tangannya sedikit terguncang, menandakan ketidakstabilan yang menguasai dirinya.“Di mana kamu, Revana? Kenapa sulit sekali menemukanmu,” gumamnya, suaranya seperti bisikan angin yang kehilangan arah. Tidak ada yang mendengarnya, kecuali kesunyian yang pekat dan gelap, menelannya seketika tanpa ampun.Pikiran Tristan seperti jaringan yang kusut, sulit terurai, penuh dengan penyesalan yang menggigit. Perasaan bersalah mencekik hatinya dengan cengkeraman yang dingin. Ia adalah pria yang telah membuat pilihan buruk, pria yang telah mengabaikan wanita yang
Baca selengkapnya

Bab 66: Akan Membuat Mereka Pisah Selamanya!

Malam yang kelam memeluk dunia dengan keheningan yang dingin, tapi tidak ada yang lebih dingin dari amarah yang membakar dalam dada Aluna.Dengan satu gerakan yang kasar, ia melemparkan ponselnya ke sofa, memantul dengan suara keras yang menggema di seluruh ruangan. Ekspresi wajahnya berubah drastis, dari kecewa menjadi penuh kemarahan yang hampir meledak.“Argh! Tristan sialan!” pekiknya, mengeluarkan kemarahan yang seolah sudah lama terpendam.Napasnya memburu, seakan setiap helaan udara yang ia hirup hanya menambah api yang berkobar di dalam dirinya. Amarah itu begitu kuat hingga ia merasa seakan akan meledak, dipenuhi oleh emosi yang tak terkendali.Pikirannya dipenuhi dengan kekecewaan dan rasa tidak percaya. Ia, Aluna, yang selama ini percaya bahwa dirinya adalah satu-satunya wanita yang mampu mengendalikan Tristan, kini dikhianati oleh kenyataan yang tak bisa ia terima.Tristan, pria yang seharusnya tunduk di bawah pesonanya, kini lebih memilih untuk bersama istrinya—wanita yan
Baca selengkapnya

Bab 67: Tak ingin Jadi Lelaki Bodoh lagi

Di dalam ruangan makan yang luas dan megah, suasana terasa mencekam. Hanya ada bunyi dentingan sendok yang terus-menerus beradu dengan piring, meski tak ada makanan yang benar-benar tersentuh.Tristan duduk di ujung meja panjang, dikelilingi oleh berbagai hidangan lezat yang telah disiapkan oleh para pelayan, tetapi tak ada satu pun yang menggugah seleranya.Makanan itu hanya diambil sejumput, dicicipi sekilas, lalu dibuang begitu saja ke piring di hadapannya.Pelayan-pelayan yang sibuk hilir-mudik, tampak semakin kewalahan menghadapi keadaan tuan mereka yang tak bisa dipuaskan oleh makanan apa pun.Hendri menghela napasnya lalu melirik ke arah Gave yang berdiri tak jauh dari Tristan. Wajahnya yang biasanya tenang kini terlihat penuh kecemasan.Gave hanya bisa menghela napas dalam, menyadari betapa parah kondisi Tristan. Pandangannya tertuju pada pria yang dulu dikenal penuh semangat dan karisma, kini hanyalah bayangan dari dirinya yang dulu."Bagaimana ini, Gave? Tuan Tristan tidak m
Baca selengkapnya

Bab 68: Hidupmu tidak Ditentukan oleh Masa Lalu

Jauh dari gemerlapnya kota dan kemewahan yang dulu mengelilingi hidupnya, Revana kini berdiri di sebuah kafe kecil yang terletak di tepi pantai. Kafe itu tak besar, tetapi cukup ramai dikunjungi orang-orang yang ingin menikmati waktu santai sambil mendengarkan debur ombak yang menenangkan.Di sinilah Revana menghabiskan hari-harinya, menyibukkan diri dengan berbagai pekerjaan yang tak pernah habis, mencoba melupakan semua kesedihan yang pernah menggerogoti hatinya.Piring-piring kotor yang menumpuk di wastafel menjadi saksi bisu dari kehidupannya yang baru. Dengan tangkas, Revana mencuci satu per satu piring itu, membiarkan pikirannya melayang pada hal-hal yang lebih menyenangkan.Meski demikian, bayangan Tristan dan kehidupan mereka yang dulu tak pernah benar-benar hilang dari benaknya.“Revana? Sudah waktunya istirahat,” suara berat Zion, pemilik kafe, membuyarkan lamunannya. Zion adalah pria paruh baya dengan wajah bersahaja yang selalu menunjukkan kepedulian terhadap para pekerjan
Baca selengkapnya

Bab 69: Kamu Tahu dari Mana?

Rony berjalan perlahan menuju meja makan, mengamati Dea yang sedang sarapan dengan tenang. Setiap gerakannya begitu lambat, seolah-olah setiap langkah terasa berat baginya. Raut wajahnya yang suram memancarkan beban pikiran yang tak terhingga, seakan tak ada satu pun momen yang luput dari kekhawatirannya.Dea, yang menyadari kehadiran sang ayah, hanya melirik sekilas sebelum kembali menundukkan kepalanya, menikmati setiap suap sarapannya dengan penuh kehati-hatian.“Ayah masih mengkhawatirkan keberadaan Revana?” Dea bertanya tanpa mengangkat wajahnya, suaranya lembut namun penuh kepedulian. Dia tahu bahwa beban pikiran ayahnya adalah sesuatu yang tidak bisa diabaikan begitu saja.Rony menghela napas panjang, mengambil segelas air dan meminumnya dengan perlahan. “Tentu saja, Dea. Ayah mana yang tidak khawatir saat anaknya hilang dan tak diketahui keberadaannya? Dulu, Ayah mungkin khawatir Tristan tidak memperlakukan Revana dengan baik. Tapi kali ini, kekhawatiran Ayah lebih besar, kare
Baca selengkapnya

Bab 70: Cari Tahu Semuanya

Dea sedikit gelagapan, bibirnya sempat bergetar, namun ia segera menguasai dirinya. Dia tidak bisa terlihat lemah di hadapan Gave.“Tentu saja aku tahu dari ayahku,” jawab Dea dengan nada yang berusaha dibuat tenang, meski ada sedikit gemetar yang tak bisa ia sembunyikan.Gave menaikkan alisnya, tak langsung mempercayai jawaban itu. “Setahuku, ayahmu juga tidak tahu soal ini. Kami tidak pernah memberi tahu soal ini—”Dea memotong ucapan Gave dengan cepat, suaranya kini terdengar lebih tajam, menyiratkan kemarahan yang sudah lama terpendam. “Meskipun kalian tidak memberi tahu, tapi ayahku tahu mengenai kekasih Tristan itu. Dia mencari tahu semuanya, dan alasan kepergian Revana karena Aluna, kan? Karena Tristan lebih memilih menemani Aluna daripada istrinya sendiri yang sedang hamil!” Wajahnya memerah, matanya berkilat penuh kemarahan.Gave memperhatikan bagaimana emosi Dea meledak, menunjukkan betapa kecewanya dia pada Tristan. Nada suaranya lembut namun tegas saat ia berbicara kembali
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status