Share

Bab 34

Penulis: Adny Ummi
last update Terakhir Diperbarui: 2024-07-28 21:09:55

"Eh, i–ya, baik, Mas." Lestari lalu melangkah masuk dan mengambil bantal serta selimutnya di sana. Kemudian ia kembali keluar dari kamar tersebut.

"Mulai sekarang kamu yang mesti membereskan kamar saya, bukan Bi Nunung lagi. Paham kamu? Bibi juga paham ya?" Rayyan menatap Lestari dan Nunung bergiliran.

"Baik, Mas," sahut Tari.

Nunung pun ikut menyahut dan mengiyakan.

"Kamar yang di sana sudah dibereskan, Bi? Saya mau semua tertata dengan rapi seperti semula." Rayyan menunjuk kamar orang tua angkatnya yang beberapa hari lalu dipakai oleh orang tua Lestari.

"Oh, kamar itu. Sudah saya bereskan, Tuan," jawab Nunung.

"Bagus!" seru Rayyan.

Lestari tampak ingin bergerak pergi dari tempat itu karena hendak menaruh benda-benda miliknya yang tadi ia ambil dari kamar Rayyan.

"Eh, Tari! Saya belum selesai ngomong!" cetus Rayyan menahan gerakan sang istri.

Tari pun kembali menghadap suaminya. "Maaf, Mas."

"Ck!" Rayyan bosan dengan ucapan maaf dari perempuan itu, "malam ini saya
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Neraka Pernikahan CEO Arogan   Bab 35

    Lestari terkesiap sebentar. Kemudian perempuan itu pun kembali menarik kedua sudut bibirnya lebih lebar. "Ah, ini Mas Rayyan-nya. Mas Burhan dan Mas Rayyan saling kenal?" Burhan tersenyum lebar. "Tentu sa–" "Maaf, saya nggak kenal sama dia. Ayo kita bayar belanjaan dulu!" cetus Rayyan memotong omongan Burhan dan ia langsung merangkul pinggang sang istri menjauhi pria yang menjadi teman baik adik angkatnya tersebut. Burhan hanya terdiam dan terkejut melihat sikap Rayyan. 'Kenapa sejak hari resepsi waktu itu Bang Rayyan bersikap seolah tidak pernah kenal sama aku?' Hati lelaki itu bertanya-tanya. Begitu juga Lestari, wanita muda itu menoleh sebentar ke arah belakang, melihat wajah Burhan yang terheran-heran di sana. Sungguh, ia juga merasa aneh melihat sikap Rayyan. Andaikata Rayyan memang tidak kenal dengan Burhan, apa salahnya saling menyapa dan berkenalan sebentar? Nunung pun tak kalah bingung melihat situasi yang absurd barusan. Namun, ia memutuskan untuk mengikuti sang majikan

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-29
  • Neraka Pernikahan CEO Arogan   Bab 36

    "Buka pakaianmu!" Rayyan berseru sembari membuka kaus berkerah yang ia kenakan sendiri. Lestari yang masih menahan sakit di kulit kepalanya itu menggeleng-gelengkan kepala dengan keras. Air mata berderaian di wajahnya. Ia beringsut perlahan hendak kabur. Rayyan membuka gesper yang ia pake dan melonggarkan celananya. Lestari berlari menuju ke arah pintu, tetapi dengan cepat pintu yang sempat terbuka sedikit itu kembali tertutup rapat oleh gerakan kilat Rayyan yang mendahuluinya. "Kamu mau ke mana, heh?" Rayyan menangkap pergelangan tangan Lestari seraya berusaha menyeretnya menuju ke tempat tidur. "Nggak, Mas. Aku nggak mauuu ...!" Lestari berusaha meronta dengan memutar tangannya agar lepas dari pegangan sang suami. Sungguh, degup jantungnya berdebar begitu kencang. Ia takut kalau Rayyan bersikap kasar. Bahkan lebih kasar daripada waktu itu. "Nggak mau, katamu! Kamu 'kan, tahu kalau menolak suami artinya apa! Kamu harus nurut! Kamu buktikan kalau kamu itu masih suci!" Rayy

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-30
  • Neraka Pernikahan CEO Arogan   Bab 37

    Lestari tertunduk di atas tempat tidur setelah ia membersihkan diri di kamar mandi tadi. "Akh ... ssshh ...!" desahnya merasa perih saat Nunung mengoleskan balm ke atas luka-luka di tubuhnya. "Tahan bentar ya, Nya," ujar Nunung sembari membayangkan betapa kasarnya Rayyan memperlakukan sang nyonya tadi di kamarnya. Sungguh, dirinya pun turut merasa perih dengan penderitaan yang dirasakan oleh Lestari. "Iya, Bi," lirih Lestari menjawab. Dari leher, dada, serta perut wanita muda itu penuh dengan rona merah keunguan. Belum lagi dahinya yang lebam dan membengkak, lalu bekas-bekas cakaran Rayyan, juga pergelangan tangan Tari yang memerah. Nunung hanya bisa meringis menahan perasaannya sendiri. Ceklek! "Bi!" Deg! Spontan Nunung terkesiap. Wanita tua itu dan Lestari pun refleks melihat ke arah pintu yang kini sudah terbuka di sana. Itu Rayyan yang membuka pintu dan memanggil sang asisten rumah tangganya. Lestari kontan bergerak cepat menutupi tubuhnya yang tadi terbuka deng

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-31
  • Neraka Pernikahan CEO Arogan   Bab 38

    Sepekan telah berlalu, bekas luka-luka yang dialami Lestari hari itu sudah mulai memudar, meskipun di beberapa bagian masih terlihat samar, terutama bekas kuku Rayyan di leher dan di pahanya. Perasaan wanita itu juga sudah semakin membaik, mekipun belum sepenuhnya sebab sikap Rayyan sama sekali tidak berubah. Lelaki itu masih saja sering membentaknya dengan keras, meskipun kesalahan kecil yang ia lakukan. Kalau sudah seperti itu, memori Lestari kontan saja teringat kejadian malam itu. Ia akan merasakan perubahan dalam tubuhnya. Tubuhnya bakal terasa gemetaran meskipun tidak kentara terlihat oleh orang lain, tapi dirinya sendirilah yang paling merasakan hal tersebut. *** "Boss, nanti malam Boss pergi nggak ke undangan pernikahan anak Pak Herlan?" tanya Bobby ketika dia dan Rayyan baru saja selesai makan siang bersama sambil membicarakan tentang pekerjaan. Rayyan tidak makan berat, karena seperti biasa, dia sudah merasa nyaman dengan masakan Lestari. Pria itu tidak mau lagi m

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-01
  • Neraka Pernikahan CEO Arogan   Bab 39

    "Nanti di pesta kamu jangan bersikap kampungan ya. Jangan buat aku malu," ujar Rayyan memperingatkan istri cantiknya sebelum mereka benar-benar sampai di area pendopo hotel yang mana di hotel tersebut merupakan tempat perayaan pernikahan putri kliennya. "Iya, in syaa Allah, Mas." Lestari menoleh ke arah wajah tampan sang suami di sampingnya. Jujur saja, ia yang tadinya merasa senang diajak, jadi khawatir karena takut melakukan sesuatu yang dianggap sebagai kesalahan bagi Rayyan. Setelah kendaraan mereka berhenti di gerbang yang mengarah ke lobby, kemudian pintu mobil bagian duduk Lestari pun dibukakan oleh seorang petugas hotel. "Selamat datang ... silakan ...!" sapa sang petugas berjas ungu itu ramah. Lestari hanya mengulas sedikit senyuman, lantas ia menurunkan kakinya dari kendaraan. Bersyukur Rayyan membelikan sepatu yang berhak tidak terlalu tinggi, jadi Lestari tidak begitu kesulitan menjaga keseimbangan tubuhnya sendiri. Rayyan yang sudah keluar juga dari kendaraan mendekat

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-02
  • Neraka Pernikahan CEO Arogan   Bab 40

    "Apa kabar, Ray?" Clara mengulas senyum menggoda ke arah mantan suaminya. "Suamimu mana? Kenapa istrinya dibiarkan keliaran di toilet pria?" sindir Rayyan sembari mengeringkan tangannya menggunakan hand dryer automatic yang ada di sana. Ia tak mau menjawab pertanyaan yang menurutnya tak penting dari perempuan di hadapannya itu. Clara tampak mencebikkan bibir dengan lipstik merah meronanya. "Dia lagi ngurusin istri tuanya yang sakit-sakitan di rumahnya." Rayyan tertawa kecil seakan mengejek. "Syukurlah kamu dapat suami yang baik, yang perhatian sama kedua istrinya. Oh, ya, aku kembali dulu ke depan." "Siapa perempuan berhijab di sana tadi? Itu istri barumu? Atau pembantu baru?" Mendengar celaan Clara, Rayyan sontak mengurungkan gerak langkah kakinya. Kedua alis pria itu bertautan dengan ucapan bernada penghinaan itu. Sungguh, meski memang benar ia memperlakukan Lestari dengan buruk bak seorang pembantu, tetapi celaan itu membuat telinganya terasa panas. "Ray ... Ray ... nggak ny

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-03
  • Neraka Pernikahan CEO Arogan   Bab 41

    Kedua rahang Lestari mengetat. Jemari kedua tangannya mengepal kuat. Ia kembali menundukkan kepala dalam-dalam, tetapi ia sama sekali tidak bisa berkutik. Wanita itu berusaha sekuat tenaga untuk menahan bulir bening yang menggenang di pelupuk mata agar tidak menyeruak dan tumpah. Sungguh ia benar-benar takut sekali. "Saya nggak mau kamu berontak lagi kayak waktu itu. Kalau kamu berontak, akan saya ikat kamu! Paham?!" cetus Rayyan sembari menyingkap daster selutut milik Lestari agar terlepas. Mendengar ancaman itu membuat Lestari semakin gemetar. Kini tubuh itu telah polos berdiri di samping sang pria. Air mata Lestari pun akhirnya lolos dan terjatuh. Cepat-cepat wanita itu menyusutnya. Rayyan menelan ludahnya dengan berat melihat pemandangan indah di hadapan. Sungguh ia merasa gair*hnya sudah berada di ubun-ubun kepalanya sekarang. Namun, dahinya sontak mengernyit ketika matanya tertumbuk pada tangan kiri Lestari yang terbalut kasa. Ia baru menyadari pemandangan yang tak meny

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-04
  • Neraka Pernikahan CEO Arogan   Bab 42

    Suara bentakan yang ke dua kali itu sontak membuat Lestari kaget dan refleks terduduk. Akalnya berusaha mencerna apa yang tengah terjadi. Pada akhirnya dua matanya kini melihat ke arah sosok yang berdiri di sampingnya. "Mas Ray ...," lirih suaranya sendiri yang terdengar serak menggoda di telinga Rayyan. Lelaki itu kembali terbayang dengan suara desahan dan rintihan yang membuat ia sangat bergairah tadi. Akan tetapi, Rayyan cepat-cepat menepis rasa itu. Kembali gengsi yang tinggi menguasai jiwanya. "Keluar kamu dari kamar saya, cepat!" sergahnya. Lestari yang kembali kaget langsung saja berdiri dan menutupi tubuhnya yang polos dengan selimut. "I–iya, Mas. A–ku pergi." Wanita itu terlihat panik. Dengan buru-buru ia berjalan menuju ke pintu kamar hendak keluar. "Baju baumu itu bawa pergi! Bikin muak tahu!" seru Rayyan keras. "Dan kembalikan selimutku sini!" "Eh, i–iya, Mas." Lestari kembali lagi dan memunguti pakaiannya yang berserakan. Mau tidak mau ia segera melepas selimutny

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-05

Bab terbaru

  • Neraka Pernikahan CEO Arogan   Bab 158

    "Oh, iya. Baik, Pak Gilang." Fatir pun bangkit dari duduknya dan lelaki itu mengangguk ke arah Rayyan yang memasang wajah dingin seperti biasanya itu untuk berpamitan. "Permisi, Pak Rayyan ...," ucapnya."Silakan!" sahut Rayyan singkat.Setelah Fatir pergi, Gilang menoleh tanpa melihat wajah sang kakak. "Kenapa?" tanyanya tak mau berbasa-basi."Abang senang kamu nggak bawa urusan pribadi kita ke pekerjaan dan masih mau masuk kerja," ujar Rayyan kepada adiknya."Aku bukan anak kecil yang merajuk mainannya diambil," cetus Gilang dengan nada dingin.Rayyan melipat bibirnya. "Kamu masu marah?" Lelaki itu menatap lekat ke arah adik kesayangannya. "Sudahlah, toh, kalian sudah pergi dari rumahku, 'kan? Mana tanpa pamit!" sindir Gilang."Abang bukan nggak mau pamit. Lagian barang-barang kami masih ada di sana. Nanti juga Abang mau jemput Bi Nunung.""Oke, bawa aja semua barang-barang kalian." Gilang masih tidak mau melihat wajah kakaknya. Sungguh, di dalam hatinya kini bercampur perasaan kec

  • Neraka Pernikahan CEO Arogan   Bab 157

    Setelah makan siang di rumah Bobby, Rayyan dan Lestari memutuskan untuk berbelanja berbagai macam furniture untuk mengisi rumah baru mereka. Akan tetapi, keduanya masih memutuskan untuk menginap di rumah Bobby di malam harinya."Kenapa kita nggak nginap di hotel aja sih, Mas? Aku nggak enak sama Mas Bobby," ucap Lestari setelah merebahkan badan ke atas ranjang.Rayyan menyusul ikut merebah di samping wanita cantik itu. "Bawaan kita banyak, jadi nggak leluasa kalau ke hotel. Lagian kita di sini hanya semalam aja. 'Kan, kita sudah sedikit mengisi rumah baru kita tadi," sahut lelaki itu.Lestari menghela napas, kemudian mengangguk memahami. "Besok pagi-pagi ya, Mas, kita pindahnya. Aku nggak mau terlalu lama ngerepotin di rumah ini," pungkas Lestari lagi."Oke," jawab Rayyan singkat.Lestari kemudian beringsut merapatkan tubuhnya pada sang suami. Ia ingin memeluk pria kesayangannya itu demi sedikit meredakan sebak di dada, sebab masih terus terngiang-ngiang dengan ucapan dan tudingan dar

  • Neraka Pernikahan CEO Arogan   Bab 156

    Di tempat yang berbeda, Harun baru saja selesai bertransaksi kepada seorang pemilik toko buah di pasar kota. Ketika pria tua itu hendak kembali menuju parkiran mobil pick-up milik temannya yang mengangkut hasil panen pepaya, tak sengaja matanya menangkap sesosok yang seperti tak asing baginya. Orang itu sedang berbelanja sayur-mayur bersama seorang wanita di sampingnya. Kedua alis Harun bertaut kencang. "Itu ... itu bukannya bapak-bapak yang pernah menabrak Ardi?" bisiknya pada diri sendiri. Setelah meyakinkan diri, Harun melangkahkan kakinya dengan lebih kencang menuju ke arah sana. Tangannya kemudian terulur ke pundak pria yang tengah memilah sayuran tersebut. Kontan saja pria itu menoleh ke arah Harun. "Pak Harun?" ucapnya menyebut nama pria tua itu. Dengan sangat tipis Harun berusaha menarik kedua sudut bibirnya. Jantungnya sedikit berdebar sebab rasa yang membuncah. Ia yakin, pria di hadapannya ini bisa membawanya bertemu kembali dengan cucu menantunya yang selama ini dicari

  • Neraka Pernikahan CEO Arogan   Bab 155

    "Loh? Nyonya mau pergi ke mana? Memangnya sudah dibeli rumah barunya?" Nunung bertanya heran, sebab sang majikan wanita berpamitan dengan beberapa koper yang sudah disiapkan di dekat mereka."Iya, Bi. Sudah beli rumah. Tapi, ini nggak langsung pindah ke rumah itu. Saya dan Tari mau ke tempat teman saya dulu." Jawaban itu justru keluar dari lisan Rayyan, "Bibi sementara di sini dulu. Kalau kami sudah benar-benar pindah ke rumah yang baru, Bibi akan saya jemput," lanjut lelaki itu menjelaskan."O–oh, gitu, Tuan?" Meski masih merasa heran karena kepergian majikannya yang mendadak seperti ini, Nunung hanya bisa menuruti.Lestari memilih diam dari tadi, sebab ia mengikuti suaminya saja. Saat ini, ia hanya ingin segera pergi dari rumah itu."Bi, aku pamit dulu ya ...." Lestari mendekati sang ART, kemudian memeluk wanita tua yang selama ini telah ia anggap seperti ibunya sendiri."I–iya, Nya. Hati-hati di jalan. Nyonya kabari saya kalau sudah sampai di rumah temen Tuan ya! Nyonya juga jangan

  • Neraka Pernikahan CEO Arogan   Bab 154

    Terdengar suara isakan dari Lestari membuat Rayyan seolah baru tersadar. Lelaki itu kemudian berjalan mendekat ke arah tempat duduk istrinya, lalu merangkul pundak wanita itu. "Tari ... kamu ... nggak apa-apa?" 'Ck! Pertanyaan bodoh! Nggak apa-apa gimana? Dia sedih, Gobl0k!' Batin Rayyan memarahi dirinya sendiri sebab mengucapkan pertanyaan yang ia anggap tidak perlu itu. Lestari bangkit berdiri dengan perlahan-lahan. Kakinya terasa begitu lemas rasanya. Ia lalu berjalan pelan dan lunglai menuju ke arah kamarnya. Rayyan bingung dengan apa yang mesti ia lakukan. Lelaki itu hanya bisa mengiringi sang istri menuju ke arah kamar mereka. Sesampainya di dalam kamar. Lestari menuju ke arah ranjangnya dan merebahkan diri sembari kembali menangis di atas bantalnya. Sungguh, ia merasa begitu sedih, sebab telah membuat Gilang sangat kecewa seperti saat ini. Sementara Rayyan, pria itu hanya bisa duduk di pinggir ranjang tersebut dengan kepala yang terasa berdenyut. Ia benar-benar tidak tahu

  • Neraka Pernikahan CEO Arogan   Bab 153

    "Jadi, kamu sudah ingat tentang Tari?" tanya Rayyan tak mau lagi berbasa-basi."Bi, nggak apa-apa, kok. Bibi lanjutin kerjaan Bibi lagi, gih," bisik Lestari lirih ke arah Nunung di sebelahnya."Eeh, i–iya. Baik, Nyonya," sahut Nunung tergagap. Akan tetapi, wanita tua itu tetap menurut. Ia pun berbalik dan melenggang kembali ke teras belakang rumah.Lestari kembali mengarahkan pandangan ke arah Gilang dan juga Rayyan yang tengah berbicara di sana dengan perasaan yang tidak menentu. 'Apa benar, Mas Gilang sudah mengingat tentang kami?' bisik hatinya bertanya-tanya."Yaaah, begitulah. Aku bahkan sudah ingat kata-kata kamu malam itu, Tari." Gilang terus melihat ke arah sang wanita.Lestari mencoba mengingat apa yang pernah ia katakan. "Kata-kataku?" Rayyan ikut menoleh ke arah sang istri dengan sorot penasaran."Ya, kamu ingat di depan Burhan kamu bilang cinta sama Mas, 'kan? Burhan bilang, nggak lama dari berita kematian Mas, kamu memang batal menikah dengan Fadil, si anak kepala desa i

  • Neraka Pernikahan CEO Arogan   Bab 152

    Meski hatinya terasa panas, Rayyan hanya bisa menyunggingkan senyuman dengan terpaksa. Ia tidak mau rasa cemburunya itu tertangkap oleh sang istri. "Mudah-mudahan aja rumah yang ditawarkan ke Bobby kemarin cocok buatku dan Lestari nanti," lirih ucapan Rayyan pada diri sendiri. Ya, tadi Bobby bilang mereka sudah janjian untuk melakukan survey ke sebuah rumah besok. Lokasi rumah tersebut hanya sekitar dua puluh menit dari kantor pusat perusahaan Rayyan ini. Memang harganya cukup tinggi, tetapi kalau cocok, Rayyan tidak mau menunda lagi untuk mengurus kepindahannya. Ia ingin segera memboyong Lestari menjauh dari Gilang. 'Kalau lebih lama lagi aku melihat kebersamaan mereka. Aku bisa gila!' keluh pria itu membatin. *** "Kakak iparku ini mau ke mana? Pagi-pagi udah cantik aja?" sapa Gilang, ketika langkah kakinya baru sampai di ruang makan. Ia hendak bergabung dengan Rayyan dan Lestari yang sudah lebih dulu berada di sana. Mata Gilang melirik sebentar melihat ekspresi sang kakak le

  • Neraka Pernikahan CEO Arogan   Bab 151

    Lima hari belakangan ini, ketika sedang berada di kantor, Rayyan terlihat gusar dan tidak fokus dengan pekerjaannya. Gilang sudah tiga hari ikut ke kantornya dan belajar bekerja di sana. Ia didampingi langsung oleh Bobby. Lelaki itu terlihat serius dalam belajar. "Bos yakin dengan keputusan akan memberikan posisi CEO pada Mas Gilang?" tanya Bobby kepada sang atasan. Mereka kini sedang berada di ruangan presiden direktur, yakni Rayyan sendiri. Pria itu baru saja menyampaikan kepada asisten setianya untuk mengajari Gilang agar ke depan bisa menduduki posisi CEO yang saat ini dirangkap oleh Rayyan sendiri selain ia juga sebagai owner sekaligus presiden direktur di perusahaan itu. Selama ini Rayyan memang cukup sibuk karena jabatan yang dirangkapnya itu. Meskipun demikian, selama ini ia mampu sebab didukung oleh Bobby yang selalu bisa ia andalkan. "Ya, kamu mesti ajari dia yang bener, Bobb. Gilang sebaiknya tidak usah melanjutkan jadi guru lagi. Aku nggak mau dia dihina orang lagi s

  • Neraka Pernikahan CEO Arogan   Bab 150

    Wanita cantik yang kini wajahnya terlihat agak pucat itu mengangguk cepat. Lestari baru sadar kalau tangannya sendiri terasa sangat dingin ketika sang suami meraih dan menggenggamnya saat ini. "Ini jarimu kenapa?" tanya Rayyan ketika melihat dan meraba jari telunjuk tangan kanan Lestari yang dibalut plaster. "Ini, nggak sengaja kena pisau, Mas. Nggak apa-apa, kok! Luka kecil aja." "Kamu lain kali hati-hati," pesan sang suami. Lestari tersenyum kikuk ketika sadar kalau sedari tadi Gilang mencuri-curi pandang ke arahnya. "A–ku siapin makan siang dulu, Mas," ujarnya kepada sang suami seraya berbalik badan dan langsung berjalan ke arah dapur menyusul Nunung. Rayyan menyembunyikan helaan napasnya ketika melihat punggung sang istri yang menjauh. Di dalam hati entah mengapa ia merasa timbul kesedihan. Ia menebak kalau benar, sang istri sepertinya masih menyimpan perasaan kepada adik angkatnya. "Naah, ini diaa! Terima kasih, Bi Nunung yang caeeem ...!" seru Bobby menarik Rayyan kembali

DMCA.com Protection Status