All Chapters of Neraka Pernikahan CEO Arogan: Chapter 51 - Chapter 60

124 Chapters

Bab 51

"Nya, ada tamu mau mau jumpa dengan Nyonya!" Tiba-tiba Nunung yang baru saja dari arah depan rumah memanggil Lestari yang sedang membersihkan teras belakang rumah. Wanita muda itu pun menoleh. "Mau ketemu aku?" tanya Lestari heran. Ya, bagaimana tidak, tidak pernah ada orang yang mencarinya di rumah ini sebelumnya. "Iya, cepet, Nya. Nanti tuan marah. Tamunya datang sama Mas Bobby." Lestari masih merasa heran. Akan tetapi, mendengar nama suaminya, ia pun gegas menuju ke kamarnya untuk mengganti pakaian dan mengenakan bergo. Setelah itu, wanita muda tersebut pun melenggang ke ruang tamu. Tampaklah Rayyan, kemudian Bobby, beserta seorang lelaki yang berusia sekitar 40an di sana. "Sini duduk!" suruh Rayyan ketika sang istri sembari berisyarat menunjuk ke sofa di sebelahnya. Lestari pun mendekat dan mendaratkan bobotnya ke sofa tersebut. Pandangan matanya terarah kepada Bobby dan orang yang sekarang bersamanya bergiliran. "Hmm, ada apa ya, Mas?" Wanita muda itu menoleh ke arah san
Read more

Bab 52

Setelah Bobby dan Susno pergi, Rayyan mempertanyakan ketidaktegasan Lestari. "Utang Ayahmu ada di uang tanah itu! Kenapa malah kamu mau aja berkompromi dengan dia?" "Hmm, Mas. Aku pikir ... kalau dipaksakan juga sepertinya berat. Orang itu lagi ada masalah, dan kalaupun kita tuntut, aku rasa percuma, tetap saja uangnya nggak bakal ada, Mas. Jadi, menurutku, ada baiknya aku nunggu 3 bulan aja. Toh, nanti uangnya juga dilunasi." Rayyan tertawa sumbang. "Sok baik banget kamu ini, mikirin orang lain, sementara orang lain belum tentu mikirin kamu. Terserah kamulah!" Rayyan lalu bangkit berdiri dari sofa ruang tamu itu. Lestari menatap punggung suaminya yang mulai melenggang menjauh. 'Kamu memang lugu, Tari. Kamu tidak tahu apa-apa soal untung rugi. Memang siapa yang bisa jamin orang itu bakal menepati janjinya untuk melunasi dalam jangka waktu 3 bulan?' cetus Rayyan di dalam hati. "Ah, iya! Kamu siap-siap! Kita ke dokter kulit sekarang!" seru Rayyan sebelum langkahnya menjauh. "Seka
Read more

Bab 53

"Mahal sekali, Sus!" seru Lestari. Sang perawat tersenyum tipis. "Memang sudah seperti itu, Mbak. Ini juga karena Pak Dinar kita rawat di ruang VVIP." "Ya Allah ...," lirih Lestari sembari memijat pangkal hidungnya. Kepalanya terasa berdenyut sekarang. "Kalau pihak keluarga keberatan, sebenarnya bisa diarahkan ke ruang biasa, Mbak. Tapi, sejak awal Pak Dinar diminta dirawat di ruang ini." Rayyan menyembunyikan senyumannya. 'Rasakan!' Lestari menoleh ke arah suaminya. "Mas, bagaimana ini?" "Mas sama Mbaknya silakan nanti biaya untuk dua pekanan ini dilunasi di bagian kasir ya, yang kemarin totalnya 78 juta, baru dibayar 45 juta. Nanti tinggal minta perinciannya. Kalau mau dipindahkan bapaknya, nanti bilang saja ya, Mbak. Saya permisi dulu," imbuh sang perawat seraya mengangguk pamit. "Ah, i–ya, Sus." Lestari terlihat sangat gugup. "Huh! Menyusahkan saja orang tua kamu ini!" cetus Rayyan sembari berjalan menuju ke arah jendela ruang itu, "yang 45 juta itu uang saya ya. Untuk ber
Read more

Bab 54

Lestari memegang tangan sang ayah dan menempelkan di pipinya. "Yah ... Ayah bangun, dong, Yah. Tari nggak tega lihat Ayah seperti ini ...."Saat ini Dinar Abdullah sudah dipindahkan ke ruang kelas dua. Meski tidak wah dan lengkap seperti sebelumnya, cukup lumayan, sebab ruang ini hanya diisi oleh dua orang pasien saja. Pria tua itu tetap bergeming. Hanya suara deru napasnya saja yang terdengar di sana.Lestari merasa begitu sedih karena kondisi ayahnya yang masih tidak sadar, sekaligus ia juga merasa gundah dengan sikap suaminya yang sering berubah-ubah saat ini. Ya, dua hari belakangan suaminya sedikit melembut, tadinya ia pikir Rayyan akan berubah baik. Nyatanya tetap saja lelaki itu bersikap dan berkata dengan nada yang tidak enak didengar."Permisi ...!" Lestari refleks meletakkan tangan sang ayah ketika tiba-tiba saja datang seorang perawat masuk ke dalam ruang itu dan menghampiri brankar ayahnya."Maaf ya, Mbak ... saya mau cek tensi Bapak dulu." Sang perawat tersenyum ramah s
Read more

Bab 55

Sepasang mata tajam pria yang baru saja datang itu terarah tepat ke tangan sang istri yang dipegang oleh Burhan. Ada yang terbakar di dalam dadanya. Sadar akan sorot mata suaminya, Lestari sontak menarik tangannya hingga lepas dari pegangan Burhan. "Mas? Baru datang?" Degup jantung wanita muda itu bertabuh begitu kencang. Ia teringat terakhir kali ia bertemu dengan Burhan, di mana ia sampai berdebat dan akhirnya Rayyan mengkasari dirinya bahkan di ranjangnya. Rayyan diam dan melenggang maju. "Bang Rayyan, apa kabar?" Burhan yang juga kaget dengan kedatangan Rayyan pun tampak canggung. Ia berusaha bersikap normal kembali dengan mengulurkan tangannya ke arah suami Lestari. "Kalian apa sudah janjian kemari?" Tanpa menjawab pertanyaan Burhan, Rayyan mendekati sang istri dan malah melontarkan pertanyaannya sendiri. "Ohh ... jangan salah paham, Bang. Aku habis jenguk temanku di sebelah." Sebelum Lestari membuka mulutnya, Burhan dengan cepat mendahului wanita itu untuk menjelaskan semb
Read more

Bab 56

"Kamu ada hubungan apa dengan laki-laki itu, hah?!" sergah Rayyan ketika Lestari baru saja masuk dan menutup pintu kamar. "M–Mas Bur–han maksudnya, Mas?" "Berengs*k!! Jangan berlagak bod*h kamu!!" Praaang!!! "Kyaaaaaa ...!" Lestari refleks menutup kedua telinga ketika Rayyan tiba-tiba melempar vas bunga keramik yang tadi berada di atas nakas sebelah ranjangnya ke arah pintu masuk. Benda itu pun pecah berderaian. Bunga-bunganya berhamburan di atas lantai. Tubuh Lestari kontan saja bergetar. Ia benar-benar ketakutan. Bulir bening sontak saja menyeruak keluar dari pelupuk matanya dan mulai menganak sungai. "Ngapain kamu tadi pegang-pegangan tangan sama dia, haaahh?!" Rayyan mendekati sang istri yang kini menangis tergugu. "M–Mas Burhan cum–cuma ngasih ini, Mas ...." Dengan tangan gemetar Lestari merogoh saku gamisnya dan menunjukkan lembaran uang ke arah suaminya. Rayyan langsung merampas uang di genggaman Lestari, kemudian langsung ia lempar ke arah wajah wanita itu. Lestar
Read more

Bab 57

"Ya Allah, Nya ... kenapa bisa seperti ini?" tanya Nunung sembari meringis. Kaca-kaca pun mulai menghalangi pandangan matanya. Rasanya hatinya ikut perih melihat penderitaan sang majikan wanitanya.Lestari hanya menangis terisak-isak sembari menahan perih ketika Nunung memberi balm ke atas luka cambukan di kulit punggungnya. Bekas cambukan yang tadinya berwarna kemerahan, kini berubah menjadi lebam biru keunguan. Selain itu, ada juga bekas cengkeraman kuku-kuku Rayyan di pundak sang wanita muda."Tuan tega banget sih, sama Nyonya. Subhanallah ...." Nunung pun akhirnya ikut meneteskan air mata.Sang wanita muda bukan hanya menahan perih di tubuhnya yang sudah dianiaya oleh suaminya sendiri. Tak kalah perih yang ia rasakan ialah kesakitan segumpal daging merah yang ada di dalam dadanya. Pria itu bukan hanya mencambuk dan memukul, tetapi juga kembali berlaku kasar ketika melakukan hubungan intim dengannya tadi.Padahal tiga hari belakangan ini Lestari telah merasa begitu nyaman ketika se
Read more

Bab 58

Tok! Tok!Baru saja Lestari mengetuk pintu kamar Rayyan, tiba-tiba pintu itu pun terbuka. Ia terkejut. "Apa?" tanya Rayyan dengan ekspresi yang sangat dingin."Eh, Mas ... itu, sarapannya sudah siap. Mas mau makan di ruang makan, atau di kamar?" Lestari terlihat gugup. Degup jantungnya berdebar kencang teringat tadi apa yang telah terjadi tadi malam. Sungguh, ia sebenarnya masih merasa cemas kalau-kalau suaminya masih marah. Akan tetapi, wanita muda itu tadi telah diingatkan oleh Nunung, agar berusaha menguatkan diri. Sebab kalau ia malah terus mengurung diri di kamar, justru nanti bisa memancing kemarahan Rayyan kembali."Aku nggak sarapan. Aku pergi ke kantor sekarang." Rayyan menyodorkan tangannya ke depan wajah sang istri.Lestari mengernyitkan dahi ketika kedua matanya melihat ke arah buku-buku jari Rayyan yang memerah, bahkan ada yang seperti berdarah, tetapi sudah kering darahnya. "I–ini tangan Mas kenapa?" tanyanya penasaran sembari memegang tangan itu dengan kedua tangannya
Read more

Bab 59

"Kita pergi dari sini!" cetus Rayyan sembari bangkit dan ia pun langsung saja melenggang menuju ke pintu keluar coffee shop. Sungguh, dengan hati yang sedang galau seperti ini, ia benar-benar malas untuk melihat wajah Clara yang semakin lama semakin memuakkan baginya."B–Bos, tu–nggu!" seru Bobby dengan suara tertahan. Kakinya sampai tersandung kaki meja, karena terburu-buru.Akan tetapi, ketika ingin segera menyusul atasannya, hampir saja Bobby lupa kalau mereka belum membayar makanan dan minuman yang sudah dipesan tadi. Mau tidak mau, lelaki muda yang hampir sampai ke pintu keluar itu pun berbalik lagi dan melangkah menuju ke kasir terlebih dahulu.Setelah membayar, Bobby pun keluar dan berlari kecil menghampiri mobil boss-nya di parkiran. Rayyan sendiri sudah stay di sana, duduk tenang menanti sang asisten."Makanan belum juga habis dan Boss juga lupa bayar tadi!" omel Bobby tampak sebal dengan kelakuan sang atasan yang semaunya itu."Halahh ... sekali-kalilah kamu yang traktir sa
Read more

Bab 60

Meskipun merasa cemas dan takut, Lestari harus melakukan perintah Rayyan yang menyuruhnya untuk ke kamarnya. Dengan debaran keras di dalam dada, wanita muda itu mengetuk pintu kamar sang suami."Masuk!" seru Rayyan dari dalam.Lestari pun masuk dengan kaki yang terasa berat sekali. Kepalanya menunduk dalam ketika melihat sang suami yang kini dalam keadaan shirtless, duduk di pinggir ranjang sembari menelepon seseorang. "Saya tahu, kamu jangan sok ngatur saya, Bob!" Masih terbayang di benak sang jelita, kejadian kemarin malam, di mana ia dianiaya oleh pria di depannya ini. Lestari menggigiti bibirnya dengan perasaan yang sangat takut."Kamu ambil koper itu!" Rayyan berisyarat menunjuk ke arah koper yang berada di pojok ruangan.Awalnya Lestari terlihat heran. Namun, ia tidak mau sang suami marah, jadi dengan cepat wanita muda itu pun mengambilkan benda yang diminta Rayyan. Lalu ia letakkan koper tersebut di depan pria itu."Iya iya. Kamu urus itu," ujar Rayyan kepada orang di seberang
Read more
PREV
1
...
45678
...
13
DMCA.com Protection Status