All Chapters of Pesona Istri Dadakan Sang Pewaris : Chapter 81 - Chapter 90

114 Chapters

81. You're So Great

"Kamu mau ke kantor lagi?" Selimut Kavia melorot hingga dadanya yang menonjol dan besar terekspos. Dia membiarkan saja lantaran lebih fokus melihat Javas yang sibuk mengancing lengan kemeja. Pria itu sudah kembali berpakaian rapi setelah membersihkan diri. "Iya, ada meeting lagi yang harus aku hadiri." Terdengar desahan napas kecewa Kavia. Wanita itu mengempaskan kepalanya lagi ke bantal. "Ada apa?" tanya Javas menoleh sebentar. Tangannya sekarang sibuk mengikat dasi.Kembali mata biru itu melirik. "Apa nggak ada yang bisa gantiin kamu?" "Nggak ad—" Javas yang masih menghadap cermin kembali menoleh cepat. "Kamu mau aku cuti?" Kavia mengangguk dengan alis terangkat. Sementara bibirnya mencebik manja. Hal itu langsung bisa mengundang senyum Javas. Pria itu menarik kembali dasi yang hampir selesai dipasang dan beranjak menghampiri Kavia. "Apa yang mau kamu lakukan kalau aku cuti?" tanya pria itu sambil mengawasi istrinya. Wajah kemerahan Kavia tersipu. Dia makin terlihat cantik d
Read more

82. Bengek

"Nyonya, ada Mas Erland di bawah nyari Nyonya!" Kavia nyengir menatap muka masam suaminya. Dia sedikit bergeser, dan hendak menjauhkan diri. Namun dengan cepat Javas mencegahnya. "Kamu mau ke mana?" tanya Javas sembari mencekal dua pinggul wanita itu agar tidak bergeser. "Ke bawah." "Nggak boleh. Kita belum selesai." "Tapi—" "Selesaikan ini dulu," perintah Javas tegas, tidak menerima bantahan. Dengan terpaksa Kavia menurut. Dia kembali menggerakkan pinggul dengan pelan. Meski begitu, kepalanya sibuk memikirkan Erland di luar sana. Rasanya tidak enak kalau membiarkan tamu menunggu lama. "Kavia, lihat aku," pinta Javas, berusaha membuat Kavia fokus. Wanita itu kontan memalingkan perhatiannya ke Javas dengan pandangan bertanya. "Lihat, ini aku. Bukan orang lain. Jangan pikirkan orang lain saat lagi sama aku." "Aku—ah!" Kavia terpekik saat tiba-tiba saja dari bawah pinggul Javas menyentak. Sekarang permainan kembali dikendalikan Javas meskipun Kavia masih di atas pria itu. Jav
Read more

83. Gagal

Mata biru Kavia mengawasi tiap gerakan yang Javas lakukan di dapur. Pria itu terlihat sangat sibuk. Di kitchen island banyak bahan makanan yang akan Javas olah. Pria itu juga sudah mengenakan apron. Gayanya sudah serupa chef selebriti di TV. Kavia akui Javas terlihat tampan. Cara dia memegang pisau juga tampak ahli. Kavia tidak tahu apa yang akan pria itu masak. Setelah berhasil mengusir Erland secara tidak terhormat, Javas menawarkan diri memasak untuk Kavia. Meskipun tahu kemampuan memasak Javas teramat sangat amatir, tapi Kavia membiarkan. Mungkin dengan itu emosi lelaki itu bisa mereda. Jika ingat kejadian beberapa puluh menit lalu Kavia tersenyum sendiri. Dia tidak menyangka Javas bisa seposesif itu padanya di depan Erland. Pria itu bahkan masih mengomel dan terlihat begitu kesal ketika Erland sudah pergi. "Kamu baik-baik aja?" tanya Kavia saat melihat napas Javas naik turun karena emosi. Dia bersyukur Javas tidak lepas kendali dan menghajar Erland. "Nggak," sahut pria itu k
Read more

84. Terganggu

Phil menghela napas panjang menatap sosok yang tengah melamun di depannya. Sudah keenam kalinya dia melayangkan panggilan, tapi tidak ada sahutan sama sekali. Padahal dia sedang mendiskusikan hal penting. Phil perhatikan, sejak beberapa hari lalu bosnya itu menjadi sering banyak melamun. Seolah ada beban yang lebih berat daripada masalah perusahaan yang diembannya. Pun siang ini. Ketika Phil sedang membahas tentang proses akuisisi salah satu perusahaan krusial, tuannya lagi-lagi terlihat melamun. Phil mendesah napas kasar. Tangannya dengan sengaja menyenggol interkom di meja Javas hingga benda itu terjatuh. Dia menyeringai kecil ketika melihat bosnya tersentak. "Maaf membuat Anda kaget, Pak," ujarnya lantas meletakkan benda itu ke tempatnya semula. Wajah Javas kontan memberengut. Tidak mungkin interkom jatuh tanpa sebab. "Ada apa?" "Saya sudah memanggil Anda sebanyak enam kali. Pak, kita sedang membahas hal penting.""Iya aku tau." Masih memasang wajah masam, Javas kembali menekur
Read more

85. Panna Cotta

Mata Kavia melebar ketika tiba-tiba melihat Javas berjalan mendekati mejanya. Seingat wanita itu, dia tidak mengajak suaminya untuk makan siang bersama. Lalu kenapa pria itu muncul di sini dan menatap padanya?"Ada apa?" Dian di depannya menoleh, mengikuti arah pandang Kavia. "Oh kamu ngajak laki lo juga?" "Enggak." Kavia menggeleng lalu kembali menekuri piring. "Mungkin ada meeting lunch di sini." Namun dugaan Kavia salah ketika tiba-tiba saja Javas—yang sudah dekat dengan mejanya—menarik sebuah kursi tepat di sebelahnya. Dua wanita yang duduk saling berhadapan itu kompak menoleh kepada sosok berjas itu. "Boleh aku gabung kan?" tanya Javas tersenyum. Dengan percaya diri, dia duduk di kursi itu sembari membenarkan dasinya. Dian kontan menatap Kavia dengan alis terangkat. Seolah bilang : meeting lunch sama bininya maksud lo? Mengabaikan tatapan Dian, Kavia menoleh ke samping di mana suaminya sekarang duduk. "Kamu kenapa di sini?" "Mau makan sama kamu, apa lagi?" sahut Javas. Tang
Read more

86. Mungkin

"Apa dia marah?" Mata Kavia mengerjap bingung. Sikap Javas benar-benar di luar dugaan. Seperti anak kecil yang sedang ngambek. "Mungkin dia cemburu." Erland menarik piring panna cotta yang baru saja pelayan sajikan. "Nggak masuk akal. Buat apa dia cemburu?" "Dia kan suami kamu." Kavia mendelik. "Kamu tau betul hubungan kami seperti apa." "Dia udah jatuh cinta sama kamu." Erland menopang sisi wajahnya dengan salah satu tangannya, menatap Kavia seraya tersenyum. "Tapi kalau dia masih bersikeras nggak mau mengakuinya, aku bakal bikin dia menyesal." Tangan lainnya mengangkat sendok kecil dan memotong sedikit panna cotta di piring. "Maksudnya?" tanya Kavia sebelum membuka mulut menerima suapan dari Erland. "Udah jelas kan? Kalau dia menyia-nyiakan kamu, aku nggak akan tinggal diam lagi. Aku udah cukup memberinya kesempatan, Pretty." Tahu maksud ucapan Erland, Kavia tersenyum mengejek. "Apa kamu pikir yang kamu lakuin dulu itu nggak lebih jahat dari Javas?" "Makanya aku menyesal.
Read more

87. Ola

"Oh, Baby. Kamu udah datang!" Daniel langsung menyerbu Kavia ketika wanita itu baru datang. Dia merangkul penuh sayang bahu sang anak, dan mengecup pipinya. "Anak yang Papi panggil baby itu udah mau punya baby loh. Ih, geli banget sih," sambar Ola memprotes. Namun hanya dibalas senyum menyebalkan sang papi. "Javas beneran nggak ikut, Sayang?" tanya Daniel sambil menggiring putrinya yang berbadan dua itu duduk di sofa. "Nggak, Pi. Dia ada meeting di Malaysia dan Singapore." Kavia menghela napas panjang. Obrolan malam itu tidak berakhir baik. Sampai weekend tiba dan Kavia mengajak Javas untuk ikut ke villa pria itu menolak. Pagi-pagi sekali bahkan lelaki itu sudah pergi. "Oh ya udah, lagian ada kami di sini yang akan jagain kamu. Mas Gyan dan Mbak Resta juga ada." "Aku juga ada!" Tiba-tiba Erland muncul bersamaan dengan Delotta dari arah dapur. Pria itu membawa dua container box di kanan-kiri tangannya. Seketika wajah Kavia berbinar dan terkekeh. "Kalian bener-bener nyiapin semu
Read more

88. Fly Me To The Moon

~In other words, hold my hand~~In other words, Baby, kiss me~Entah pukul berapa sekarang. Sayup-sayup suara merdu Ola dan petik gitar Daniel masih terdengar. Kadang diiringi suara sumbang milik Gyan yang merusak nada. Kalau tidak dalam keadaan hamil besar, mungkin Kavia masih bergabung dengan mereka. Bermain games ToD atau monopoli klasik. Hal-hal menyenangkan yang sering dia lakukan saat masih sekolah bersama keluarga. Namun yang bisa Kavia lakukan sekarang hanya berbaring miring dan berusaha untuk tidur. Seperti kata Erland, dia tidak boleh memikirkan apa pun termasuk pernikahannya yang mungkin sebentar lagi kandas. Sekuat hati memaksa untuk terlelap, nyatanya Kavia masih saja terjaga. Sebelum pergi Erland juga sudah mematikan lampu kamar agar Kavia bisa cepat tidur, tapi tetap saja kelopak matanya bergerak-gerak. Hingga dia bisa merasakan seseorang membuka pelan pintu kamarnya. Mungkin itu Daniel atau Delotta yang sedang mengecek keadaannya. Biasanya mereka datang untuk sekeda
Read more

89. Give Me Your Love

"Kamu kok di sini? Bukannya lagi di Singapore?"Kavia benar-benar bangkit dan duduk. Matanya mengerjap seolah tak percaya Javas ada di depannya saat ini. "Urusanku udah selesai, makanya aku cepat-cepat nyusulin kamu." Javas meloncat ke sisi tempat tidur yang kosong. Lalu merebah di sana. Masih terheran-heran, Kavia menahan senyum. Dia tidak lagi mimpi kan? Ini tengah malam dan Javas tiba-tiba muncul di kamarnya seperti magic. "Kenapa? Kenapa kamu liatin aku begitu?" tanya Javas menoleh. Tangannya terulur menggapai tangan Kavia. "Ayo, lanjut tidur lagi." Kavia menurut dan bergerak merebah di sisi Javas seraya tersenyum. Dia tidak bisa menahan rasa bahagianya lagi. Maka dari itu ketika Javas menarik lengannya, Kavia memeluk tubuh itu dengan suka rela. Javas sendiri langsung menempatkan lengannya ke bawah leher Kavia, menjadikan lengan itu sebagai bantal. "Anak kita nggak nakal kan?" tanya Javas, tatapnya memandang langit-langit kamar yang menggelap."Dikit. Dia masih aktif banget."
Read more

90. Kontraksi

Tidak seperti yang Kavia harapkan, Javas malah mematung setelah mendengar ungkapan cinta wanita itu. Tidak ada raut terkejut, pria itu justru terlihat tertegun. Bibirnya juga mengatup rapat, hanya saja mata cokelatnya terus menatap Kavia. "Javas, I adore you," ucap Kavia sekali lagi, lebih tegas dari sebelumnya. Jujur dia agak kecewa karena pria di atasnya belum bereaksi sama sekali. "Are you kidding me?" Kavia membuang napas kasar. Sekalinya berkomentar malah dikira bercanda. "Gimana aku bisa bercanda dalam keadaan begini?" Dia sudah menelan harga diri dan mengungkapkan perasaannya. Tapi jika gayungnya masih tidak bersambut, mungkin setelah ini dia akan benar-benar menutup diri. Javas mengerjap. Jakunnya naik turun. Sejujurnya dia agak syok dan tidak menduga. Masih belum percaya apa yang dia dengar. Bagaimana wanita itu tertawa dan terlihat bahagia di depan Erland, masih sangat bisa dia ingat. Bagaimana mungkin sekarang wanita itu mengungkapkan cintanya? "Kavia, aku, sebenarnya
Read more
PREV
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status