Semua Bab Menjadi Ibu Pengganti Anak Kembar Milyuner Tampan: Bab 11 - Bab 20

43 Bab

Ibu

Julia buru-buru menarik selimut lalu menutup seluruh tubuhnya. Dengan suara bergetar, menahan amarah, dia melempar sumpah serapah. "Brengsek kau, Jhon. Semoga kau membusuk di neraka." Sebagai pria menyebalkan, Jhon hanya membalas dengan tatapan mencibir. "Sayang sekali, justru aku yang menciptakan neraka bagi hidup orang lain. Ckckckck.. Kau tak kenal suamimu sama sekali." Usai berkata demikian, dia segera beranjak. Ketika pintu kamarnya sudah tertutup, barulah Julia meratapi diri. Berjalan tertatih, dia masuk ke kamar mandi lalu merendam dirinya dalam bath up berisi air hangat. Sekujur tubuhnya yang kena sentuhan John, dia gosok sekeras mungkin. Lantaran rasa lelah yang menggerogoti pikirannya, Julia jadi tertidur dalam bath up. Ketika tubuhnya mulai tak nyaman akibat rasa dingin, barulah dia terjaga dan langsung keluar dari sana. "Bbbbrrrr..." Mengkertakkan g
Baca selengkapnya

Pelayan

Masih dengan sikap tenang yang menyebalkan, Jhon mendekat dan langsung duduk di depan Julia. Tak berhenti di situ, dia juga mencomot sepotong roti dan menikmatinya dengan lahap. "Maaf, Mrs. Westwood, tapi kau lupa lagi. Aku yang bayar tempat ini."Jawaban ini kembali memukul Julia dengan telak. Sebab sudah kehabisan kata-kata, dia memilih diam, sambil memandang ke luar lewat jendela yang terbuka. Akhirnya, mereka melahap roti dan kopi yang tersaji dalam diam. Ketika keheningan makin tak tertahankan, Julia pun buka mulut. "Katakan, sebenarnya apa maumu, Jhon? Kenapa selalu bertindak kejam? Kau menikahiku karena ingin menyiksaku?"Meski sudah berusaha tegar, tak urung suara Julia bergetar juga. Kekesalan yang menumpuk dalam hatinya, seperti lava yang menunggu dimuntahkan. Jhon yang tadinya bersikap acuh, bergerak tak nyaman. "Maaf, Julia. Kau pantas membenci atas tindakanku semalam, tapi sungguh... itu diluar kendali.
Baca selengkapnya

Dirundung

Malamnya, keluarga Westwood duduk bersama di meja makan. Usai bersantap malam, Julia meminta kedua anaknya naik ke atas sedangkan dia sendiri tetap duduk bersama Jhon. "Mr. Westwood," ujarnya memulai. "Mengapa kita tidak menaikkan gaji Mrs. Connor? Sangat jarang ada karyawan yang berdedikasi seperti dia. Aku sungguh kagum."Jhon yang sedang menikmati hidangan pencuci mulut sontak menolah, begitu pun Mrs. Connor yang mulai merapikan meja. Wanita itu buru-buru meletakkan sisa makanan yang tengah diangkatnya, lalu tersenyum canggung. "Anda terlalu menyanjung, Nyonya. Saya hanya melakukan apa yang jadi tugas saya."Jhon menatap keduanya bergantian sebelum akhirnya angkat bicara. "Mengapa tiba-tiba, Mrs. Westwood? Setahuku kau belum cukup lama tinggal di sini untuk melihat kinerja pegawaiku."Tersenyum penuh arti, Julia mengamati kegugupan Mrs. Connor. "Tadi siang waktu baru pulang dari mengantar anak-anak, Mrs. Connor menegurku karena sudah
Baca selengkapnya

Masa Lalu

Meski sebal, Julia tetap menampakkan raut muka tenang. "Memangnya siapa yang ingin memecatmu? Aku justru meminta suamiku menaikkan gajimu."Mrs. Connor menyeringai sinis hingga kerutan di wajahnya makin dalam. "Jangan kira aku tak tahu rencana busukmu. Perempuan miskin pasti hanya mau menguasai harta keluarga Westwood.""Kenapa kau keberatan? Kau punya niat begitu juga?"Serta-merta, wanita itu jadi berang. "Hentikan fitnahmu. Aku hanya menjaga tuan muda dari jebakan rubah sepertimu. Asal Anda tahu suatu saat nanti nyonya Vivienne akan kembali kemari."Tiba-tiba bunyi langkah kaki terdengar di tangga, dan Mrs. Connor langsung berubah. Ekspresi mukanya jadi ramah pun tutur katanya. "Silakan sarapan, Nyonya. Saya sudah menyiapkan sereal dan smoothie untuk Anda."Mengikuti akting sang pelayan, Julia pun ikut bersandiwara. "Tentu saja, Mrs. Connor. Saya sangat beruntung memiliki asisten seperti Anda."Kalimat sal
Baca selengkapnya

Mantan

Seisi ruangan mendadak hening. Kedua asisten Vivienne segera melepas tangan Julia, sedang nyonya mereka menghampiri Jhon, yang berdiri dengan muka sedingin es. "Ah, untunglah kau datang, Jhon. Aku benar-benar tak habis pikir bagaimana istri barumu mendidik anak-anak."Jhon tak langsung menyahut. Matanya justru memindai semua orang hingga tatapannya berhenti pada kedua bocah yang bersembunyi dibalik tubuh Julia. Menepis tangan Vivienne, dia menghampiri si kembar dan berjongkok di depan Jill. Tangannya mengusap lembut mata putrinya yang sembab. "Katakan Sweetheart, apa yang terjadi? Papa ada di sini, tenanglah."Si bungsu tak menyahut. Lengan kecilnya dikalungkan pada leher Jhon, lalu melanjutkan isaknya dalam dekap sang ayah. Melihat adiknya tak mau bilang apa-apa, Jim yang emosional akhirnya buka mulut. "Mantan istrimu yang memulai, Jhon. Dia tiba-tiba datang dan mulai mengatakan segala omong kosong. Bahkan dia tega memukul b
Baca selengkapnya

Tamasya

Julia menatap tak berdaya, mulutnya bergetar, kehabisan kata-kata. "Itukah yang dikatakan Vivienne padamu?" tanyanya ketus "Setidaknya, begitulah yang kutangkap." "Lantas apa kau setuju cara Vivienne mendidik anak kalian? Dia memukul mereka, Jhon!" "Terkadang... Jim bisa sangat dramatis, kau tahu... sikap tegas perlu untuk anak-anak." Sangat sukar melukiskan perasaan Julia saat ini. Bila menyangkut sang mantan, suaminya seperti orang kehilangan akal, tak bisa lagi berpikir jernih "Menurutmu... Jim mengarang? Dia menciptakan bekas lebamnya sendiri? Apa kau gila Jhon?!" "Hentikan Julia! Mana mungkin ada ibu yang tega memukuli anak mereka. Lagi pula, aku sudah lama kenal Vivienne. Dia tak mungkin seperti itu." Terlalu marah untuk mendebat Jhon, akhirnya Julia bangkit dan mendorong kursi dengan kasar. "Kau benar Jhon. Aku cuma ibu tiri, tak mungkin bis
Baca selengkapnya

Badut

Beberapa meter di depannya, tampak Vivienne sedang berjalan mesra dengan seseorang. Kedekatan mereka, lebih mirip sepasang kekasih daripada teman. Tangan Vivienne merangkul pinggang si pria sedangkan bibirnya sesekali mendarat di leher teman kencannya. Sayang sekali, mereka sama-sama memakai sunglasses ukuran besar, dan topi hingga dia tak bisa mengenal jelas siapa pria tersebut. Rasa penasaran membuat Julia buru-buru memakai kacamata juga lalu mengikuti keduanya dalam jarak aman. Makin lama Julia menatap, makin akrab wajah pria itu terlihat. Seperti pernah dia lihat, entah di film atau majalah. Tiba-tiba blitz kamera muncul dari antah-berantah. "Sial!" Julia mengumpat kesal sebab blitz paparazzi tersebut membuat kedua sejoli tadi jadi sadar sedang dikuntit. Keduanya cepat-cepat kabur dan menghilang dari pandangan. Julia berjalan lemas menuju kedua bocah yang sudah menunggu tak sabar. "Aunty, dari mana saja? Kami
Baca selengkapnya

Kawan Lama

Sepeninggal suaminya, Julia masih bertanya-tanya, merasa heran dengan sikap Jhon yang seperti salah tingkah. "Paling cuma merasa bersalah sudah menuduhku sembarangan." Begitu pikirnya sebelum melanjutkan bacaannya yang tertunda. Sementara itu, Jhon yang baru keluar dari sana pun terlihat linglung, merutuki diri. Baru kali ini dia mati kutu di depan wanitan selain Vivienne. Rusak sudah reputasinya sebagai si tampan berwajah dingin. u Gusar karena kehilangan kendali atas dirinya, Mrs. Connor yang malang jadi kena amuk. "Sepertinya, kau sudah makin hebat sekarang." Dia berujar dingin ketika memasuki ruang kerjanya. "Mengapa Anda berkata demikian, Mr. Westwood? Apa salah saya?" Jhon memandang tajam pada pengurus rumah yang usianya nyaris setengah abad. Mrs. Connor bekerja di mansion atas rekomendasi keluarga Miller sebab beliau sendiri masih kerabat jauh. Ini pula sebabnya, Jhon agak sungkan mem
Baca selengkapnya

Takut

Begitu pertemuan dengan Selena usai, Julia langsung pulang ke rumah. Hasrat untuk belajar, padam begitu saja. Tadinya dia sempat senang ketika melihat kenalan lama. Siapa sangka, orang yang dikira bisa jadi pelipur lara, nyatanya jadi sumber lara itu sendiri. "Aunty, kau nampak lelah dan kesal. Apa yang terjadi?" Jill yang sedang menonton TV di ruang tengah langsung menyambut ibu tirinya. Serta-merta Julia memeluk si gadis kecil, menghirup aroma sabun yang menguar dari tubuhnya. "Aunty hanya lelah... juga gugup menghadapi wawancara nanti." Bagai seorang preman pasar, bocah kecil itu menggulung lengan bajunya. "Jangan takut Aunty, aku bakal memarahi mereka agar tidak macam-macam denganmu." Melihat gaya anaknya, Julia tergelak, tak lupa menjawil pipinya yang tembam. Dia tak mungkin lupa bagaimana Jill kerap menangis bila menghadapi situasi tak mengenakkan. Di rumah saja dia selalu berlagak jag
Baca selengkapnya

Memberi Pelajaran

Kau yakin dengan ini?" Jhon bertanya ragu. Ekspresi mukanya yang mirip bocah baru kencan, bikin Julia nyaris tertawa. Semalam setelah membicarakan rencana, mereka langsung melaksanakannya sekarang. Demi kejutan ini, Jhon rela membolos dari pekerjaan yang sangat dia cintai. "Percayalah, anak-anakmu itu para malaikat berhati lembut." Julia meyakinkan hingga raut muka Jhon sedikit membaik. Tak lama berselang, pintu restoran terbuka, dan tampaklah kedua anak yang baru pulang sekolah muncul dari balik pintu. "Aunty, kau bilang ini jadi acara kita bertiga." Jim berkata tanpa ragu. Raut mukanya penuh permusuhan terhadap sang ayah. "Jim, bisakah kita makan dulu sebelum bicara?"Si sulung nyaris membantah, namun tatapan mata Julia yang penuh harap membuatnya menelan kembali semua kata-kata penolakan. "Baiklah, tapi bukan berarti aku sudah memaafkan seseorang."Usai berkata demikian, dia langsung duduk di
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status