Semua Bab Menjadi Ibu Pengganti Anak Kembar Milyuner Tampan: Bab 31 - Bab 40

43 Bab

Mengalahkan Dunia

hon habis. Dia mengusap mulut dan langsung meninggalkan meja. "Maaf, selera makanku hilang."Tentu saja tindakan ini diikuti oleh Julia dan si kembar. Dalam sekejap, ruang makan yang tadinya ramai, mendadak hening. Ketika Julia dan ketiga Westwood sudah di atas, mereka bisa mendengar pertengkaran sengit dari bawah sana. Tampaknya, David juga amat gusar dengan perilaku wanita muda yang dibawanya. "Menurutmu, besok mereka sudah pergi?" tanya Julia seraya menelengkan kepala.Saat ini, mereka berdua tengah duduk santai di atas ranjang Jhon. Tadi, setelah meninggalkan ruang makan, anak-anak langsung beranjak ke kamar masing-masing. "Kurasa tidak. David pasti akan memaafkan wanita itu secepatnya.""Kenapa begitu?""Sebab Mel adalah mainan favoritnya."Terang saja, Julia agak risih mendengar istilah suaminya. Akan tetapi, dia sendiri pun tak bisa menemukan istilah yang lebih pas untuk perempuan seperti Mel
Baca selengkapnya

Buket Bunga

Tak terbersit dalam benak Julia ketika dia bangun esok harinya, hal pertama yang dia lihat adalah kemesraan ayah mertua beserta sang selir di meja makan. "Pagi Julia, kau nampak mempesona hari ini." Pria tua itu menyapa dengan keramahan yang terasa tak wajar. Mel yang duduk di sebelahnya jadi agak gusar. Wanita itu beringsut makin dekat, seolah takut pria tua yang jadi kekasihnya bakal menghilang. "Tapi, aku tetap lebih mempesona, kan?""Tentu saja, Darling." Mulut David memuji, namun matanya tetap memandang menantunya, terpesona. Pagi ini, Julia memang nampak berbeda. Sejak menyadari perbedaan dirinya lewat pantulan cermin, dia jadi lebih semangat merias diri. Sebab itu, dia tampil berbeda dalam dress krim bermotif floral dengan rambut ikal yang tergerai lembut. "Ehem, apa aku ketinggalan sesuatu? Terdengar sangat ramai pagi ini." Jhon mendekati meja. Julia langsung berbalik, dan detik berikutnya, Jhon
Baca selengkapnya

Siasat

Beberapa belas menit berikutnya, Julia adalah salah satu wanita paling cantik di wilayah Manhattan. Senyum merekah, mata berbinar indah, pun penampilan yang memikat, sampai-sampai penjaga perpustakaan yang selalu cuai, memperhatikannya lebih seksama. "Ada kabar bahagia Julia? Kau nampak luar biasa hari ini apalagi buket bunga yang cantik itu. Kurasa... pria yang memberinya pastilah luar biasa."Pujian yang murah hati tersebut, bikin senyum Julia makin terkembang, hingga matanya nyaris tertutup. "Ah, ya dia memang luar biasa."Petugas perpustakaan kembali berujar, "tapi kau pun tak kalah memikat. Kulitmu cantik, dan mukamu selalu optimis. Sejujurnya... aku agak iri padamu."Hati Julia melonjak girang. Entah pujian ini tulus atau tidak, namun semua orang pastilah suka mendengar hal baik. "Kau terlalu memuji. Aku jadi malu." Julia kembali menukas seraya memuji petugas itu kembali. Usai berbasa-basi, dia langsung meminta
Baca selengkapnya

Curiga

Cerita Miranda di ruang belakang dulu, kemunculan Vivienne bersama pria misterius di taman bermain, serta kata-kata Selena, membuat sebuah dugaan dalam benak Julia. "Apakah pria tersebut Richard Kirby?" Dia adalah penggemar fanatik Vivienne dulu. Oleh karena itu tak sulit baginya untuk menduga identitas pria misterius tersebut. "Bingo!" Selena menjentikkan jari. "Selain itu, dari berita yang kudengar, Vivienne juga punya saudara kembar. Mereka bersekolah di tempat yang sama, tapi entah kenapa tak pernah terdengar beritanya."Semua cerita yang didengar Julia bikin kepalanya makin pusing oleh berbagai dugaan. Jangan lupa, sebagai pembaca dan penulis amatir, otaknya sangat aktif membuat skenario kehidupan. Ada apa dengan kembaran Vivienne? Mengapa Jhon masih bersikap baik padahal sudah dikhianati? Adakah transaksi yang tidak diketahui publik dalam hubungan mereka?"Hei, kau memikirkan apa?" tegur Selena yang sebal melihat Julia
Baca selengkapnya

Pergulatan

Meletakkan tangan di lengan sang suami, Julia pun menuruni tangga dengan perasaan campur-aduk. Di satu sisi dia senang dengan sikap manis Jhon, di sisi lain takut bila kebahagiaan ini ilusi semata. Barulah ketika tiba di ruang makan, perasaannya mendadak kalut. Betapa tidak, entah dirasuk setan apa, Vivienne memutuskan bergabung di meja makan. Tak cuma itu, sang rival juga berbincang akrab dengan mertuanya. "Wah, tak kusangka hal pertama yang menyambutku adalah kemesraan kalian," ujarnya saat mata mereka bersirobok. Mengikuti sikap ramahnya, Julia pun balik menyapa. "Hai Vivienne, senang bertemu denganmu lagi. Kau nampak makin memukau.""Tentu saja. Bayangkan! Aktris tersohor di Amerika." Mel menimpali dengan kilat aneh di matanya. Kalau Julia tak salah, pastilah kedatangan Vivienne kemari ada hubungannya dengan Mel. Wanita beracun ini hendak melihat drama menarik antara di antara mereka. Satu hal yang masih disyukuri Julia,
Baca selengkapnya

Kejutan

Vivienne menerjang bagai kesurupan. Tangannya menarik rambut panjang Julia. "Hei, kau gila!" Julia berseru nyaring. Namun wanita yang biasanya elegan itu tak peduli. Dia terus menarik dan mencakar, seolah Julia adalah hewan yang mengancam kelangsungan hidupnya. "Lepaskan, Vivienne. Kau tak malu berkelahi seperti gangster!"Sia-sia saja perkataan Julia sebab lawannya seperti tuli terhadap sekeliling. Tak mau jadi samsak tinju, akhirnya dia membalas balik. Pergulatan sengit terus terjadi hingga beberapa pasang tangan melerai mereka. "Apa kalian gila?!" Jhon meraung marah. "Sumpah! Aku tak bisa membedakan kalian dengan begundal jalanan."Mendadak Vivienne seperti kehilangan kekuatan. Ekspresi mukanya yang sekejap tadi dipenuhi amarah, mendadak sendu. Air matanya pun mengalir deras, seolah seseorang sudah membuka kerannya. Namun itu tak menarik lagi sebab muka dan rambutnya sudah awut-awutan. Malah, dia lebih mirip peng
Baca selengkapnya

Horor

Dalam mobil, ada bangkai tikus besar, berdarah-darah. Saking besarnya, dia sempat mengira sedang melihat kucing. Nanar menatap sekeliling, Julia menelepon suami dengan tangan gemetar. Sialnya, panggilan tersebut tak kunjung terhubung. Setelah mencoba untuk yang ketiga kali, barulah suara bariton Jhon terdengar dari seberang sana. "Halo, ada apa Julia?""I--itu darah... bangkai... ada banyak darah Jhon.""Tenanglah. Tarik nafas dan cerita pelan-pelan."Terduduk di sisi mobilnya, Julia mulai bicara tersendat-sendat. "Jhon, aku tak tahu siapa yang memasukkan bangkai tikus besar dalam mobilku. Seram sekali Jhon... kepalanya hampir putus.""Tenanglah. Tetap di tempatmu berada, aku segera datang."Klik. Panggilan langsung terputus, Julia mulai ketakutan lagi. Badan gemetaran sedangkan matanya awas menatap sekeliling. Pada saat begini, dia menyesal tak mau mengikuti saran mendiang ayahnya untuk mengikuti kelas bela
Baca selengkapnya

Seperti Neraka

Ketika Jhon pulang malamnya, Julia sudah lebih bisa menguasai diri. "Berikan ponselmu, aku mau memeriksa nomor si pengirim," ujar Jhon usai mendengar ceritanya. Menuruti permintaan suami, Julia mengulurkan tangan. Segera, Jhon mengetikkan sesuatu pada layar gawainya dan menelepon seseorang. "Tolong lacak nomor barusan."Dia terdiam sejenak, menunggu respon dari orang di seberang sana. "Sial! Dasar pengecut!" Makinya kemudian sembari menutup panggilan. "Ada apa Jhon?" Julia yang sejak tadi menunggu dalam keheningan, mendadak buka mulut. "Bajingan itu menggunakan kartu sekali pakai."Tentu saja ini menimbulkan masalah baru. Kartu sekali pakai biasanya langsung dibuang, dengan begini akan lebih sukar melacak pelaku. Orang jahat tersebut berkeliaran di luar, bisa mengamati segalanya, sedang mereka meraba-raba dalam kegelapan. Semua terasa makin melelahkan. "Maaf, sudah membuatmu terseret da
Baca selengkapnya

Apa Kau Menguntitku?

Bahkan ketika Jose sudah lenyap, dan manusia pemilik langkah tadi memasuki ruang pengap tersebut, Julia masih membatu di tempatnya, terlalu kalut untuk melakukan apapun. "Maaf Nyonya, Saya terlambat." Pria asing itu berkata seraya mengulurkan tangan, hendak membantu Julia bangkit dari posisinya. Akan tetapi, Julia hanya memandangi, bingung bercampur takut. "Kau siapa?" "Ah, saya Tim. Orang yang diminta Mr. Westwood untuk menjaga Anda. Saya agak terlambat, sebab ragu mengikuti Anda ke toilet." Barulah sekarang Julia paham apa yang terjadi. Ternyata, Jhon bergerak cepat. Tak sampai dia puluh empat jam sejak pembicaraan mereka tentang bodyguard, dan itu langsung terjadi. Ketika mengetahui bahwa pria didepannya ini sang pelindung, Julia langsung menyambut ulurannya. "Aku Julia dan panggil saja dengan nama itu." Menatap reaksi bodyguard yang tetap datar, dia menambahkan, "apakah kau bisa melatihku bela diri ringan? Aku muak diperlakukan semena-mena." Meski muka Tim dat
Baca selengkapnya

Presentasi

Seringai tipis muncul di wajah Jhon. "Menguntit? Menurutmu, aku orang seperti itu?""Lantas dari mana kau tahu kami mengerjakan tugas di situ?"Jhon bungkam untuk sekian detik. Ketika Julia merasa bahwa suaminya terpojok, pria itu malah membuka gawai dan menunjukkan fotonya dan Luke sedang serius mengerjakan tugas. Lebih tepatnya, rekan kuliahnya sedang serius mengamati dirinya. "Miranda dengan senang hati mengirimnya."Ada apa dengan Miranda? Mengapa orang sekelas dirinya berbuat iseng? Memikirkan tindakan tak etis ini, Julia nyaris mengumpat. Namun, hal demikian akan semakin membuat Jhon curiga. "Hmm, temanmu sungguh menarik. Aku baru tahu kalau seorang dosen bisa mengambil foto orang diam-diam lalu menyebarkannya. Padahal sudah jelas, itu tindakan ilegal."Di bawah ancaman istrinya, Jhon bergeming. Ada kilat geli di matanya tatkala mengamati sang muka Julia yang nampak kesal. "Tentu saja kau bisa membuat
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status