"Mahal sekali, Sus!" seru Lestari. Sang perawat tersenyum tipis. "Memang sudah seperti itu, Mbak. Ini juga karena Pak Dinar kita rawat di ruang VVIP." "Ya Allah ...," lirih Lestari sembari memijat pangkal hidungnya. Kepalanya terasa berdenyut sekarang. "Kalau pihak keluarga keberatan, sebenarnya bisa diarahkan ke ruang biasa, Mbak. Tapi, sejak awal Pak Dinar diminta dirawat di ruang ini." Rayyan menyembunyikan senyumannya. 'Rasakan!' Lestari menoleh ke arah suaminya. "Mas, bagaimana ini?" "Mas sama Mbaknya silakan nanti biaya untuk dua pekanan ini dilunasi di bagian kasir ya, yang kemarin totalnya 78 juta, baru dibayar 45 juta. Nanti tinggal minta perinciannya. Kalau mau dipindahkan bapaknya, nanti bilang saja ya, Mbak. Saya permisi dulu," imbuh sang perawat seraya mengangguk pamit. "Ah, i–ya, Sus." Lestari terlihat sangat gugup. "Huh! Menyusahkan saja orang tua kamu ini!" cetus Rayyan sembari berjalan menuju ke arah jendela ruang itu, "yang 45 juta itu uang saya ya. Untuk ber
Baca selengkapnya