All Chapters of Pesona Istri Dadakan Sang Pewaris : Chapter 31 - Chapter 40

114 Chapters

31. Keranjang Sarapan

Tangan Kavia melambai saat meninggalkan Erland dan restorannya. Sementara Javas di sisinya merangkul pinggang perempuan itu dan menggiringnya memasuki mobil. Pria itu kembali lebih cepat untuk menjemput Kavia lantaran urusannya berjalan cukup lancar. Dan itu membuat Kavia bisa mengembuskan napas lega. Godaan wanita itu pada Erland seperti kena batunya sendiri. Kavia bergidik sendiri mengingat tatapan Erland. Meski berlangsung sebentar, tatapan itu cukup mengintimidasi. Persis ketika dulu dirinya di bawah kekuasaan pria itu. Tanpa sadar Kavia mengusap lengan. Hanya mengingat saja bulu kuduknya langsung merinding. "Kamu dingin?" tanya Javas tiba-tiba. Agak terkesiap, Kavia menggeleng cepat. "Enggak.""Oh ya?" Kembali Javas merangkul lengan istrinya itu. Dia bisa merasakan pori-pori kulit Kavia menegang. "Sampe merinding gini, kamu bilang nggak dingin." Pria itu lantas meminta supir untuk mengecilkan AC mobil. Kavia merinding bukan karena AC. Seandainya isi kepalanya bisa Javas baca,
Read more

32. Lingerie

"Kalian benar-benar tidak pulang ke rumahku?" Pertanyaan kakek membuat Javas melirik Kavia yang duduk di sebelahnya. Wanita itu tampak cuek, terlihat fokus mengutak-atik ponsel. "Nggak, Kek. Kavia minta pulang ke rumahku." "Kapan kalian datang ke rumah lagi?" Javas menaikkan alisnya yang tebal. Tumben sekali pria tua itu menginginkan dirinya datang? Biasanya juga tidak peduli meskipun Javas datang hanya sebulan sekali. "Jangan GR, Kakek suka istrimu ada di sini, bukan kamunya." Hah! Sekali menyebalkan tetap menyebalkan. Javas memutar bola mata malas. "Istriku sepaket denganku. Mana mau dia tinggal di rumah kakek tanpa aku?" Di seberang sana kakek menggeram. "Ya sudah, salam buat istri kamu. Suruh sering-sering menjenguk kakek," pungkas Javendra di ujung sana sebelum mematikan ponsel sepihak. Javas menatap ponsel yang tiba-tiba mati seraya terkekeh. Kakeknya benar-benar sudah tertaut dengan menantunya. "Kenapa tertawa?" tanya Kavia melihat ke arah pria itu sekilas. Lalu balik
Read more

33. Rumor

"Aku dengar rumor. Tapi aku nggak yakin kebenarannya. Entah kamu juga dengar atau nggak."Bola mata Kavia bergulir, menatap Fabby yang tampak serius bicara. Dia sampai menghentikan kegiatannya menggulung spaghetti bolognese kesukaannya demi memperhatikan apa yang akan pria itu sampaikan. "Soal apa?" tanya wanita itu. "Suami kamu.""Javas?"Fabby mengangguk. Dia tampak menelan ludah sebelum melontarkan hal yang cukup mengganggu itu. "Aku mendengar rumor kalau pernikahan kalian cuma pura-pura demi menutupi kelainan seksual suami kamu."Dahi Kavia mengernyit dalam. Dia sampai harus meletakkan garpu. "Maksudnya?""Gosip yang kudengar suami kamu itu gay." Hampir saja rahang Kavia jatuh. Astaga, gosip dari mana itu? Fine, dulu dia dan Dian juga sempat berpikir ke arah sana. Cuma tidak menyangka saja kalau itu beneran menjadi gosip yang menyebar. Ya Tuhan, gimana kalau Javas tahu? Mendadak kepala Kavia berdenyut kencang. "Rumor itu sebenarnya udah lama. Javas Wirahardja udah lama nggak t
Read more

34. Seksi dan Menantang

Lagi-lagi rumor itu. Bahkan sekarang sudah sampai ke telinga Kavia. Javas membuang napas, mengusap wajahnya, dan menatap Kavia. "Terus kamu percaya berita itu?" tanya pria itu dengan suaranya yang berat. "Nggaklah. Mana mungkin cowok kayak kamu gay," sahut Kavia, pandangannya refleks jatuh ke pangkal paha pria itu. Sialan. Mereka tidak tahu saja jika naga Javas sudah bangun seperti apa. "Baguslah. Itu aja cukup kok. Aku nggak perlu membuktikan apa pun ke mereka." "Memangnya kamu nggak tersinggung? Nggak mau laporin orang yang nyebar fitnah itu?" "Itu cuma buang-buang waktu." Javas mengendurkan dasi, dan melepas benda itu dari kerah lehernya. "Daripada mengurusi mereka yang bahkan orangnya nggak kita kenal, lebih baik melakukan hal yang lebih penting." Pria itu berdiri, sambil membuka kancing lengan kemejanya. "Selain itu, apa lagi yang mantan kamu katakan?" Kavia menggeleng. "Nggak ada yang penting kok." Javas mengernyit lalu melepas kemejanya. "Lain kali kalau mau jatuhin aku
Read more

35. Masih Cinta

Kavia mendorong dada Javas hingga ciuman pria itu terlepas. Wajahnya merah dan napasnya naik turun. Pria itu membuatnya kesulitan menghirup udara bebas."Kamu mau bikin aku mati?!" seru Kavia sebal lantas segera bergerak menjauh."Aku mau bikin kamu enak," sahut Javas sembari terkekeh. Langkahnya menyusul Kavia. Tangan panjangnya menjangkau tubuh sang istri dan mendorongnya hingga wanita itu jatuh di atas ranjang. "Kamu lucu pake baju itu." Javas menarik kausnya ke atas melewati kepala dan melemparnya begitu saja sebelum merangkak mendekati Kavia. Tangannya dengan cepat menarik selimut dan membuangnya ketika Kavia akan menggapai benda itu. "Javas!" Kavia melotot."Percuma kamu pake baju itu kalau masih pake selimut." Ditariknya kembali tangan Kavia. Lalu diseretnya wanita itu ke walk in closet. "Kamu mau ngapain?!" "Bikin kamu enak."Lagi-lagi pria itu bicara menyebalkan. Kavia mengerjap saat Javas membawanya ke depan cermin besar yang terpasang di sisi dinding walk in closet. Pria
Read more

36. Penerus

Mungkin Kavia pikir perbuatannya akan berjalan lancar. Beberapa kali dia menjadwal pertemuan dengan Fabby. Setidaknya untuk makan siang bersama. Dan itu dilakukan tanpa sepengetahuan Javas. Hatinya bersikeras mengatakan kalau ini bukan penghianatan. Pernikahannya tidak sungguhan dan hanya perlu beberapa waktu sebelum semua berakhir. Lalu segalanya akan berjalan normal. Dan kemungkinan dia bisa kembali pada Fabby.Kavia berjalan riang begitu sampai rumah. Senyum tak lekang dari wajahnya sejak berpisah beberapa puluh menit lalu dari Fabby. Siang ini dia menemani pria itu survei sebuah pusat perbelanjaan. Kavia tidak menyangka kalau itu akan menjadi kegiatan paling menyenangkan. Pukul tiga sore dia baru kembali ke rumah. Masih sangat aman karena di jam segitu Javas belum pulang. Lagi pula pria itu tidak pernah pulang lebih cepat dari pukul tujuh petang. "Dari mana saja kamu?"Langkah kaki Kavia tiba-tiba tersendat. Dia agak kaget mendapati suara Javas. Wanita itu tidak langsung berbali
Read more

37. Ancaman

Isi kantor salah satu perusahaan jasa riset ternama mendadak tegang ketika kedatangan beberapa orang dari induk perusahaan. Nama Javas mulai dikenal di beberapa anak cabang saat dia menjabat sebagai CFO HYOT. Dan namanya makin diperbincangkan setelah acara pernikahannya digelar begitu mewah. Bahkan para karyawan yang tidak diundang ikut kecipratan souvenir menarik dari hajat besar itu. Salah satunya para karyawan di anak perusahaan HYOT ini di mana Fabby bekerja di sana. Sebelumnya Phil sudah mencari tahu semua hal tentang mantan pacar istri sang bos, sebelum dia mengantar Javas ke perusahaan riset terbesar ini. Phil dengan dua orang lainnya bergerak dengan langkah cepat ke ruang direktur membuntuti Javas yang sepanjang perjalanan memasang wajah dingin dan menyeramkan. Sekretaris direktur sampai harus berdiri dengan wajah tegang begitu melihat kedatangan mereka. "Tolong panggilkan manajer marketing research kalian ya," ucap Phil pada sekretaris itu dengan bibir melengkung. Dia melemp
Read more

38. Luka yang Kedua Kali

"Nyonya besar mulai inget gue lagi?" Sindirian keras itu dilayangkan oleh manusia cantik berbadan subur yang baru saja datang. Dengan wajah cemberut plus bibir manyun serta pipinya yang chubby, Dian meletakkan tas di meja bar tepat di sebelah Kavia. "Lagi stres aja lo cariin gue," gerutunya sambil duduk di sisi istri Javas itu. "Biasanya juga lo slonang slonong ke tempat gue. Emang gue pernah larang?" balas Kavia malas. "Ya lo kan sekarang udah jadi Nyonya Wirahardja. Ya kali gue masih slonang slonong. Bisa-bisa gue kena sambit Kaisar." Kavia memutar bola mata, mengabaikan ocehan unfaedah Dian. "Lo mau pesan apa? Gue traktir." "Ya iyalah. Lo kan udah satu abad cuekin gue." Bibir Kavia melengkung lebar. Dia akui sejak menikah jarang sekali bertemu Dian. Waktu luangnya banyak, cuma jam terbang Dian yang bentrok sama waktu luang dia. Weekend juga Dian lebih banyak dihabiskan untuk menjaga ibunya yang sakit-sakitan. Sementara Kavia, harinya full bersama suaminya kecuali ketika jam
Read more

39. Menghibur

Beberapa kali Javas menengok pergelangan tangan. Sudah pukul sembilan malam, tapi Kavia belum pulang. Biasanya wanita itu selalu stand by di rumah ketika dirinya pulang. Namun, petang tadi wanita itu tidak kelihatan batang hidungnya di mana pun. Yang menyebalkan, pesan Javas belum terkirim, dan ketika menelepon Kavia di sana tidak mengangkatnya. Pikiran buruknya sudah berkeliaran sejak tadi. "Apa dia bersama lelaki brengsek itu?" gumamnya kesal. Bolak-balik dia menghubungi Kavia, tapi belum berhasil juga. "Awas aja kalau beneran lagi sama lelaki itu." Javas masih sibuk mengutak-atik ponsel ketika terdengar suara pintu dibuka. Dari ketukan kaki, dia bisa tahu kalau yang datang Kavia. Sengaja dirinya berdiam diri di sofa ruang tengah. Menunggu perempuan itu muncul. Tepat dugaannya. Kavia muncul tak lama kemudian. Namun wanita itu hanya melewatinya saja seolah dirinya yang segede gaban itu tak nampak. Kontan saja Javas berdiri dengan raut luar biasa kesal. "Dari mana aja kamu?!" tany
Read more

40. Antrian

Javas menatap horor antrian sebuah restoran mie yang mengular hingga keluar. Dia baru saja sampai di pintu masuk parkir bersama Kavia, tapi melihat keadaan tempat yang ingin istrinya datangi membuat selera makannya lenyap. "Kavia, kamu yakin kita akan makan di sini?" tanya Javas tampak ragu. Dia tidak pernah melihat restoran yang antrinya persis seperti pembagian sembako gratis di kelurahan. "Yakin dong. Mie di sini enak. Levelnya banyak. Dan yang penting harganya sangat terjangkau." Kavia mengulum senyum dengan mata mengerling jahil. Untuk orang yang serba diberi kemudahan macam Javas, mengantri seperti ini pasti menjadi hal yang sangat menyebalkan. Dalam hati dia terkikik geli melihat tampang suaminya.Javas tidak ada pilihan lain selain mengikuti wanita itu. Dia sudah terlanjur berjanji akan menghabiskan waktu seharian untuk menemani Kavia. "Sayang, aku punya rekomendasi restoran mie terhebat yang nggak perlu antri kayak gini. Kamu pasti suka."Sembari tersenyum lebar Kavia mengg
Read more
PREV
123456
...
12
DMCA.com Protection Status