Semua Bab Menjadi Ibu Pengganti Anak Kembar Milyuner Tampan: Bab 21 - Bab 30

43 Bab

Tak Masuk Perhitungan

Keempat penghuni mansion yang baru datang, langsung berhenti di tempat. Jhon yang tadinya menampilkan ekspresi tenang, mendadak beku. Kedatangan Vivienne ke kediamannya, mulai terasa mengusik. "Ada apa dengan kedatanganmu yang tiba-tiba? Bukannya kau sangat sibuk?" ujarnya menahan geram. Segurat senyum yang tak mirip senyum terukir di wajah Vivienne. Tatapan matanya yang tajam memindai semua orang, hingga berhenti tepat pada Julia. "Rupanya wajah lugumu hanya tipuan. Sekarang, kau bahkan membuat Jhon dan kedua anakku makin menjauh." Tak tahu menahu arah pembicaraan mantan nyonya Westwood, Julia menatap suaminya putus asa. Helaan nafasnya yang berat, bikin hati Jhon tergugah. "Anak-anak, tolong naik ke atas. Ada yang mau kami bicarakan di sini." Jhon berkata dengan otoritas yang tak terbantahkan. Begitu kedua anaknya sudah pergi, barulah dia duduk di hadapan Vivienne. Dan tepat pada saat ini
Baca selengkapnya

Tak Relevan

Setelah percakapan terakhir dengan suami, Julia memilih fokus dengan hidupnya sendiri. Salah satu yang dia persiapkan dengan matang adalah portofolio dan juga materi wawancara untuk hari ini. Pagi sekali, satu jam lebih awal dari kesepakatan, dia sudah duduk di ruang tunggu kantor dekan fakultas Sastra universitas Borough Riverdale. Pukul sepuluh, sang dekan yang ditunggu, akhirnya memasuki ruangan. "Kau yang bernama Julia?" ujarnya kaku. "Ya, Ms. Caroline."Julia mengamati wanita berpenampilan rapi itu dengan seksama. Perasannya sedikit was-was, sebab menurut cerita yang beredar, Caroline sedikit keras dan perfeksionis. "Jadi, kau pernah kuliah di college sebelumnya? Ada artikel atau jurnal yang sudah kau tulis?" Caroline berujar lagi seraya memeriksa dokumen yang diberikan Julia. Mendapat pertanyaan yang sudah diduga sebelumnya, Julia berusaha tetap tenang. "Maaf Ma'am, saya hanya kuliah setahun, jadi..
Baca selengkapnya

Dia Kembali

Mengabaikan kata-kata sang suami, Julia langsung menaiki tangga, membanting pintu kamar, dan menghempaskan diri di atas ranjang. Berurusan dengan manusia minim empati sepanjang hari, benar-benar melelahkan.Sementara itu, Jhon yang tertinggal sendiri di ruang tengah, menghembuskan nafas kasar. "Dasar perempuan," gumamnya kesal ketika menyadari bahwa sang istri bahkan tak mau repot-repot menunggunya selesai bicara. Tak mau berlama-lama memikirkan kelakuan Julia, dia segera mengambil ponselnya yang tergeletak di atas meja. "Nona Caroline Copper, kau sedang bermain-main denganku?" ujarnya ketika panggilan sudah terhubung. "Maaf Mr. Jhon, tapi calon mahasiswa yang Anda rekomendasikan memang benar-benar payah. Sebenarnya... apa hubungan Anda dengannya?""Hubunganku dengan siapa pun, bukan urusanmu. Apa yang kupermasalahkan adalah kenyataan bahwa Anda berani menentangku."Didesak dengan cara tidak sopan, membuat Caroline hilang kesa
Baca selengkapnya

Amarah

"Kau sudah bangun, Jalang!" Dan "byur!" Julia yang masih berusaha mengumpulkan kesadaran langsung mendapat guyuran air dingin. Musim gugur saat ini nyaris mendekati musim dingin, suhu rata-rata selalu dibawah sepuluh derajat Celsius. Ketika guyuran air tersebut mengenai wajah dan pipinya, Julia sontak membeku. "To--tolong lepaskan aku." Dia mengiba saat menyadari betapa serius situasinya saat ini. Tak hanya bersama pria kejam yang suka menyiksa, dia juga disekap dalam keadaan terikat seluruh anggota tubuhnya. "Dan kenapa aku harus melepasmu?" Suara Jose terdengar dingin, jauh. Perlahan pria itu bergerak lalu menjambak rambut Julia hingga dalam sekejap kepalanya seperti ditusuk ribuan jarum. "Kau tahu, aku paling benci wanita pembangkang. Kalian hanya makhluk hina yang diciptakan untuk kesenangan kaum pria. Seharusnya kau tahu diri waktu aku masih baik-baik, J
Baca selengkapnya

Perempuan Bodoh

Air mata Julia meleleh disebabkan rasa sakit yang teramat sangat. Dari sudut mata, dia melihat Jose berjalan mondar-mandir sambil mendengar instruksi dari seberang sana. Sesekali mukanya serius atau tampak geram, tapi ekspresi gila yang dia tampilkan tadi sudah lenyap. "Kau beruntung, Jalang. Untuk saat ini, kau bisa menikmati udara bebas, sebab aku sedang sibuk," ujarnya begitu panggilan usai. Tanpa bicara lebih jauh, dia langsung mengambil jaket kulitnya yang tergeletak di atas sofa butut, lalu membanting pintu. Bunyi kunci yang beradu, jadi pertanda bahwa Jose sudah pergi. Sejurus kemudian, deru mobilnya terdengar di bawah sana. Julia menggerakkan tubuh, dan seketika rasa sakit meningkat drastis, sampai keningnya berkerut. "Argghhh."Dia meringis berkali-kali sebelum akhirnya bisa duduk. Setelah itu, entah mendapat kekuatan dari mana, Julia meraih batangan besi yang teronggok di dekat kakinya, lalu menghubungkan benda ter
Baca selengkapnya

Sidang

Setelah percakapan mereka tempo hari, Julia agak heran dengan perubahan sikap sang suami. Tak hanya lebih ramah, Jhon juga kerap melakukan tindakan tak biasa. Seperti pagi ini, ketika dia tengah bersiap mengantar kedua buah hatinya ke sekolah, tiba-tiba saja Jose menawarkan diri mengantar mereka. "Tumben, biasanya kau lebih suka main tunggal." Julia memperjelas fakta yang sudah sama-sama mereka ketahui. "Aku... hanya ingin memperbaiki diri. Kau tahu... tak ada ayah yang ingin dibenci anaknya."Julia mengangguk paham, lalu mengajak kedua anak mereka masuk ke mobil. Saking senangnya, Jill berkali-kali mencium pipi Jose sambil tak henti memuji. Sementara itu, Jim pura-pura tak bereaksi, namun binar bahagia di matanya, akan membuat siapapun terpesona. "Baiklah anak-anak, kalian masuk ke kelas sendirian saja. Aku mau mengantar Aunty ke suatu tempat." Jose berkata ketika mereka sudah sampai di depan sekolah. Jim dan Jill
Baca selengkapnya

Buas

"Terima kasih atas bantuannya, Mr. Westwood. Kalau bukan karena Anda, anakku yang bodoh pasti sudah dipenjara."Seorang pria berwajah ramah menjabat tangan Jhon. Setelannya begitu rapi dan parlente, selayaknya pria terhormat di klub pribadi. Akan tetapi, Jhon tak akan tertipu. Pria yang tersenyum ini bukan sembarang manusia. Kekejamannya dalam menghadapi manusia lain, sudah jadi rahasia umum di kalangan mafia Pantai Timur. "Anda terlalu menyanjung, Don. Saya hanya melakukan apa yang jadi kewajiban saya."Alfredo Antonietti tergelak, wajah tampan khas Italia miliknya nampak mempesona, dengan keramahan yang nyata. "Saya suka sekali dengan orang berbakat namun rendah hati. Jadi... katakan, apakah Anda mau bergabung jadi tim hukum famiglia?"Jhon nyaris mengumpat. Jika bukan karena menginginkan sesuatu, dia tak mungkin mau berurusan dengan biang kerok berwujud Antonietti. "Tawaran yang sangat murah hati. Tetapi saya tak
Baca selengkapnya

Putusan

Tak ada hal yang lebih disukai Jhon selain menyelesaikan kasus yang tengah digarapnya. Dia sungguh tak sabar ingin menghabiskan waktu di rumah bersama keluarga, lalu menggoda Julia, seperti yang dia lakukan kemarin. Berita tentang Rick yang punya kebiasaan menerima suap sudah memenuhi halaman depan setiap kanal berita, sehingga opini publik mulai bergeser. Tadinya ingin menuntut keadilan, jadi tak peduli. "Bagaimana Westwood? Apa kau siap untuk sidang ini?" Salah satu partner senior bertanya ketika Jhon sedang mempersiapkan tas kerjanya. "Tentu saja. Akan tetapi, tolong cari semua informasi tentang Antonietti. Aku curiga bajingan tua itu sedang merencanakan sesuatu.""Baiklah, akan kucari semua cucian kotornya, walau harus menggali lubang neraka."Usai meninggalkan pesan penting pada partner kerjanya, Jhon segera beranjak menuju gedung pengadilan, yang sekarang sudah sesak oleh pemburu berita. "Apa Anda akan memenangkan kasus
Baca selengkapnya

Panggil Aku Jhon

"Wah, kau memang luar biasa, Mr. Westwood walau ... ini sedikit lebih lama dari yang kukira."Ketika mereka sudah diluar gedung, Mateo yang sengak mulai membual. "Kau tahu, aku yang merekomendasikanmu pada Papa. Kalau tidak, sudah pasti beliau tak akan memakai jasamu."Jhon menyeringai dingin, mengabaikan ocehan lawan bicaranya."Baiklah, karena urusan kita sudah selesai, aku pergi dulu," ujarnya tanpa memberi ruang bagi Mateo untuk membual lebih jauh. Akan tetapi, belum sempat dia menaiki mobil, sebuah Bentley metalik melaju kencang ke arah mereka. Bahkan ketika kendaraan tersebut masih agak jauh, sikap Mateo mendadak berbalik seratus delapan puluh derajat. Tadinya angkuh, sekarang buru-buru berdiri khidmat, penuh senyum, seperti anak yang patuh. Ketika pintu Bentley terbuka, barulah Jhon sadar apa yang membuat perubahan ini. "Papa, Anda tak perlu repot-repot... ."Plak! Plak! Sebelum kalimat tersebut seles
Baca selengkapnya

Drama di Meja Makan

Julia dan Jhon akhirnya sampai di mansion, ketika waktu makan siang. Terbawa suasana akrab yang terjalin selama perjalanan, mereka berdua berjalan beriringan hingga tiba di ambang pintu. Mendekati ruang tengah, suasana asing langsung terasa, terlebih waktu terdengar gelak cekikikan seorang wanita. Keduanya bergegas menuju ke sana, dan dalam sekejap, Jhon langsung membeku. "Hai Jhon, kau terlihat hebat, persis aku waktu muda dulu," ujar seorang pria tua. Langkahnya gagah mendekati mereka, sementara perempuan berpakaian seronok, yang tadinya menggelayut manja, juga ikut membetulkan dress-nya yang sudah terbuka di sana-sini. Dengan antusiasme yang terasa palsu, pria itu merangkul Jhon sambil menepuk-nepuk pundaknya. "Son, kau akhirnya jadi dewasa." Akan tetapi, Jhon bergeming. Dia tetap berdiri mematung, hingga pria tua yang memeluknya mundur teratur. Mendapat sambutan dingin, pria tersebut m
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status