Share

33. Rumor

Author: Yuli F. Riyadi
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56
"Aku dengar rumor. Tapi aku nggak yakin kebenarannya. Entah kamu juga dengar atau nggak."

Bola mata Kavia bergulir, menatap Fabby yang tampak serius bicara. Dia sampai menghentikan kegiatannya menggulung spaghetti bolognese kesukaannya demi memperhatikan apa yang akan pria itu sampaikan.

"Soal apa?" tanya wanita itu.

"Suami kamu."

"Javas?"

Fabby mengangguk. Dia tampak menelan ludah sebelum melontarkan hal yang cukup mengganggu itu. "Aku mendengar rumor kalau pernikahan kalian cuma pura-pura demi menutupi kelainan seksual suami kamu."

Dahi Kavia mengernyit dalam. Dia sampai harus meletakkan garpu. "Maksudnya?"

"Gosip yang kudengar suami kamu itu gay."

Hampir saja rahang Kavia jatuh. Astaga, gosip dari mana itu? Fine, dulu dia dan Dian juga sempat berpikir ke arah sana. Cuma tidak menyangka saja kalau itu beneran menjadi gosip yang menyebar. Ya Tuhan, gimana kalau Javas tahu?

Mendadak kepala Kavia berdenyut kencang.

"Rumor itu sebenarnya udah lama. Javas Wirahardja udah lama nggak t
Yuli F. Riyadi

Cerita ini keknya mulai sepi yak (´;︵;`) Masih ada yang baca nggak ya?

| 17
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (9)
goodnovel comment avatar
Bundanya Ichaekaaksay
kapan ya kavia bisa move on,,gak pernh ingat mantan lgi,,sama kayak javas
goodnovel comment avatar
arwa
ada kaka,cuma jarang komen,maaf kaka
goodnovel comment avatar
Indah Suwarni
baca masih baca kok
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Pesona Istri Dadakan Sang Pewaris    34. Seksi dan Menantang

    Lagi-lagi rumor itu. Bahkan sekarang sudah sampai ke telinga Kavia. Javas membuang napas, mengusap wajahnya, dan menatap Kavia. "Terus kamu percaya berita itu?" tanya pria itu dengan suaranya yang berat. "Nggaklah. Mana mungkin cowok kayak kamu gay," sahut Kavia, pandangannya refleks jatuh ke pangkal paha pria itu. Sialan. Mereka tidak tahu saja jika naga Javas sudah bangun seperti apa. "Baguslah. Itu aja cukup kok. Aku nggak perlu membuktikan apa pun ke mereka." "Memangnya kamu nggak tersinggung? Nggak mau laporin orang yang nyebar fitnah itu?" "Itu cuma buang-buang waktu." Javas mengendurkan dasi, dan melepas benda itu dari kerah lehernya. "Daripada mengurusi mereka yang bahkan orangnya nggak kita kenal, lebih baik melakukan hal yang lebih penting." Pria itu berdiri, sambil membuka kancing lengan kemejanya. "Selain itu, apa lagi yang mantan kamu katakan?" Kavia menggeleng. "Nggak ada yang penting kok." Javas mengernyit lalu melepas kemejanya. "Lain kali kalau mau jatuhin aku

  • Pesona Istri Dadakan Sang Pewaris    35. Masih Cinta

    Kavia mendorong dada Javas hingga ciuman pria itu terlepas. Wajahnya merah dan napasnya naik turun. Pria itu membuatnya kesulitan menghirup udara bebas."Kamu mau bikin aku mati?!" seru Kavia sebal lantas segera bergerak menjauh."Aku mau bikin kamu enak," sahut Javas sembari terkekeh. Langkahnya menyusul Kavia. Tangan panjangnya menjangkau tubuh sang istri dan mendorongnya hingga wanita itu jatuh di atas ranjang. "Kamu lucu pake baju itu." Javas menarik kausnya ke atas melewati kepala dan melemparnya begitu saja sebelum merangkak mendekati Kavia. Tangannya dengan cepat menarik selimut dan membuangnya ketika Kavia akan menggapai benda itu. "Javas!" Kavia melotot."Percuma kamu pake baju itu kalau masih pake selimut." Ditariknya kembali tangan Kavia. Lalu diseretnya wanita itu ke walk in closet. "Kamu mau ngapain?!" "Bikin kamu enak."Lagi-lagi pria itu bicara menyebalkan. Kavia mengerjap saat Javas membawanya ke depan cermin besar yang terpasang di sisi dinding walk in closet. Pria

  • Pesona Istri Dadakan Sang Pewaris    36. Penerus

    Mungkin Kavia pikir perbuatannya akan berjalan lancar. Beberapa kali dia menjadwal pertemuan dengan Fabby. Setidaknya untuk makan siang bersama. Dan itu dilakukan tanpa sepengetahuan Javas. Hatinya bersikeras mengatakan kalau ini bukan penghianatan. Pernikahannya tidak sungguhan dan hanya perlu beberapa waktu sebelum semua berakhir. Lalu segalanya akan berjalan normal. Dan kemungkinan dia bisa kembali pada Fabby.Kavia berjalan riang begitu sampai rumah. Senyum tak lekang dari wajahnya sejak berpisah beberapa puluh menit lalu dari Fabby. Siang ini dia menemani pria itu survei sebuah pusat perbelanjaan. Kavia tidak menyangka kalau itu akan menjadi kegiatan paling menyenangkan. Pukul tiga sore dia baru kembali ke rumah. Masih sangat aman karena di jam segitu Javas belum pulang. Lagi pula pria itu tidak pernah pulang lebih cepat dari pukul tujuh petang. "Dari mana saja kamu?"Langkah kaki Kavia tiba-tiba tersendat. Dia agak kaget mendapati suara Javas. Wanita itu tidak langsung berbali

  • Pesona Istri Dadakan Sang Pewaris    37. Ancaman

    Isi kantor salah satu perusahaan jasa riset ternama mendadak tegang ketika kedatangan beberapa orang dari induk perusahaan. Nama Javas mulai dikenal di beberapa anak cabang saat dia menjabat sebagai CFO HYOT. Dan namanya makin diperbincangkan setelah acara pernikahannya digelar begitu mewah. Bahkan para karyawan yang tidak diundang ikut kecipratan souvenir menarik dari hajat besar itu. Salah satunya para karyawan di anak perusahaan HYOT ini di mana Fabby bekerja di sana. Sebelumnya Phil sudah mencari tahu semua hal tentang mantan pacar istri sang bos, sebelum dia mengantar Javas ke perusahaan riset terbesar ini. Phil dengan dua orang lainnya bergerak dengan langkah cepat ke ruang direktur membuntuti Javas yang sepanjang perjalanan memasang wajah dingin dan menyeramkan. Sekretaris direktur sampai harus berdiri dengan wajah tegang begitu melihat kedatangan mereka. "Tolong panggilkan manajer marketing research kalian ya," ucap Phil pada sekretaris itu dengan bibir melengkung. Dia melemp

  • Pesona Istri Dadakan Sang Pewaris    38. Luka yang Kedua Kali

    "Nyonya besar mulai inget gue lagi?" Sindirian keras itu dilayangkan oleh manusia cantik berbadan subur yang baru saja datang. Dengan wajah cemberut plus bibir manyun serta pipinya yang chubby, Dian meletakkan tas di meja bar tepat di sebelah Kavia. "Lagi stres aja lo cariin gue," gerutunya sambil duduk di sisi istri Javas itu. "Biasanya juga lo slonang slonong ke tempat gue. Emang gue pernah larang?" balas Kavia malas. "Ya lo kan sekarang udah jadi Nyonya Wirahardja. Ya kali gue masih slonang slonong. Bisa-bisa gue kena sambit Kaisar." Kavia memutar bola mata, mengabaikan ocehan unfaedah Dian. "Lo mau pesan apa? Gue traktir." "Ya iyalah. Lo kan udah satu abad cuekin gue." Bibir Kavia melengkung lebar. Dia akui sejak menikah jarang sekali bertemu Dian. Waktu luangnya banyak, cuma jam terbang Dian yang bentrok sama waktu luang dia. Weekend juga Dian lebih banyak dihabiskan untuk menjaga ibunya yang sakit-sakitan. Sementara Kavia, harinya full bersama suaminya kecuali ketika jam

  • Pesona Istri Dadakan Sang Pewaris    39. Menghibur

    Beberapa kali Javas menengok pergelangan tangan. Sudah pukul sembilan malam, tapi Kavia belum pulang. Biasanya wanita itu selalu stand by di rumah ketika dirinya pulang. Namun, petang tadi wanita itu tidak kelihatan batang hidungnya di mana pun. Yang menyebalkan, pesan Javas belum terkirim, dan ketika menelepon Kavia di sana tidak mengangkatnya. Pikiran buruknya sudah berkeliaran sejak tadi. "Apa dia bersama lelaki brengsek itu?" gumamnya kesal. Bolak-balik dia menghubungi Kavia, tapi belum berhasil juga. "Awas aja kalau beneran lagi sama lelaki itu." Javas masih sibuk mengutak-atik ponsel ketika terdengar suara pintu dibuka. Dari ketukan kaki, dia bisa tahu kalau yang datang Kavia. Sengaja dirinya berdiam diri di sofa ruang tengah. Menunggu perempuan itu muncul. Tepat dugaannya. Kavia muncul tak lama kemudian. Namun wanita itu hanya melewatinya saja seolah dirinya yang segede gaban itu tak nampak. Kontan saja Javas berdiri dengan raut luar biasa kesal. "Dari mana aja kamu?!" tany

  • Pesona Istri Dadakan Sang Pewaris    40. Antrian

    Javas menatap horor antrian sebuah restoran mie yang mengular hingga keluar. Dia baru saja sampai di pintu masuk parkir bersama Kavia, tapi melihat keadaan tempat yang ingin istrinya datangi membuat selera makannya lenyap. "Kavia, kamu yakin kita akan makan di sini?" tanya Javas tampak ragu. Dia tidak pernah melihat restoran yang antrinya persis seperti pembagian sembako gratis di kelurahan. "Yakin dong. Mie di sini enak. Levelnya banyak. Dan yang penting harganya sangat terjangkau." Kavia mengulum senyum dengan mata mengerling jahil. Untuk orang yang serba diberi kemudahan macam Javas, mengantri seperti ini pasti menjadi hal yang sangat menyebalkan. Dalam hati dia terkikik geli melihat tampang suaminya.Javas tidak ada pilihan lain selain mengikuti wanita itu. Dia sudah terlanjur berjanji akan menghabiskan waktu seharian untuk menemani Kavia. "Sayang, aku punya rekomendasi restoran mie terhebat yang nggak perlu antri kayak gini. Kamu pasti suka."Sembari tersenyum lebar Kavia mengg

  • Pesona Istri Dadakan Sang Pewaris    41. Deal

    "Kamu nggak mau bilang aku bego?" tanya Kavia ketika selesai menceritakan yang menjadi sebab kesedihannya. Dia masih merebahkan kepala di dada bidang Javas setelah percintaan hebatnya usai satu jam lalu. Ya, akhirnya keduanya mencari hotel terdekat setelah senja bergulung.Javas tidak memberi reaksi apa pun selama Kavia bercerita. Dia setia mendengar segala keluh kesah sang istri. Tidak ada tangisan seperti kemarin. Itu sudah membuktikan bahwa Kavia bisa cepat melalui ini. "Kenapa aku harus bilang kamu gitu?" tanya Javas balik. Hal yang baru dia suarakan setelahnya. "Soalnya Dian bilang begitu. Goblok, bego, bodoh." Kavia bisa merasakan usapan lembut tangan Javas pada punggungnya. "Hm. Dian hanya belum pernah merasakan apa yang kamu rasa.""Aku pikir juga gitu. Tapi... Aku emang bodoh sih. Bisa-bisanya tertipu begini." Javas bergerak mengecup puncak kepala Kavia. "Pria, sekalinya brengsek akan tetap brengsek. Setelah ini apa kamu mau percaya dia lagi seandainya kembali menghiba da

Latest chapter

  • Pesona Istri Dadakan Sang Pewaris    Extra Part - Berkuda

    Selagi Karel tenang bermain bersama Kakek Javendra dan para asisten, Kavia dan Javas melipir ke arena berkuda. Kavia kangen menunggangi Evelyn. Kuda betina putih itu terawat dengan sangat baik saat Kavia melihatnya. Hewan tangguh berkaki empat itu ternyata masih mengenali wanita itu dengan baik. "Sayang! Ayo cepat!" teriak Javas di atas kudanya. Kavia melambaikan tinggi tangannya ke arah Javas, lalu bergerak menaiki pelana kuda. "Evelyn, kita susul suamimu sekarang," ujar Kavia sambil mengusap pelan leher betina tangguh yang dia tunggangi. Dengan cepat dia pun memacu kudanya menyusul Javas. Keduanya mengendarai kuda-kuda itu mengelilingi tanah lapang. Melewati penangkaran rusa milik Kakek, dan sebuah danau buatan yang dipenuhi angsa putih. Pohon-pohon rindang masih tumbuh dengan subur di beberapa area. Setelah beberapa lama saling berkejaran dengan Javas, Kavia menghentikan kudanya di dekat pepohonan yang tumbuh di tepi danau. "Kayak udah lama banget nggak ke sini. Aku kangen men

  • Pesona Istri Dadakan Sang Pewaris    Extra Part - Drama Kakek

    "Semua yang ada di sini kelak akan menjadi milikmu, Nak." Mata tua Javendra mengedar. Melihat betapa luasnya tanah yang dia miliki. Belum lagi rumah yang dia huni. Rumah kebanggaannya yang sampai saat ini masih eksis di pinggiran kota. Rumah masa depan yang sebenarnya dulu dia siapkan untuk putranya, Ravendra. "Mau bagaimana lagi? Papamu nggak mau menempati rumah ini dan memiliki rumah sendiri. Jadi rumah ini akan kakek wariskan padamu." Javendra terus mengajak Karel ngobrol. Seolah bayi sembilan bulan itu paham apa yang dia bicarakan. "Malah sekarang papamu beli rumah baru. Padahal apa salahnya tinggal di sini sama kakek. Iya kan? Toh rumah ini nanti bakal jadi milik kamu." Tidak jauh dari tempat pria tua itu, Kavia menggeser duduk memepet suaminya dan berbisik. "Kakek kenapa?" "Dia lagi jadi pemeran utama drama keluarga," sahut Javas asal, yang langsung mendapat pukulan ringan di lengan kanannya. Dia mengaduh sambil mengusap lengannya. "Apa sih, Yang? Aku ngomong bener kok."

  • Pesona Istri Dadakan Sang Pewaris    Extra Part - Mata Genit

    "Dia sudah nggak bekerja di anak cabang HYOT lagi." Kabar itu membuat Kavia yang sudah merebah segera mengangkat badannya lagi. "Sejak kapan?" Javas mengangkat bahu. "Kamu peduli banget?" Alis tebalnya tertaut. Agak tidak suka istrinya makin kepo. "Bukan peduli, tapi setahuku dia dulu berjuang banget buat dapat posisi bagus di perusahaan tempatnya bekerja." "Mungkin dia dapat tawaran yang lebih bagus." "Mungkin gara-gara dia dimutasi ke luar pulau." Javas menghela napas panjang lalu menarik tangan Kavia agar bergerak memeluknya. "Kenapa sih bahas mantan terus? Kamu nggak ada rencana buat ketemuan lagi kayak dulu kan?" Kavia mesem-mesem tak jelas mendengar pertanyaan Javas. Ekpresi dan cara bicara pria itu membuat Kavia makin merasa dicintai. Mungkin jika pertanyaan itu terlontar saat mereka masih belum menyadari perasaan masing-masing, Kavia bakal jawab iya-iya aja. Javas menjauhkan diri dan menatap Kavia. "Kok malah senyum-senyum?" Matanya refleks memelotot. "Jangan bilang ka

  • Pesona Istri Dadakan Sang Pewaris    Extra Part - Apa Kabar, Kavia?

    "Aku di farmer market. Kalian langsung ke sini aja ntar." "Oke. Kami masih di jalan. Tungguin kami ya, Macan.... " Kavia tersenyum mendengar suara Javas di seberang sana. Tangannya masih sibuk memilih buah pear di rak. "Oke, aku tutup dulu ya. Hati-hati, nggak usah ngebut." Tidak lama, dia mematikan panggilan dari suaminya itu dan kembali melanjutkan memilih buah segar yang tertata rapi di rak. Akhir-akhir ini Kavia senang membuat salad buah. Stok salad di kulkas cepat habis karena ternyata Javas juga menyukai salad buatannya itu. Senyumnya kembali merekah saat melihat rak bagian apel. Apel adalah buah yang wajib ada di rumah lantaran buah itu menjadi salah satu favoritnya. Mata Kavia tertarik dengan apel bulat yang terletak di tumpukan paling atas. Kulitnya mengkilat dan terlihat besar. Namun saat tangannya terjulur untuk meraih buah tersebut, tangan lain lebih dulu melakukannya. Sehingga tanpa sengaja tangannya menangkup tangan orang itu. Kavia refleks menarik tangannya. "Maaf.

  • Pesona Istri Dadakan Sang Pewaris    Extra Part - Pumping

    "Astagfirullah, suami orang ganteng banget!" Jeritan tertahan itu keluar dari bibir mungil wanita gemoy saat melihat Javas turun dari anak tangga sambil membawa Karel di gendongannya. Kavia di sebelahnya hanya menggeleng melihat muka mupeng sahabatnya itu. Sementara tangannya masih sibuk mempreteli buah anggur dari tangkainya. Javas tanpa atasan memang menggoda iman. Belum lagi tato besar di bahu hingga lengannya, menambah kesan maskulinnya yang menonjol. Memamerkan bentuk tubuhnya yang seksi itu sudah menjadi kebiasaannya jika berada dalam rumah. Kavia saja yang tiap hari melihat masih bisa terbuai, apalagi Dian? "Laki lo benar-benar hot daddy banget.""Ck!" Kavia melirik sekilas dengan tatapan sebal, namun yang ditatap malah terkikik. "Dia kelihatan sayang banget sama Karel. Gue mau dong satu yang begitu." Bibir Dian mencebik memandang Javas dengan tatapan penuh damba. "Cari coba di pasar loak," sahut Kavia asal. Sejurus kemudian dia mengaduh karena dapat cubitan manis dari Dia

  • Pesona Istri Dadakan Sang Pewaris    Extra Part - Sofa Baru

    "Sofa baru?" Kavia dan Javas saling pandang sesaat ketika melihat orang-orang suruhan Daniel mengangkut sebuah sofa yang masih terbungkus rapi dengan plastik. Orang-orang itu membawa sofa dengan kelir merah hati itu ke dalam rumah. "Pas kan diletakkan di ruang tamu kalian?" Daniel tersenyum bangga. "Ini papi impor langsung dari Italy loh. Masih satu produk sama sofa di rumah papi." "Harusnya papi nggak perlu repot-repot begini," ujar Javas meringis. Insiden sofa masih menjadi momok buat pria itu. Gara-gara itu pula, Kavia belum mau mengisi ruang tamu barunya. "Sama sekali nggak repot. Anggap aja ini hadiah buat rumah baru kalian. Iya kan, Baby?" Daniel tersenyum sambil menatap istrinya. "Iya. Toh kami nggak bisa ngasih apa-apa selain ini," timpal Delotta sambil mengusap lengan Daniel. "Memang aku nggak tau kalau papi ngasih harga diskon rumah ini sampe 50 persen?" tukas Kavia yang langsung membuat mata Javas melebar. "Harga rumah ini sebenarnya 10M kan? Aku sempat nanya kok sama

  • Pesona Istri Dadakan Sang Pewaris    Extra Part - Terlanjur Sayang

    Kecuali barang-barang yang ada di kamar Karen, tidak ada lagi barang yang Kavia bawa dari rumah Javas. Rumah dan isinya ditinggalkan begitu saja seolah sudah tidak berguna lagi. Bahkan ketika Javas meminta alat-alat gym untuk ikut dipindahkan, Kavia menolak tegas. "Nggak bisa. Siapa yang jamin alat-alat itu streril dari kalian?" Penolakan Kavia membuat Javas menganga tak percaya. "Ya ampun, Sayang. Kami nggak melakukan sampai sejauh itu. Rumah itu masih dalam keadaan kosong waktu itu. Ak—" Ucapan Javas kontan terhenti ketika dengan cepat Kavia mengangkat tangannya. "Aku nggak mau dengar dongeng jadul percintaan kamu lagi. Oh ya, soal sofa di ruang tamu itu, udah aku bakar." "Apa? Itu sofa bisa kita jual buat beli yang baru kalau kamu nggak mau pake lag—" Kembali Javas merapatkan mulut saat Kavia melotot padanya. "Oke, terserah kamu," lanjutnya pasrah. Benar-benar sudah tidak ada lagi yang bisa dia selamatkan. Dia menatap rumah besar kebanggaannya dengan pandangan merana. Ruma

  • Pesona Istri Dadakan Sang Pewaris    Extra Part - Perkara Rumah

    Mata Kavia berbinar saat melihat Javas sudah ada di kamar ketika dia datang. Seperti malam kemarin, pria itu masih membaca buku yang sama sebelum tidur. Buku tentang ilmu parenting. Alih-alih Kavia, malah Javas yang gencar belajar soal parenting, padahal siangnya pria itu masih berjibaku dengan tumpukan pekerjaan. Kavia mengambil sebuah flyer dari dalam tas. Flyer yang sengaja dia bawa dari kantor papinya. Dengan senyum yang dibuat semelengkung mungkin, wanita itu menghampiri Javas yang masih terlihat fokus. "Pa," panggilnya lirih sembari beranjak duduk di sisi Javas. "Hm." "Lihat ini deh."Pandangan Javas langsung teralihkan sesaat. Matanya melirik benda yang Kavia bawa. "Apa tuh?" tanya dia sebelum balik lagi ke bacaannya. "Ini flyer perumahan elite terbarunya Blue Jagland. Proyek milik Mas Gyan."Javas hanya mengangguk-angguk. Matanya masih lurus menatap barisan huruf di depannya. "Hunian kelas atas yang cuma ada 10 unit. Lokasinya juga nggak jauh dari kantor kamu. Strategis

  • Pesona Istri Dadakan Sang Pewaris    Extra Part - Face and body care

    Kavia membuka pintu kamar dengan pelan. Takut mengganggu dua anak dan ayah yang sedang terlelap dengan tenang. Hampir-hampir dia tertawa melihat posisi Karel yang tidur terlentang dengan tangan dan kaki yang merentang. Salah satu kakinya bahkan mengenai wajah Javas lantaran posisi tidurnya berlawanan arah dengan papanya. Javas sendiri terlihat sangat lelah. Mukanya kucel, ada beberapa stiker yang menempel di wajahnya. Rambutnya bahkan acak-acakan tak karuan. Kavia mendekati pria itu dengan hati-hati lantas berjongkok tepat di dekatnya. Tangannya terulur, mengusap wajah Javas. "Sayang, banguuun," bisiknya pelan, tepat di dekat telinga Javas. Hanya satu kali tiupan ringan, mata Javas langsung memicing. Pria itu terjaga dengan segera, dan agak terkejut menemukan kaki Karel ada di depan mulutnya. "Astaga," desahnya lirih. Membuat Kavia kontan terkikik pelan. Dengan hati-hati, Javas menyingkirkan kaki Karel sebelum beringsut. "Kamu baru pulang?" tanyanya setelah berhasil bangkit dari a

DMCA.com Protection Status