Semua Bab Pesona Istri Dadakan Sang Pewaris : Bab 41 - Bab 50

114 Bab

41. Deal

"Kamu nggak mau bilang aku bego?" tanya Kavia ketika selesai menceritakan yang menjadi sebab kesedihannya. Dia masih merebahkan kepala di dada bidang Javas setelah percintaan hebatnya usai satu jam lalu. Ya, akhirnya keduanya mencari hotel terdekat setelah senja bergulung.Javas tidak memberi reaksi apa pun selama Kavia bercerita. Dia setia mendengar segala keluh kesah sang istri. Tidak ada tangisan seperti kemarin. Itu sudah membuktikan bahwa Kavia bisa cepat melalui ini. "Kenapa aku harus bilang kamu gitu?" tanya Javas balik. Hal yang baru dia suarakan setelahnya. "Soalnya Dian bilang begitu. Goblok, bego, bodoh." Kavia bisa merasakan usapan lembut tangan Javas pada punggungnya. "Hm. Dian hanya belum pernah merasakan apa yang kamu rasa.""Aku pikir juga gitu. Tapi... Aku emang bodoh sih. Bisa-bisanya tertipu begini." Javas bergerak mengecup puncak kepala Kavia. "Pria, sekalinya brengsek akan tetap brengsek. Setelah ini apa kamu mau percaya dia lagi seandainya kembali menghiba da
Baca selengkapnya

42. Rawat Inap

"Kamu mau makan sesuatu?" "Kamu butuh sesuatu?" "Kamu mau minum?" Hrrrgh~! Telinga Kavia rasanya mau pecah mendengar Athar terus menawarkan sesuatu padanya. Setelah keluar dari kamar tindakan dengan hasil CT scan yang mencengangkan, Kavia terpaksa harus menjalani operasi lantaran ada bagian tulang lengan yang mengalami keretakan. Dia baru dipindah ke ruang rawat inap ketika senja menjelang. Sialnya sampai sekarang Javas belum muncul juga. Sehingga Athar-lah yang terus menungguinya. Kavia sudah mengusir pria itu secara halus, tapi usahanya selalu gagal. "Aku cuma mau istirahat dengan tenang. Kamu bisa pergi kalau nggak mau diam." Kavia membuang napas kesal. Lalu bergerak miring ke sisi lengan yang tidak sakit. "Oke, kamu bisa istirahat. Aku duduk di sana. Kalau pengin sesuatu tinggal panggil." Kavia tidak menjawab. Dia tidak peduli. Mau seperhatian apa pun pria itu padanya, Kavia tetap menempatkan Athar ke daftar orang yang harus dihindari. Dia mencoba memejamkan mata setelah tida
Baca selengkapnya

43. Mertua

Kavia menelan ludah saat ujung jarinya menyentuh sebuah garis tepat di bawah pusar sang suami. Garis yang dipenuhi bulu halus memanjang lurus hingga ke area intim. Ujung jarinya berlama-lama menyentuh di sana dan sedikit menggoda. Membuat Javas mengerang menahan sensasi geli. Dia masih menunggu apa yang akan wanita itu lakukan. Namun beberapa detik lamanya Kavia tak kunjung bertindak. Wanita itu sukses membuat Javas frustrasi. "Lama-lama ngilu kalau cuma kamu pandang begitu, Kavia." Bola mata biru itu melirik ke atas. Melihat wajah Javas yang memerah Kavia terkekeh. "Aku masih trauma," ujarnya lantas berdiri. Dia meminta Javas untuk membantu memakaikan arm sling kembali. Setelah itu dia membalikkan badan, menghadap dinding. Kepalanya menoleh melewati bahu ketika Javas menarik pinggulnya dan mendekat. "Sial, kamu benar-benar menggodaku, Kavia," umpat Javas menepuk kencang bokong Kavia, sebelum menggesek-gesekkan kejantanannya yang sudah mengacung sempurna. "Sebentar lagi dokter vi
Baca selengkapnya

44. Tamu

Meski masih dalam kondisi sebelah tangan digips, Kavia tidak melewatkan jadwal treatment bulanannya. Saat ini saja dua orang tengah melakukan menicure dan pedicure ketika dirinya menunggu masker wajahnya kering. Daripada bergabung dengan anggota geng sosialita seperti saran Dian waktu itu, lebih baik menyenangkan diri sendiri. Seperti mengundang para terapis ke rumah misalnya. Kavia tidak perlu pengakuan dunia luar bahwa dirinya kaya. "Bu, ada tamu," beritahu suster yang merawat dirinya pasca keluar dari rumah sakit. "Siapa?" tanya Kavia seminimal mungkin menggerakkan bibir agar masker wajahnya tidak retak. "Katanya teman kuliah Ibu." Kalau tidak sedang memakai masker wajah, sudah pasti keningnya berkerut. Kecuali Dian tidak ada lagi teman kuliah yang tersisa saat ini. "Suruh masuk aja." "Baik, Bu." Kavia terpaksa meminta terapis itu membasuh mukanya. Padahal kalau itu beneran Dian, seharusnya wanita itu bisa langsung masuk saja. Terapis sedang menyeka wajahnya dengan handuk ker
Baca selengkapnya

45. Menjenguk

Kavia menatap nanar ambulans yang bergerak menjauhi rumah. Sebuah handuk besar menutupi tubuhnya yang basah. Sementara lengan kokoh Javas merangkul bahunya begitu erat. Ambulans baru saja membawa Jemma pergi. Wanita itu mengalami pendarahan yang lumayan hebat akibat jatuh terpeleset. Kavia sendiri hampir saja kehabisan napas jika Javas tidak segera datang di saat yang tepat. Javas baru saja menginjak lantai rumah ketika jeritan Bi Rami terdengar. Secepat kilat pria itu menerjang pintu dan langsung melesat ke taman belakang rumah. Jika tidak segera meloncat ke kolam renang entah apa yang terjadi pada istrinya. Dalam keadaan normal wanita itu bisa saja menyelamatkan diri. Kemampuan renang Kavia tidak diragukan lagi. Hanya saja syok dan ditambah kondisi lengan yang masih belum boleh banyak bergerak membuatnya tidak bisa berenang secara maksimal. Di saat dirinya kehabisan tenaga, sebuah lengan merangkulnya. Kondisi Kavia makin lemah ketika melihat Jemma terbujur tidak sadarkan diri. Rem
Baca selengkapnya

46. Kejutan Kecil

Kontras dengan Kavia yang tetap diam, Javas sebaliknya. Di mobil dalam perjalanan pulang, pria itu terus saja mengomel dan mengutuk kelakuan mantan pacar istrinya. Javas kesal luar biasa. Jika tidak mengingat mereka ada di rumah sakit, mungkin Fabby sudah babak belur. Pukulannya yang tadi belum seberapa. Tapi Javas yakin tulang hidung si brengsek itu pasti berhasil dia patahkan. "Kenapa kamu diam? Jangan bilang kamu lagi mikirin kata-kata bajingan itu," tanya Javas lantas berdecih sambil membuang muka. Kavia tidak menjawab, keningnya berkerut tak suka. "Kamu masih mau balikan sama dia? Sulit dipercaya." Javas menggeleng tak habis mengerti. "Cinta buta benar-benar ada ternyata.""Ngomong apa sih?" Kavia mendengus kesal. Sejak tadi dia sedang berusaha menulikan telinga mendengar Javas mengomel. "Siapa juga yang mau balikan sama dia?" Seringai kecil Javas terbit. Matanya bergerak meremehkan. "Bisa-bisanya dia memberitahu akan bercerai di saat istrinya sedang butuh pendampingan. Bajin
Baca selengkapnya

47. Cayo De Agua

"Kamu bisa membedakan mereka?" tanya Kavia menunjuk para wanita yang berjalan di depannya dengan kedikan dagu. Mereka para turis asia seperti dirinya dan Javas. Para wanita cantik di luar nalar itu hanya mengenakan bikini tanpa kain apa pun. Berhaha-hihi sambil tebar pesona saat berpapasan dengan pria-pria bule Amerika Latin di pantai eksotik yang saat ini Kavia kunjungi. Meski begitu Kavia sangat tahu mereka itu bukan wanita tulen. "Hampir sulit dibedakan. Temanku bahkan pernah tertipu. Dia hampir menikahi seorang transgender dari Kamboja," timpal Javas. Kacamata hitam terpasang sempurna di hidungnya yang bangir. "Katanya sih servis di ranjang lebih sangar daripada wanita tulen." "Kamu percaya?" Kavia menengok suaminya. Seperti halnya para wanita lain di pantai ini, dia pun mengenakan bikini. Bikini berwarna kuning yang membuat Javas sempat hampir tersandung kaki sendiri saat pertama kali melihatnya. Hanya saja, ada kain yang menyampir di bagian pinggangnya."Nggak sih. Sejauh in
Baca selengkapnya

48. Los Roques

Ujung mata Kavia cuma melirik kedatangan Javas. Tanpa berniat menyapa apalagi mengajak ngobrol wanita itu beringsut mengubah posisi tidur menjadi miring ke samping. Dia masih kesal dengan kejadian sore kemarin. Si brengsek itu membuatnya terpaksa menyenangkan diri sendiri. Berjuta permohonan maaf yang Javas udarakan semalaman, dia abaikan begitu saja. Bahkan Kavia beranjak lebih dulu tidur. Kavia merasakan sisi tempat tidurnya yang kosong melesak. Wanita itu tidak peduli dengan pergerakan Javas yang menganggu itu."Nggak baik loh marah sama suami lama-lama." Bodo amat! Kavia memejamkan mata. Pura-pura tidak dengar. Lalu ketika lengan Javas menyusup untuk memeluk pinggangnya, wanita itu menyentaknya. "Aku janji hari ini bakal ngasih kamu performa yang terbaik." Kembali Javas mengulurkan tangan, memeluk. Namun lagi-lagi Kavia menyentaknya. Javas menghela napas panjang, lalu mengembuskannya dengan kasar. Semalam pun, dia tidak diizinkan menyentuh wanita itu. Ketika masih tidak ada re
Baca selengkapnya

49. Foto

"Masih tetep lebih cantik yang asli." Javas masih sibuk melihat hasil bidikan kameranya. Entah sudah berapa foto Kavia yang diambil hari ini. Hobi baru yang menyenangkan. Kadang dia pun mengambil foto istrinya secara diam-diam agar tampak natural. Namun sialnya Kavia selalu saja terlihat cantik meskipun sedang tidur dengan mulut terbuka. "Coba aku lihat. Dari kemarin kamu foto-foto apaan sih." Kavia mendekati Javas yang duduk di bawah payung lebar. "Ya foto kamulah, foto apa lagi?" Kavia duduk berdekatan dengan Javas. Ikut melihat yang sejak tadi suaminya tekuri. Saking dekatnya lengan mereka saling bergesekan. "Buat apa sih ngambil foto aku sebanyak itu?" "Suka aja. Kamu cantik jadi wajib diabadikan," sahut Javas sambil terus scrolling gambar."Lugas banget ngatain aku cantik." Javas orang yang terlalu terus terang kalau memuji. Tidak segan sama sekali. Namun Kavia cukup kebal soal pujian mengenai fisiknya. "Asal nggak jadi bahan fantasi aja." "Mungkin iya kalau kita lagi jauh
Baca selengkapnya

50. La Habana Vieja

Meskipun pernah tinggal di Benua Amerika, Kavia belum pernah menginjakkan kakinya ke negara ini. Negara nyentrik yang di dalamnya terdapat banyak mobil klasik. Termasuk mobil yang sekarang sedang dia naiki bersama Javas. Sejauh mata memandang bangunan khas kolonial Spanyol mendominasi kota yang sedang dia singgahi ini. Sebenarnya Havana tidak ada dalam itinerary liburan mereka, tapi beberapa hari setelah sampai, Javas tiba-tiba mengajak mampir ke sana. Ada seseorang yang ingin dia kenalkan kepada Kavia katanya. Namun begitu, alih-alih langsung bertemu orangnya Javas membawa Kavia ke hotel tua di kota La Habana. Hotel dengan bangunan klasik yang dia bilang sudah berumur 150 tahun, tapi fasadnya masih terlihat begitu indah. Bangunan di dalamnya sangat terawat. Dan begitu masuk, Kavia merasa tengah berada di jaman abad ke-18. "Aku kira kita bakal langsung ketemu teman kamu itu," ujar Kavia sambil meletakkan tasnya di atas ranjang tidur. Warna kuning gading mendominasi kamar yang dia t
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
12
DMCA.com Protection Status