Semua Bab Neraka Pernikahan CEO Arogan: Bab 31 - Bab 40

155 Bab

Bab 31

Di kantor, Rayyan melamun di kursi kebesarannya. Ia menatap tangannya yang tengah memegang sehelai kain brokat berwarna maroon. Tok! Tok! "Boss! Kita mau ketemu klien di–" Bobby terdiam seketika karena melihat sang atasan yang tiba-tiba grasak-grusuk di tempat duduknya. Ada yang terlempar dari tangan Rayyan dan jatuh ke lantai. Bobby mengernyitkan dahi ketika melihat sehelai kain brokat teronggok tidak jelas di sana. Ia pun mendekat, ingin memungut benda itu. Namun, belum sempat tangannya menyentuh kain kecil itu– "Jangan sentuh!!!" teriak Rayyan menyebabkan Bobby terlonjak dan tak jadi memungut kain aneh tersebut. "Napa, Boss?" tanyanya dengan sorot penasaran, "itu apaan?" "Itu sapu tangan saya!" "Heh? Kok, aneh, ada rendanya?" Bobby kembali ingin meraih kain tersebut. "Berengs*k! Dibilang jangan sentuh!" Rayyan gegas melangkah maju dan langsung mengambil kain kecil itu. "Kamu kalo mau masuk, permisi dulu kenapa?! Keluar sekarang!!" bentak Rayyan keras sembari men
Baca selengkapnya

Bab 32

"Innalillaahi wa inna ilaihi roji'uuun. Ibuuuu ...!" pekik Lestari tertahan, "di mana ibuku, Maaas?" Rayyan menghela napas berat mendengar berita buruk itu. Ia memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana dan menoleh ke arah Bobby yang ternganga kaget. "Ibumu sudah dibawa ke ruang jenazah, Tari," sahut Deka, "ayo, Mas antar ke sana," ajaknya. Lestari yang wajahnya sudah bersimbah air mata menoleh ke arah Rayyan seakan meminta izin untuk mengikuti Deka. Rayyan mendengkus kasar. "Ayo!" serunya menarik pergelangan tangan sang istri. Ia juga penasaran ingin melihat Nurma, yang mungkin ini untuk terakhir kalinya. Bobby berlari kecil mengejar atasannya. Akan tetapi, tiba-tiba Rayyan menghentikan langkah membuat semua orang ikut diam dan menatapnya heran. "Bob, kamu tunggu Pak Dinar di sini. Kalau ada apa-apa, bilang!" titahnya kepada sang bawahan. "Eh, i–iya. Oke, Boss!" sahut Bobby. Pria muda itu pun berbalik dan menunggu di kursi di depan ruang operasi. Rayyan lalu me
Baca selengkapnya

Bab 33

"Dok, gimana keadaan Ayah saya?" Lestari langsung menghampiri dokter yang baru saja keluar dari ruang tindakan operasi di hadapannya. Sudah lebih dari 4 jam Dinar di dalam ruang itu. Kini Lestari merasa tidak sabar ingin mengetahui kabarnya. "Operasinya alhamdulilah bisa dilakukan dengan baik. Tapi, pasien masih dalam keadaan yang belum stabil. Kami sudah melakukan yang terbaik, jadi kita tinggal berdoa kepada Yang Kuasa," jelas sang dokter yang di dadanya terdapat name tag bertuliskan dr. Indra Kuncoro itu. "Apa sudah boleh dijenguk, Dok?" tanya Tari lagi. "Belum ya. Nanti kalau memang sudah bisa dijenguk, akan dikabarkan kepada pihak keluarga," pungkas Dokter Indra, "Mbak ini siapanya?" tanya dokter yang terlihat masih berusia 30 tahunan itu. Sungguh, dalam hati sang dokter memuji keindahan rupa keluarga pasien yang baru ia tangani barusan. "Eh, iya, Dok. Saya anak beliau," jawab Lestari apa adanya. "Hmm, oke. Dan ... ini suaminya?" Dokter Indra menunjuk ke arah Bobby ya
Baca selengkapnya

Bab 34

"Eh, i–ya, baik, Mas." Lestari lalu melangkah masuk dan mengambil bantal serta selimutnya di sana. Kemudian ia kembali keluar dari kamar tersebut. "Mulai sekarang kamu yang mesti membereskan kamar saya, bukan Bi Nunung lagi. Paham kamu? Bibi juga paham ya?" Rayyan menatap Lestari dan Nunung bergiliran. "Baik, Mas," sahut Tari. Nunung pun ikut menyahut dan mengiyakan. "Kamar yang di sana sudah dibereskan, Bi? Saya mau semua tertata dengan rapi seperti semula." Rayyan menunjuk kamar orang tua angkatnya yang beberapa hari lalu dipakai oleh orang tua Lestari. "Oh, kamar itu. Sudah saya bereskan, Tuan," jawab Nunung. "Bagus!" seru Rayyan. Lestari tampak ingin bergerak pergi dari tempat itu karena hendak menaruh benda-benda miliknya yang tadi ia ambil dari kamar Rayyan. "Eh, Tari! Saya belum selesai ngomong!" cetus Rayyan menahan gerakan sang istri. Tari pun kembali menghadap suaminya. "Maaf, Mas." "Ck!" Rayyan bosan dengan ucapan maaf dari perempuan itu, "malam ini saya
Baca selengkapnya

Bab 35

Lestari terkesiap sebentar. Kemudian perempuan itu pun kembali menarik kedua sudut bibirnya lebih lebar. "Ah, ini Mas Rayyan-nya. Mas Burhan dan Mas Rayyan saling kenal?" Burhan tersenyum lebar. "Tentu sa–" "Maaf, saya nggak kenal sama dia. Ayo kita bayar belanjaan dulu!" cetus Rayyan memotong omongan Burhan dan ia langsung merangkul pinggang sang istri menjauhi pria yang menjadi teman baik adik angkatnya tersebut. Burhan hanya terdiam dan terkejut melihat sikap Rayyan. 'Kenapa sejak hari resepsi waktu itu Bang Rayyan bersikap seolah tidak pernah kenal sama aku?' Hati lelaki itu bertanya-tanya. Begitu juga Lestari, wanita muda itu menoleh sebentar ke arah belakang, melihat wajah Burhan yang terheran-heran di sana. Sungguh, ia juga merasa aneh melihat sikap Rayyan. Andaikata Rayyan memang tidak kenal dengan Burhan, apa salahnya saling menyapa dan berkenalan sebentar? Nunung pun tak kalah bingung melihat situasi yang absurd barusan. Namun, ia memutuskan untuk mengikuti sang majikan
Baca selengkapnya

Bab 36

"Buka pakaianmu!" Rayyan berseru sembari membuka kaus berkerah yang ia kenakan sendiri. Lestari yang masih menahan sakit di kulit kepalanya itu menggeleng-gelengkan kepala dengan keras. Air mata berderaian di wajahnya. Ia beringsut perlahan hendak kabur. Rayyan membuka gesper yang ia pake dan melonggarkan celananya. Lestari berlari menuju ke arah pintu, tetapi dengan cepat pintu yang sempat terbuka sedikit itu kembali tertutup rapat oleh gerakan kilat Rayyan yang mendahuluinya. "Kamu mau ke mana, heh?" Rayyan menangkap pergelangan tangan Lestari seraya berusaha menyeretnya menuju ke tempat tidur. "Nggak, Mas. Aku nggak mauuu ...!" Lestari berusaha meronta dengan memutar tangannya agar lepas dari pegangan sang suami. Sungguh, degup jantungnya berdebar begitu kencang. Ia takut kalau Rayyan bersikap kasar. Bahkan lebih kasar daripada waktu itu. "Nggak mau, katamu! Kamu 'kan, tahu kalau menolak suami artinya apa! Kamu harus nurut! Kamu buktikan kalau kamu itu masih suci!" Rayy
Baca selengkapnya

Bab 37

Lestari tertunduk di atas tempat tidur setelah ia membersihkan diri di kamar mandi tadi. "Akh ... ssshh ...!" desahnya merasa perih saat Nunung mengoleskan balm ke atas luka-luka di tubuhnya. "Tahan bentar ya, Nya," ujar Nunung sembari membayangkan betapa kasarnya Rayyan memperlakukan sang nyonya tadi di kamarnya. Sungguh, dirinya pun turut merasa perih dengan penderitaan yang dirasakan oleh Lestari. "Iya, Bi," lirih Lestari menjawab. Dari leher, dada, serta perut wanita muda itu penuh dengan rona merah keunguan. Belum lagi dahinya yang lebam dan membengkak, lalu bekas-bekas cakaran Rayyan, juga pergelangan tangan Tari yang memerah. Nunung hanya bisa meringis menahan perasaannya sendiri. Ceklek! "Bi!" Deg! Spontan Nunung terkesiap. Wanita tua itu dan Lestari pun refleks melihat ke arah pintu yang kini sudah terbuka di sana. Itu Rayyan yang membuka pintu dan memanggil sang asisten rumah tangganya. Lestari kontan bergerak cepat menutupi tubuhnya yang tadi terbuka deng
Baca selengkapnya

Bab 38

Sepekan telah berlalu, bekas luka-luka yang dialami Lestari hari itu sudah mulai memudar, meskipun di beberapa bagian masih terlihat samar, terutama bekas kuku Rayyan di leher dan di pahanya. Perasaan wanita itu juga sudah semakin membaik, mekipun belum sepenuhnya sebab sikap Rayyan sama sekali tidak berubah. Lelaki itu masih saja sering membentaknya dengan keras, meskipun kesalahan kecil yang ia lakukan. Kalau sudah seperti itu, memori Lestari kontan saja teringat kejadian malam itu. Ia akan merasakan perubahan dalam tubuhnya. Tubuhnya bakal terasa gemetaran meskipun tidak kentara terlihat oleh orang lain, tapi dirinya sendirilah yang paling merasakan hal tersebut. *** "Boss, nanti malam Boss pergi nggak ke undangan pernikahan anak Pak Herlan?" tanya Bobby ketika dia dan Rayyan baru saja selesai makan siang bersama sambil membicarakan tentang pekerjaan. Rayyan tidak makan berat, karena seperti biasa, dia sudah merasa nyaman dengan masakan Lestari. Pria itu tidak mau lagi m
Baca selengkapnya

Bab 39

"Nanti di pesta kamu jangan bersikap kampungan ya. Jangan buat aku malu," ujar Rayyan memperingatkan istri cantiknya sebelum mereka benar-benar sampai di area pendopo hotel yang mana di hotel tersebut merupakan tempat perayaan pernikahan putri kliennya. "Iya, in syaa Allah, Mas." Lestari menoleh ke arah wajah tampan sang suami di sampingnya. Jujur saja, ia yang tadinya merasa senang diajak, jadi khawatir karena takut melakukan sesuatu yang dianggap sebagai kesalahan bagi Rayyan. Setelah kendaraan mereka berhenti di gerbang yang mengarah ke lobby, kemudian pintu mobil bagian duduk Lestari pun dibukakan oleh seorang petugas hotel. "Selamat datang ... silakan ...!" sapa sang petugas berjas ungu itu ramah. Lestari hanya mengulas sedikit senyuman, lantas ia menurunkan kakinya dari kendaraan. Bersyukur Rayyan membelikan sepatu yang berhak tidak terlalu tinggi, jadi Lestari tidak begitu kesulitan menjaga keseimbangan tubuhnya sendiri. Rayyan yang sudah keluar juga dari kendaraan mendekat
Baca selengkapnya

Bab 40

"Apa kabar, Ray?" Clara mengulas senyum menggoda ke arah mantan suaminya. "Suamimu mana? Kenapa istrinya dibiarkan keliaran di toilet pria?" sindir Rayyan sembari mengeringkan tangannya menggunakan hand dryer automatic yang ada di sana. Ia tak mau menjawab pertanyaan yang menurutnya tak penting dari perempuan di hadapannya itu. Clara tampak mencebikkan bibir dengan lipstik merah meronanya. "Dia lagi ngurusin istri tuanya yang sakit-sakitan di rumahnya." Rayyan tertawa kecil seakan mengejek. "Syukurlah kamu dapat suami yang baik, yang perhatian sama kedua istrinya. Oh, ya, aku kembali dulu ke depan." "Siapa perempuan berhijab di sana tadi? Itu istri barumu? Atau pembantu baru?" Mendengar celaan Clara, Rayyan sontak mengurungkan gerak langkah kakinya. Kedua alis pria itu bertautan dengan ucapan bernada penghinaan itu. Sungguh, meski memang benar ia memperlakukan Lestari dengan buruk bak seorang pembantu, tetapi celaan itu membuat telinganya terasa panas. "Ray ... Ray ... nggak ny
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
16
DMCA.com Protection Status