Share

Bab 40

Author: Adny Ummi
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

"Apa kabar, Ray?" Clara mengulas senyum menggoda ke arah mantan suaminya.

"Suamimu mana? Kenapa istrinya dibiarkan keliaran di toilet pria?" sindir Rayyan sembari mengeringkan tangannya menggunakan hand dryer automatic yang ada di sana. Ia tak mau menjawab pertanyaan yang menurutnya tak penting dari perempuan di hadapannya itu.

Clara tampak mencebikkan bibir dengan lipstik merah meronanya. "Dia lagi ngurusin istri tuanya yang sakit-sakitan di rumahnya."

Rayyan tertawa kecil seakan mengejek. "Syukurlah kamu dapat suami yang baik, yang perhatian sama kedua istrinya. Oh, ya, aku kembali dulu ke depan."

"Siapa perempuan berhijab di sana tadi? Itu istri barumu? Atau pembantu baru?"

Mendengar celaan Clara, Rayyan sontak mengurungkan gerak langkah kakinya. Kedua alis pria itu bertautan dengan ucapan bernada penghinaan itu. Sungguh, meski memang benar ia memperlakukan Lestari dengan buruk bak seorang pembantu, tetapi celaan itu membuat telinganya terasa panas.

"Ray ... Ray ... nggak ny
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Neraka Pernikahan CEO Arogan   Bab 41

    Kedua rahang Lestari mengetat. Jemari kedua tangannya mengepal kuat. Ia kembali menundukkan kepala dalam-dalam, tetapi ia sama sekali tidak bisa berkutik. Wanita itu berusaha sekuat tenaga untuk menahan bulir bening yang menggenang di pelupuk mata agar tidak menyeruak dan tumpah. Sungguh ia benar-benar takut sekali. "Saya nggak mau kamu berontak lagi kayak waktu itu. Kalau kamu berontak, akan saya ikat kamu! Paham?!" cetus Rayyan sembari menyingkap daster selutut milik Lestari agar terlepas. Mendengar ancaman itu membuat Lestari semakin gemetar. Kini tubuh itu telah polos berdiri di samping sang pria. Air mata Lestari pun akhirnya lolos dan terjatuh. Cepat-cepat wanita itu menyusutnya. Rayyan menelan ludahnya dengan berat melihat pemandangan indah di hadapan. Sungguh ia merasa gair*hnya sudah berada di ubun-ubun kepalanya sekarang. Namun, dahinya sontak mengernyit ketika matanya tertumbuk pada tangan kiri Lestari yang terbalut kasa. Ia baru menyadari pemandangan yang tak meny

  • Neraka Pernikahan CEO Arogan   Bab 42

    Suara bentakan yang ke dua kali itu sontak membuat Lestari kaget dan refleks terduduk. Akalnya berusaha mencerna apa yang tengah terjadi. Pada akhirnya dua matanya kini melihat ke arah sosok yang berdiri di sampingnya. "Mas Ray ...," lirih suaranya sendiri yang terdengar serak menggoda di telinga Rayyan. Lelaki itu kembali terbayang dengan suara desahan dan rintihan yang membuat ia sangat bergairah tadi. Akan tetapi, Rayyan cepat-cepat menepis rasa itu. Kembali gengsi yang tinggi menguasai jiwanya. "Keluar kamu dari kamar saya, cepat!" sergahnya. Lestari yang kembali kaget langsung saja berdiri dan menutupi tubuhnya yang polos dengan selimut. "I–iya, Mas. A–ku pergi." Wanita itu terlihat panik. Dengan buru-buru ia berjalan menuju ke pintu kamar hendak keluar. "Baju baumu itu bawa pergi! Bikin muak tahu!" seru Rayyan keras. "Dan kembalikan selimutku sini!" "Eh, i–iya, Mas." Lestari kembali lagi dan memunguti pakaiannya yang berserakan. Mau tidak mau ia segera melepas selimutny

  • Neraka Pernikahan CEO Arogan   Bab 43

    Wajah Lestari merah padam ketika sang suami melepaskan tautan bibir mereka berdua. Kemudian lelaki itu membisikkan sesuatu yang membuat aliran darah sang wanita terasa berdesir hangat dan seketika saja membuat tubuhnya terasa bergetar. "Ba–baik, M–Mas," sahutnya dengan sangat lirih hampir tak terdengar. "Saya pergi." Rayyan pun berbalik dan berjalan dengan cepat. Lestari seakan membeku di tempatnya berdiri. Bisikkan Rayyan tadi masih terngiang di telinganya. "Nanti malam saya mau kamu lagi." Tanpa sadar kedua ujung bibir wanita muda nan jelita itu tertarik ke atas. Jujur, ia juga menginginkan sentuhan Rayyan seperti tadi malam yang membuatnya merasa melayang ke angkasa. Bahkan ucapan kata 'sayang' dari lisan Rayyan ketika sedang bersamanya semalam membuatnya terbang ke awang-awang. "Nya!" "Eh, Bi? Mmm ... Mas Rayyan mana?" Lestari terkesiap ketika Nunung memegang lengan dan menegurnya. Ia langsung teringat tadi kalau Rayyan hendak pergi berangkat kerja, tetapi mengapa lelaki it

  • Neraka Pernikahan CEO Arogan   Bab 44

    Jam menunjukkan pukul 20.30 WIB. Rayyan baru sampai di rumahnya. Seperti biasa, lelaki tampan nan gagah itu disambut pelayanan maksimal oleh sang istri. Setelah kakinya dipijat sambil direndam air hangat, maka ia akan disiapkan makan malam yang selalu menggugah seleranya. "Baju yang ada dalam paper bag tadi, nanti kamu pake di kamar saya," pungkas Rayyan sembari menikmati makanannya. "Oh, itu buatku, Mas?" lirih Lestari bertanya seraya matanya mengarah ke paper bag yang masih berada di atas meja di ruang tengah rumah itu. Tadi ketika Rayyan datang, memang ia membawa benda itu. Akan tetapi, Tari tidak berani untuk menanyakan. "Itu lingerie. Ada beberapa helai. Saya mau kamu pake yang warna hitam malam ini," pungkas Rayyan dengan suara dan ekspresi yang datar. Deg! 'Lingerie ...?' bisik hati Lestari. Darah di sekujur tubuhnya seketika berdesir mendengar jenis baju apa yang Rayyan suruh ia pakai malam ini. Ia paham jenis baju tidur itu, meskipun tidak pernah memiliki bahk

  • Neraka Pernikahan CEO Arogan   Bab 45

    "I–iya, Mas!" sahut Lestari gugup.Dengan cepat wanita muda itu meraih lingerie yang berwarna maroon dan gegas pula ia mengenakannya. Setelahnya ia memasukkan kembali 4 helai yang lain ke dalam paper bag tadi sekaligus daster yang tadi ia pakai.Ceklek!Wanita muda itu membuka pintu kamar mandi dengan ragu-ragu. Ia membuka pintu itu hanya selebar sejengkal saja. Hal itu membuat Rayyan memicingkan mata sekaligus menautkan alisnya dengan kencang.Ternyata benar, Rayyan menantinya di tempat tidur. Mata pria itu terarah ke tampilan istrinya di kamar mandi yang sudah terbuka sedikit. Tentu saja tidak terlalu jelas kelihatan."Cepat sini!" seru pria itu tidak sabar.Mau tidak mau Lestari pun keluar dari kamar mandi itu. Kepalanya tertunduk dalam sembari meletakkan paper bag ke atas lantai di samping nakas, lalu lebih mendekat ke arah suaminya dengan langkah gemetar.Seperti melihat seorang bidadari, Rayyan tertegun sejenak. Ia menelan saliva terasa seperti menelan kerikil saja, saking sere

  • Neraka Pernikahan CEO Arogan   Bab 46

    "Tentu, Sayaang ... aku tak akan mungkin berhenti di tengah-tengah," sambut Rayyan dengan suka cita. Ia merasa senang dengan reaksi tubuh yang ditunjukkan oleh wanita muda di bawah kungkungannya itu. Kata 'sayang' itu kembali menerpa telinga Lestari. Sungguh, ia merasa kalau saat seperti ini Rayyan berubah menjadi sosok yang sangat berbeda dari yang biasa ia hadapi. Sensasi yang luar biasa yang ia rasakan dengan apa yang Rayyan lakukan sangat luar biasa. Dengan harmoni cumbu dan rayunya, membuat hati Lestari terasa melayang tinggi di awan. Desahan dan lenguhan mengiringi kegiatan kedua insan yang sedang dimabuk asmara itu. Mereka pun kembali mereguk kenikmatan di ranjang panas tersebut. Sepasang suami-istri itu seakan kini tengah melayang jauh dan mereka sedang dimabuk kepayang dengan percintaan yang luar biasa di antara keduanya. Bahkan sang wanita pun seolah ikut hanyut ke dalam permainan suaminya malam ini. Sang jelita akan membalas setiap sentuhan sang suami dengan tak kalah

  • Neraka Pernikahan CEO Arogan   Bab 47

    Sayup-sayup terdengar suara shalawat dari arah toa masjid. Dahi Rayyan mengernyit dan kedua matanya mengerjap. "Hmmrrgg ...." Pria itu mengusap wajah berusaha menarik seluruh kesadarannya kembali setelah tertidur dengan begitu lelap. Ya, tidur malam ini terasa begitu nyenyak untuknya. Tanpa mimpi sama sekali, terasa begitu berkualitas istirahatnya. Tiba-tiba pria itu teringat akan kegiatannya malam itu. Kontan ia meraba tempat tidur di sebelah kanan dan kirinya. "Hmm ... dia sudah pergi." Pria itu baru menyadari kalau partner permainan ranjangnya semalam sudah tidak lagi berada di pelukan bahkan di sampingnya pun tidak. Entah mengapa ada perasaan yang tak sempurna di dalam hatinya saat ini. Ia tidak suka. Dulu, ketika dirinya masih bersama mantan istrinya—Clara—, bahkan ia dengan mudah memeluk tubuh wanita itu berkali-kali. Terkadang justru Clara yang menolaknya karena Rayyan ingin mengulang percintaan dalam 'serangan fajar'. "Sadar, Ray ... kau jangan lagi jadi pria yang dibu

  • Neraka Pernikahan CEO Arogan   Bab 48

    Kemudian lelaki itu melihat nasi goreng teri medan yang kelihatan sangat menggugah selera itu. "Mana piring nasimu?" tanya Rayyan seraya mengelap wajahnya yang sedikit basah oleh peluh. "O–oh, akuu ... pu–punyaku nanti masih di dapur, Mas," kilah Tari sedikit mengulas senyuman. Ia masih merasa awkward di karenakan perlakuan suaminya barusan. Hal itu sangat berpengaruh ke jantungnya, sehingga organ vital tubuhnya itu mesti senam dulu di pagi hari ini. "Bawa ke sini. Saya mau makan sama kamu." Rayyan mendudukkan bokongnya ke atas sofa dan meraih gelas jus tomat, lalu meneguknya perlahan. Kemudian pria itu menoleh ke arah sang wanita yang masih terpaku di tempatnya berdiri. Ia pun memicingkan mata. "Ah! I–iya, Mas. Aku ambil dulu makananku." Seakan baru tersadarkan, tatapan intimidasi dari Rayyan itu menarik Lestari dari ketermanguannya. "Huuuft ...." Rayyan menghela napas lelah. Ia berusaha mengendalikan emosi, sebab tak mau merusak mood-nya di pagi hari ini. Ya, hatinya merasa se

Latest chapter

  • Neraka Pernikahan CEO Arogan   Bab 155

    "Loh? Nyonya mau pergi ke mana? Memangnya sudah dibeli rumah barunya?" Nunung bertanya heran, sebab sang majikan wanita berpamitan dengan beberapa koper yang sudah disiapkan di dekat mereka."Iya, Bi. Sudah beli rumah. Tapi, ini nggak langsung pindah ke rumah itu. Saya dan Tari mau ke tempat teman saya dulu." Jawaban itu justru keluar dari lisan Rayyan, "Bibi sementara di sini dulu. Kalau kami sudah benar-benar pindah ke rumah yang baru, Bibi akan saya jemput," lanjut lelaki itu menjelaskan."O–oh, gitu, Tuan?" Meski masih merasa heran karena kepergian majikannya yang mendadak seperti ini, Nunung hanya bisa menuruti.Lestari memilih diam dari tadi, sebab ia mengikuti suaminya saja. Saat ini, ia hanya ingin segera pergi dari rumah itu."Bi, aku pamit dulu ya ...." Lestari mendekati sang ART, kemudian memeluk wanita tua yang selama ini telah ia anggap seperti ibunya sendiri."I–iya, Nya. Hati-hati di jalan. Nyonya kabari saya kalau sudah sampai di rumah temen Tuan ya! Nyonya juga jangan

  • Neraka Pernikahan CEO Arogan   Bab 154

    Terdengar suara isakan dari Lestari membuat Rayyan seolah baru tersadar. Lelaki itu kemudian berjalan mendekat ke arah tempat duduk istrinya, lalu merangkul pundak wanita itu. "Tari ... kamu ... nggak apa-apa?" 'Ck! Pertanyaan bodoh! Nggak apa-apa gimana? Dia sedih, Gobl0k!' Batin Rayyan memarahi dirinya sendiri sebab mengucapkan pertanyaan yang ia anggap tidak perlu itu. Lestari bangkit berdiri dengan perlahan-lahan. Kakinya terasa begitu lemas rasanya. Ia lalu berjalan pelan dan lunglai menuju ke arah kamarnya. Rayyan bingung dengan apa yang mesti ia lakukan. Lelaki itu hanya bisa mengiringi sang istri menuju ke arah kamar mereka. Sesampainya di dalam kamar. Lestari menuju ke arah ranjangnya dan merebahkan diri sembari kembali menangis di atas bantalnya. Sungguh, ia merasa begitu sedih, sebab telah membuat Gilang sangat kecewa seperti saat ini. Sementara Rayyan, pria itu hanya bisa duduk di pinggir ranjang tersebut dengan kepala yang terasa berdenyut. Ia benar-benar tidak tahu

  • Neraka Pernikahan CEO Arogan   Bab 153

    "Jadi, kamu sudah ingat tentang Tari?" tanya Rayyan tak mau lagi berbasa-basi."Bi, nggak apa-apa, kok. Bibi lanjutin kerjaan Bibi lagi, gih," bisik Lestari lirih ke arah Nunung di sebelahnya."Eeh, i–iya. Baik, Nyonya," sahut Nunung tergagap. Akan tetapi, wanita tua itu tetap menurut. Ia pun berbalik dan melenggang kembali ke teras belakang rumah.Lestari kembali mengarahkan pandangan ke arah Gilang dan juga Rayyan yang tengah berbicara di sana dengan perasaan yang tidak menentu. 'Apa benar, Mas Gilang sudah mengingat tentang kami?' bisik hatinya bertanya-tanya."Yaaah, begitulah. Aku bahkan sudah ingat kata-kata kamu malam itu, Tari." Gilang terus melihat ke arah sang wanita.Lestari mencoba mengingat apa yang pernah ia katakan. "Kata-kataku?" Rayyan ikut menoleh ke arah sang istri dengan sorot penasaran."Ya, kamu ingat di depan Burhan kamu bilang cinta sama Mas, 'kan? Burhan bilang, nggak lama dari berita kematian Mas, kamu memang batal menikah dengan Fadil, si anak kepala desa i

  • Neraka Pernikahan CEO Arogan   Bab 152

    Meski hatinya terasa panas, Rayyan hanya bisa menyunggingkan senyuman dengan terpaksa. Ia tidak mau rasa cemburunya itu tertangkap oleh sang istri. "Mudah-mudahan aja rumah yang ditawarkan ke Bobby kemarin cocok buatku dan Lestari nanti," lirih ucapan Rayyan pada diri sendiri. Ya, tadi Bobby bilang mereka sudah janjian untuk melakukan survey ke sebuah rumah besok. Lokasi rumah tersebut hanya sekitar dua puluh menit dari kantor pusat perusahaan Rayyan ini. Memang harganya cukup tinggi, tetapi kalau cocok, Rayyan tidak mau menunda lagi untuk mengurus kepindahannya. Ia ingin segera memboyong Lestari menjauh dari Gilang. 'Kalau lebih lama lagi aku melihat kebersamaan mereka. Aku bisa gila!' keluh pria itu membatin. *** "Kakak iparku ini mau ke mana? Pagi-pagi udah cantik aja?" sapa Gilang, ketika langkah kakinya baru sampai di ruang makan. Ia hendak bergabung dengan Rayyan dan Lestari yang sudah lebih dulu berada di sana. Mata Gilang melirik sebentar melihat ekspresi sang kakak le

  • Neraka Pernikahan CEO Arogan   Bab 151

    Lima hari belakangan ini, ketika sedang berada di kantor, Rayyan terlihat gusar dan tidak fokus dengan pekerjaannya. Gilang sudah tiga hari ikut ke kantornya dan belajar bekerja di sana. Ia didampingi langsung oleh Bobby. Lelaki itu terlihat serius dalam belajar. "Bos yakin dengan keputusan akan memberikan posisi CEO pada Mas Gilang?" tanya Bobby kepada sang atasan. Mereka kini sedang berada di ruangan presiden direktur, yakni Rayyan sendiri. Pria itu baru saja menyampaikan kepada asisten setianya untuk mengajari Gilang agar ke depan bisa menduduki posisi CEO yang saat ini dirangkap oleh Rayyan sendiri selain ia juga sebagai owner sekaligus presiden direktur di perusahaan itu. Selama ini Rayyan memang cukup sibuk karena jabatan yang dirangkapnya itu. Meskipun demikian, selama ini ia mampu sebab didukung oleh Bobby yang selalu bisa ia andalkan. "Ya, kamu mesti ajari dia yang bener, Bobb. Gilang sebaiknya tidak usah melanjutkan jadi guru lagi. Aku nggak mau dia dihina orang lagi s

  • Neraka Pernikahan CEO Arogan   Bab 150

    Wanita cantik yang kini wajahnya terlihat agak pucat itu mengangguk cepat. Lestari baru sadar kalau tangannya sendiri terasa sangat dingin ketika sang suami meraih dan menggenggamnya saat ini. "Ini jarimu kenapa?" tanya Rayyan ketika melihat dan meraba jari telunjuk tangan kanan Lestari yang dibalut plaster. "Ini, nggak sengaja kena pisau, Mas. Nggak apa-apa, kok! Luka kecil aja." "Kamu lain kali hati-hati," pesan sang suami. Lestari tersenyum kikuk ketika sadar kalau sedari tadi Gilang mencuri-curi pandang ke arahnya. "A–ku siapin makan siang dulu, Mas," ujarnya kepada sang suami seraya berbalik badan dan langsung berjalan ke arah dapur menyusul Nunung. Rayyan menyembunyikan helaan napasnya ketika melihat punggung sang istri yang menjauh. Di dalam hati entah mengapa ia merasa timbul kesedihan. Ia menebak kalau benar, sang istri sepertinya masih menyimpan perasaan kepada adik angkatnya. "Naah, ini diaa! Terima kasih, Bi Nunung yang caeeem ...!" seru Bobby menarik Rayyan kembali

  • Neraka Pernikahan CEO Arogan   Bab 149

    "Kenapa sih, Nya? Nyonya sejak pagi tadi keliatan nggak fokus gitu?" tanya Nunung ketika Lestari baru saja menumpahkan air yang ia tuang dari sebuah teko. Sebelumnya Lestari juga tak sengaja mengiris jarinya sendiri ketika menyiangi sayuran. Keduanya memasak lebih banyak hari ini sebab Rayyan tadi malam mengatakan akan membawa Gilang ke rumah tersebut. Ya, sejak itu, entah mengapa Lestari menjadi gugup sendiri. Ia juga heran, sebenarnya apa yang sedang terjadi pada dirinya. Padahal ia yakin, kalau hatinya kini telah dimiliki oleh Rayyan Yudistira, sebagai lelaki yang berstatus suaminya. "E–eh, ma–af, Bi. Biar aku yang bersihkan. Bibi lanjut nata perlengkapan makannya aja!" tukas Lestari sembari meraih gagang pel yang dipegang Nunung dan mulai mengelap air yang membasahi lantai ruang makan tersebut. Nunung pun menghela napas dan melipat bibirnya sejenak. Lalu ia menata piring dan sendok di atas meja makan seperti perintah sang nyonya. "Assalamualaikum." Deg! Degup jantung Lesta

  • Neraka Pernikahan CEO Arogan   Bab 148

    Bobby mencebikkan bibirnya. "Nggak ada, Boss. Makanya aku bilang, kayaknya ingatan Mas Gilang masih setengah-setengah," ujar lelaki itu lagi. Rayyan menghela napas sedikit lega. Akan tetapi, kekhawatiran di wajahnya masih menyelimuti. "Gimana kalau suatu saat dia ingat semuanya, ya, Bobb? Apa yang harus saya katakan soal Tari?" Lelaki tampan itu menatap pelas ke arah sang asisten. Ia berharap bisa mendapatkan pencerahan dari Bobby. "Ya mau gimana. Ini sudah takdir, Boss. Sekarang Boss udah nikahin cewek yang Mas Gilang taksir. Mau nggak mau, Mas Gilang juga mesti menerima itu!" Ucapan Bobby terdengar tanpa beban di telinga Rayyan. Rayyan menunduk, kemudian menekan kepala dengan dua tangannya. Entah mengapa kepalanya kini terasa berdenyut tiba-tiba seperti ini. Pikirannya terasa sangat penuh. "Mbak Tari sendiri kira-kira gimana kalau tahu Mas Gilang sebenarnya masih hidup ya, Boss?" tanya Bobby kepada yang atasan yang wajahnya mulai kusut itu. "Tari sudah tahu." "Hah?!" Bobby tam

  • Neraka Pernikahan CEO Arogan   Bab 147

    Bobby menghela napas panjang. Ia menimbang-nimbang. "Pak, apa nggak bisa diundur bulan depannya lagi ya, kami keluar dari sana?" Bobby hanya ingin mengantisipasi waktu saja. Khawatir kalau nanti ia butuh waktu lebih lama untuk mengurus kepindahan Gilang. "Aduh, Mas, maaf sekali lagi. Kayaknya nggak bisa. Soalnya itu apartemen mau dipake anak orang yang beli itu. Bulan depan tanggal 7, dia sudah masuk kuliah. Jadinya sebelum itu dia harus pindahan dan prepare semua urusan dia secepatnya. Begitu katanya, Mas!" Kembali Bobby menghela napas panjang. "Oh, iyalah, Pak. Saya nanti koordinasi dulu sama sodara saya itu. Nanti saya kabari lagi perkembangannya ke Bapak," ucap lelaki itu akhirnya. "Oke, Mas Bobby. Maaf sekali lagi. Semoga dimudahkan ya, Mas!" Keduanya pun memutuskan sambungan telepon seluler tersebut. "Aku mesti langsung kasih tahu si Boss ini!" seru Bobby sembari menyimpan kembali ponselnya ke dalam saku jas. Setelah itu, ia langsung menjalankan kembali motor besarnya men

DMCA.com Protection Status