Share

37. Ancaman

Penulis: Yuli F. Riyadi
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
Isi kantor salah satu perusahaan jasa riset ternama mendadak tegang ketika kedatangan beberapa orang dari induk perusahaan. Nama Javas mulai dikenal di beberapa anak cabang saat dia menjabat sebagai CFO HYOT. Dan namanya makin diperbincangkan setelah acara pernikahannya digelar begitu mewah. Bahkan para karyawan yang tidak diundang ikut kecipratan souvenir menarik dari hajat besar itu. Salah satunya para karyawan di anak perusahaan HYOT ini di mana Fabby bekerja di sana.

Sebelumnya Phil sudah mencari tahu semua hal tentang mantan pacar istri sang bos, sebelum dia mengantar Javas ke perusahaan riset terbesar ini. Phil dengan dua orang lainnya bergerak dengan langkah cepat ke ruang direktur membuntuti Javas yang sepanjang perjalanan memasang wajah dingin dan menyeramkan. Sekretaris direktur sampai harus berdiri dengan wajah tegang begitu melihat kedatangan mereka.

"Tolong panggilkan manajer marketing research kalian ya," ucap Phil pada sekretaris itu dengan bibir melengkung. Dia melemp
Yuli F. Riyadi

Kalian sabar-sabar aja sama karakter Kavia ya, Gaes.  Kalau yang udah khatam baca PESONA TEMAN PAPA pasti tau banget gimana red flag-nya Om Daniel. Nggak Mungkin aku bikin karakter anak-anaknya semua green flag seperti Mas Gyan. Kavia ini salah satu anak red flagnya. Wah kalo kubikin semua chara kek mimi peri, nggak akan jalan ini cerita wkwk. Emosi nggak dapat dan akan terkesan flat.  Tunggu aja, semua akan meleleh pada waktunya. Hahaha. Teng kyu semua. 

| 6
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (11)
goodnovel comment avatar
arwa
setuju kakak
goodnovel comment avatar
Oppo A712018
setia menyimak aja percayain author aja he..he
goodnovel comment avatar
Anies
baik² ya KaJav di masa depan, pasangan satu ini emang dari awal udah bikin erosi jiwa sih tapi kadang juga ngegemesin emang ajaib deh KaJav ini. makasih thor up'nya Semangat selalu
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Pesona Istri Dadakan Sang Pewaris    38. Luka yang Kedua Kali

    "Nyonya besar mulai inget gue lagi?" Sindirian keras itu dilayangkan oleh manusia cantik berbadan subur yang baru saja datang. Dengan wajah cemberut plus bibir manyun serta pipinya yang chubby, Dian meletakkan tas di meja bar tepat di sebelah Kavia. "Lagi stres aja lo cariin gue," gerutunya sambil duduk di sisi istri Javas itu. "Biasanya juga lo slonang slonong ke tempat gue. Emang gue pernah larang?" balas Kavia malas. "Ya lo kan sekarang udah jadi Nyonya Wirahardja. Ya kali gue masih slonang slonong. Bisa-bisa gue kena sambit Kaisar." Kavia memutar bola mata, mengabaikan ocehan unfaedah Dian. "Lo mau pesan apa? Gue traktir." "Ya iyalah. Lo kan udah satu abad cuekin gue." Bibir Kavia melengkung lebar. Dia akui sejak menikah jarang sekali bertemu Dian. Waktu luangnya banyak, cuma jam terbang Dian yang bentrok sama waktu luang dia. Weekend juga Dian lebih banyak dihabiskan untuk menjaga ibunya yang sakit-sakitan. Sementara Kavia, harinya full bersama suaminya kecuali ketika jam

  • Pesona Istri Dadakan Sang Pewaris    39. Menghibur

    Beberapa kali Javas menengok pergelangan tangan. Sudah pukul sembilan malam, tapi Kavia belum pulang. Biasanya wanita itu selalu stand by di rumah ketika dirinya pulang. Namun, petang tadi wanita itu tidak kelihatan batang hidungnya di mana pun. Yang menyebalkan, pesan Javas belum terkirim, dan ketika menelepon Kavia di sana tidak mengangkatnya. Pikiran buruknya sudah berkeliaran sejak tadi. "Apa dia bersama lelaki brengsek itu?" gumamnya kesal. Bolak-balik dia menghubungi Kavia, tapi belum berhasil juga. "Awas aja kalau beneran lagi sama lelaki itu." Javas masih sibuk mengutak-atik ponsel ketika terdengar suara pintu dibuka. Dari ketukan kaki, dia bisa tahu kalau yang datang Kavia. Sengaja dirinya berdiam diri di sofa ruang tengah. Menunggu perempuan itu muncul. Tepat dugaannya. Kavia muncul tak lama kemudian. Namun wanita itu hanya melewatinya saja seolah dirinya yang segede gaban itu tak nampak. Kontan saja Javas berdiri dengan raut luar biasa kesal. "Dari mana aja kamu?!" tany

  • Pesona Istri Dadakan Sang Pewaris    40. Antrian

    Javas menatap horor antrian sebuah restoran mie yang mengular hingga keluar. Dia baru saja sampai di pintu masuk parkir bersama Kavia, tapi melihat keadaan tempat yang ingin istrinya datangi membuat selera makannya lenyap. "Kavia, kamu yakin kita akan makan di sini?" tanya Javas tampak ragu. Dia tidak pernah melihat restoran yang antrinya persis seperti pembagian sembako gratis di kelurahan. "Yakin dong. Mie di sini enak. Levelnya banyak. Dan yang penting harganya sangat terjangkau." Kavia mengulum senyum dengan mata mengerling jahil. Untuk orang yang serba diberi kemudahan macam Javas, mengantri seperti ini pasti menjadi hal yang sangat menyebalkan. Dalam hati dia terkikik geli melihat tampang suaminya.Javas tidak ada pilihan lain selain mengikuti wanita itu. Dia sudah terlanjur berjanji akan menghabiskan waktu seharian untuk menemani Kavia. "Sayang, aku punya rekomendasi restoran mie terhebat yang nggak perlu antri kayak gini. Kamu pasti suka."Sembari tersenyum lebar Kavia mengg

  • Pesona Istri Dadakan Sang Pewaris    41. Deal

    "Kamu nggak mau bilang aku bego?" tanya Kavia ketika selesai menceritakan yang menjadi sebab kesedihannya. Dia masih merebahkan kepala di dada bidang Javas setelah percintaan hebatnya usai satu jam lalu. Ya, akhirnya keduanya mencari hotel terdekat setelah senja bergulung.Javas tidak memberi reaksi apa pun selama Kavia bercerita. Dia setia mendengar segala keluh kesah sang istri. Tidak ada tangisan seperti kemarin. Itu sudah membuktikan bahwa Kavia bisa cepat melalui ini. "Kenapa aku harus bilang kamu gitu?" tanya Javas balik. Hal yang baru dia suarakan setelahnya. "Soalnya Dian bilang begitu. Goblok, bego, bodoh." Kavia bisa merasakan usapan lembut tangan Javas pada punggungnya. "Hm. Dian hanya belum pernah merasakan apa yang kamu rasa.""Aku pikir juga gitu. Tapi... Aku emang bodoh sih. Bisa-bisanya tertipu begini." Javas bergerak mengecup puncak kepala Kavia. "Pria, sekalinya brengsek akan tetap brengsek. Setelah ini apa kamu mau percaya dia lagi seandainya kembali menghiba da

  • Pesona Istri Dadakan Sang Pewaris    42. Rawat Inap

    "Kamu mau makan sesuatu?" "Kamu butuh sesuatu?" "Kamu mau minum?" Hrrrgh~! Telinga Kavia rasanya mau pecah mendengar Athar terus menawarkan sesuatu padanya. Setelah keluar dari kamar tindakan dengan hasil CT scan yang mencengangkan, Kavia terpaksa harus menjalani operasi lantaran ada bagian tulang lengan yang mengalami keretakan. Dia baru dipindah ke ruang rawat inap ketika senja menjelang. Sialnya sampai sekarang Javas belum muncul juga. Sehingga Athar-lah yang terus menungguinya. Kavia sudah mengusir pria itu secara halus, tapi usahanya selalu gagal. "Aku cuma mau istirahat dengan tenang. Kamu bisa pergi kalau nggak mau diam." Kavia membuang napas kesal. Lalu bergerak miring ke sisi lengan yang tidak sakit. "Oke, kamu bisa istirahat. Aku duduk di sana. Kalau pengin sesuatu tinggal panggil." Kavia tidak menjawab. Dia tidak peduli. Mau seperhatian apa pun pria itu padanya, Kavia tetap menempatkan Athar ke daftar orang yang harus dihindari. Dia mencoba memejamkan mata setelah tida

  • Pesona Istri Dadakan Sang Pewaris    43. Mertua

    Kavia menelan ludah saat ujung jarinya menyentuh sebuah garis tepat di bawah pusar sang suami. Garis yang dipenuhi bulu halus memanjang lurus hingga ke area intim. Ujung jarinya berlama-lama menyentuh di sana dan sedikit menggoda. Membuat Javas mengerang menahan sensasi geli. Dia masih menunggu apa yang akan wanita itu lakukan. Namun beberapa detik lamanya Kavia tak kunjung bertindak. Wanita itu sukses membuat Javas frustrasi. "Lama-lama ngilu kalau cuma kamu pandang begitu, Kavia." Bola mata biru itu melirik ke atas. Melihat wajah Javas yang memerah Kavia terkekeh. "Aku masih trauma," ujarnya lantas berdiri. Dia meminta Javas untuk membantu memakaikan arm sling kembali. Setelah itu dia membalikkan badan, menghadap dinding. Kepalanya menoleh melewati bahu ketika Javas menarik pinggulnya dan mendekat. "Sial, kamu benar-benar menggodaku, Kavia," umpat Javas menepuk kencang bokong Kavia, sebelum menggesek-gesekkan kejantanannya yang sudah mengacung sempurna. "Sebentar lagi dokter vi

  • Pesona Istri Dadakan Sang Pewaris    44. Tamu

    Meski masih dalam kondisi sebelah tangan digips, Kavia tidak melewatkan jadwal treatment bulanannya. Saat ini saja dua orang tengah melakukan menicure dan pedicure ketika dirinya menunggu masker wajahnya kering. Daripada bergabung dengan anggota geng sosialita seperti saran Dian waktu itu, lebih baik menyenangkan diri sendiri. Seperti mengundang para terapis ke rumah misalnya. Kavia tidak perlu pengakuan dunia luar bahwa dirinya kaya. "Bu, ada tamu," beritahu suster yang merawat dirinya pasca keluar dari rumah sakit. "Siapa?" tanya Kavia seminimal mungkin menggerakkan bibir agar masker wajahnya tidak retak. "Katanya teman kuliah Ibu." Kalau tidak sedang memakai masker wajah, sudah pasti keningnya berkerut. Kecuali Dian tidak ada lagi teman kuliah yang tersisa saat ini. "Suruh masuk aja." "Baik, Bu." Kavia terpaksa meminta terapis itu membasuh mukanya. Padahal kalau itu beneran Dian, seharusnya wanita itu bisa langsung masuk saja. Terapis sedang menyeka wajahnya dengan handuk ker

  • Pesona Istri Dadakan Sang Pewaris    45. Menjenguk

    Kavia menatap nanar ambulans yang bergerak menjauhi rumah. Sebuah handuk besar menutupi tubuhnya yang basah. Sementara lengan kokoh Javas merangkul bahunya begitu erat. Ambulans baru saja membawa Jemma pergi. Wanita itu mengalami pendarahan yang lumayan hebat akibat jatuh terpeleset. Kavia sendiri hampir saja kehabisan napas jika Javas tidak segera datang di saat yang tepat. Javas baru saja menginjak lantai rumah ketika jeritan Bi Rami terdengar. Secepat kilat pria itu menerjang pintu dan langsung melesat ke taman belakang rumah. Jika tidak segera meloncat ke kolam renang entah apa yang terjadi pada istrinya. Dalam keadaan normal wanita itu bisa saja menyelamatkan diri. Kemampuan renang Kavia tidak diragukan lagi. Hanya saja syok dan ditambah kondisi lengan yang masih belum boleh banyak bergerak membuatnya tidak bisa berenang secara maksimal. Di saat dirinya kehabisan tenaga, sebuah lengan merangkulnya. Kondisi Kavia makin lemah ketika melihat Jemma terbujur tidak sadarkan diri. Rem

Bab terbaru

  • Pesona Istri Dadakan Sang Pewaris    Extra Part - Berkuda

    Selagi Karel tenang bermain bersama Kakek Javendra dan para asisten, Kavia dan Javas melipir ke arena berkuda. Kavia kangen menunggangi Evelyn. Kuda betina putih itu terawat dengan sangat baik saat Kavia melihatnya. Hewan tangguh berkaki empat itu ternyata masih mengenali wanita itu dengan baik. "Sayang! Ayo cepat!" teriak Javas di atas kudanya. Kavia melambaikan tinggi tangannya ke arah Javas, lalu bergerak menaiki pelana kuda. "Evelyn, kita susul suamimu sekarang," ujar Kavia sambil mengusap pelan leher betina tangguh yang dia tunggangi. Dengan cepat dia pun memacu kudanya menyusul Javas. Keduanya mengendarai kuda-kuda itu mengelilingi tanah lapang. Melewati penangkaran rusa milik Kakek, dan sebuah danau buatan yang dipenuhi angsa putih. Pohon-pohon rindang masih tumbuh dengan subur di beberapa area. Setelah beberapa lama saling berkejaran dengan Javas, Kavia menghentikan kudanya di dekat pepohonan yang tumbuh di tepi danau. "Kayak udah lama banget nggak ke sini. Aku kangen men

  • Pesona Istri Dadakan Sang Pewaris    Extra Part - Drama Kakek

    "Semua yang ada di sini kelak akan menjadi milikmu, Nak." Mata tua Javendra mengedar. Melihat betapa luasnya tanah yang dia miliki. Belum lagi rumah yang dia huni. Rumah kebanggaannya yang sampai saat ini masih eksis di pinggiran kota. Rumah masa depan yang sebenarnya dulu dia siapkan untuk putranya, Ravendra. "Mau bagaimana lagi? Papamu nggak mau menempati rumah ini dan memiliki rumah sendiri. Jadi rumah ini akan kakek wariskan padamu." Javendra terus mengajak Karel ngobrol. Seolah bayi sembilan bulan itu paham apa yang dia bicarakan. "Malah sekarang papamu beli rumah baru. Padahal apa salahnya tinggal di sini sama kakek. Iya kan? Toh rumah ini nanti bakal jadi milik kamu." Tidak jauh dari tempat pria tua itu, Kavia menggeser duduk memepet suaminya dan berbisik. "Kakek kenapa?" "Dia lagi jadi pemeran utama drama keluarga," sahut Javas asal, yang langsung mendapat pukulan ringan di lengan kanannya. Dia mengaduh sambil mengusap lengannya. "Apa sih, Yang? Aku ngomong bener kok."

  • Pesona Istri Dadakan Sang Pewaris    Extra Part - Mata Genit

    "Dia sudah nggak bekerja di anak cabang HYOT lagi." Kabar itu membuat Kavia yang sudah merebah segera mengangkat badannya lagi. "Sejak kapan?" Javas mengangkat bahu. "Kamu peduli banget?" Alis tebalnya tertaut. Agak tidak suka istrinya makin kepo. "Bukan peduli, tapi setahuku dia dulu berjuang banget buat dapat posisi bagus di perusahaan tempatnya bekerja." "Mungkin dia dapat tawaran yang lebih bagus." "Mungkin gara-gara dia dimutasi ke luar pulau." Javas menghela napas panjang lalu menarik tangan Kavia agar bergerak memeluknya. "Kenapa sih bahas mantan terus? Kamu nggak ada rencana buat ketemuan lagi kayak dulu kan?" Kavia mesem-mesem tak jelas mendengar pertanyaan Javas. Ekpresi dan cara bicara pria itu membuat Kavia makin merasa dicintai. Mungkin jika pertanyaan itu terlontar saat mereka masih belum menyadari perasaan masing-masing, Kavia bakal jawab iya-iya aja. Javas menjauhkan diri dan menatap Kavia. "Kok malah senyum-senyum?" Matanya refleks memelotot. "Jangan bilang ka

  • Pesona Istri Dadakan Sang Pewaris    Extra Part - Apa Kabar, Kavia?

    "Aku di farmer market. Kalian langsung ke sini aja ntar." "Oke. Kami masih di jalan. Tungguin kami ya, Macan.... " Kavia tersenyum mendengar suara Javas di seberang sana. Tangannya masih sibuk memilih buah pear di rak. "Oke, aku tutup dulu ya. Hati-hati, nggak usah ngebut." Tidak lama, dia mematikan panggilan dari suaminya itu dan kembali melanjutkan memilih buah segar yang tertata rapi di rak. Akhir-akhir ini Kavia senang membuat salad buah. Stok salad di kulkas cepat habis karena ternyata Javas juga menyukai salad buatannya itu. Senyumnya kembali merekah saat melihat rak bagian apel. Apel adalah buah yang wajib ada di rumah lantaran buah itu menjadi salah satu favoritnya. Mata Kavia tertarik dengan apel bulat yang terletak di tumpukan paling atas. Kulitnya mengkilat dan terlihat besar. Namun saat tangannya terjulur untuk meraih buah tersebut, tangan lain lebih dulu melakukannya. Sehingga tanpa sengaja tangannya menangkup tangan orang itu. Kavia refleks menarik tangannya. "Maaf.

  • Pesona Istri Dadakan Sang Pewaris    Extra Part - Pumping

    "Astagfirullah, suami orang ganteng banget!" Jeritan tertahan itu keluar dari bibir mungil wanita gemoy saat melihat Javas turun dari anak tangga sambil membawa Karel di gendongannya. Kavia di sebelahnya hanya menggeleng melihat muka mupeng sahabatnya itu. Sementara tangannya masih sibuk mempreteli buah anggur dari tangkainya. Javas tanpa atasan memang menggoda iman. Belum lagi tato besar di bahu hingga lengannya, menambah kesan maskulinnya yang menonjol. Memamerkan bentuk tubuhnya yang seksi itu sudah menjadi kebiasaannya jika berada dalam rumah. Kavia saja yang tiap hari melihat masih bisa terbuai, apalagi Dian? "Laki lo benar-benar hot daddy banget.""Ck!" Kavia melirik sekilas dengan tatapan sebal, namun yang ditatap malah terkikik. "Dia kelihatan sayang banget sama Karel. Gue mau dong satu yang begitu." Bibir Dian mencebik memandang Javas dengan tatapan penuh damba. "Cari coba di pasar loak," sahut Kavia asal. Sejurus kemudian dia mengaduh karena dapat cubitan manis dari Dia

  • Pesona Istri Dadakan Sang Pewaris    Extra Part - Sofa Baru

    "Sofa baru?" Kavia dan Javas saling pandang sesaat ketika melihat orang-orang suruhan Daniel mengangkut sebuah sofa yang masih terbungkus rapi dengan plastik. Orang-orang itu membawa sofa dengan kelir merah hati itu ke dalam rumah. "Pas kan diletakkan di ruang tamu kalian?" Daniel tersenyum bangga. "Ini papi impor langsung dari Italy loh. Masih satu produk sama sofa di rumah papi." "Harusnya papi nggak perlu repot-repot begini," ujar Javas meringis. Insiden sofa masih menjadi momok buat pria itu. Gara-gara itu pula, Kavia belum mau mengisi ruang tamu barunya. "Sama sekali nggak repot. Anggap aja ini hadiah buat rumah baru kalian. Iya kan, Baby?" Daniel tersenyum sambil menatap istrinya. "Iya. Toh kami nggak bisa ngasih apa-apa selain ini," timpal Delotta sambil mengusap lengan Daniel. "Memang aku nggak tau kalau papi ngasih harga diskon rumah ini sampe 50 persen?" tukas Kavia yang langsung membuat mata Javas melebar. "Harga rumah ini sebenarnya 10M kan? Aku sempat nanya kok sama

  • Pesona Istri Dadakan Sang Pewaris    Extra Part - Terlanjur Sayang

    Kecuali barang-barang yang ada di kamar Karen, tidak ada lagi barang yang Kavia bawa dari rumah Javas. Rumah dan isinya ditinggalkan begitu saja seolah sudah tidak berguna lagi. Bahkan ketika Javas meminta alat-alat gym untuk ikut dipindahkan, Kavia menolak tegas. "Nggak bisa. Siapa yang jamin alat-alat itu streril dari kalian?" Penolakan Kavia membuat Javas menganga tak percaya. "Ya ampun, Sayang. Kami nggak melakukan sampai sejauh itu. Rumah itu masih dalam keadaan kosong waktu itu. Ak—" Ucapan Javas kontan terhenti ketika dengan cepat Kavia mengangkat tangannya. "Aku nggak mau dengar dongeng jadul percintaan kamu lagi. Oh ya, soal sofa di ruang tamu itu, udah aku bakar." "Apa? Itu sofa bisa kita jual buat beli yang baru kalau kamu nggak mau pake lag—" Kembali Javas merapatkan mulut saat Kavia melotot padanya. "Oke, terserah kamu," lanjutnya pasrah. Benar-benar sudah tidak ada lagi yang bisa dia selamatkan. Dia menatap rumah besar kebanggaannya dengan pandangan merana. Ruma

  • Pesona Istri Dadakan Sang Pewaris    Extra Part - Perkara Rumah

    Mata Kavia berbinar saat melihat Javas sudah ada di kamar ketika dia datang. Seperti malam kemarin, pria itu masih membaca buku yang sama sebelum tidur. Buku tentang ilmu parenting. Alih-alih Kavia, malah Javas yang gencar belajar soal parenting, padahal siangnya pria itu masih berjibaku dengan tumpukan pekerjaan. Kavia mengambil sebuah flyer dari dalam tas. Flyer yang sengaja dia bawa dari kantor papinya. Dengan senyum yang dibuat semelengkung mungkin, wanita itu menghampiri Javas yang masih terlihat fokus. "Pa," panggilnya lirih sembari beranjak duduk di sisi Javas. "Hm." "Lihat ini deh."Pandangan Javas langsung teralihkan sesaat. Matanya melirik benda yang Kavia bawa. "Apa tuh?" tanya dia sebelum balik lagi ke bacaannya. "Ini flyer perumahan elite terbarunya Blue Jagland. Proyek milik Mas Gyan."Javas hanya mengangguk-angguk. Matanya masih lurus menatap barisan huruf di depannya. "Hunian kelas atas yang cuma ada 10 unit. Lokasinya juga nggak jauh dari kantor kamu. Strategis

  • Pesona Istri Dadakan Sang Pewaris    Extra Part - Face and body care

    Kavia membuka pintu kamar dengan pelan. Takut mengganggu dua anak dan ayah yang sedang terlelap dengan tenang. Hampir-hampir dia tertawa melihat posisi Karel yang tidur terlentang dengan tangan dan kaki yang merentang. Salah satu kakinya bahkan mengenai wajah Javas lantaran posisi tidurnya berlawanan arah dengan papanya. Javas sendiri terlihat sangat lelah. Mukanya kucel, ada beberapa stiker yang menempel di wajahnya. Rambutnya bahkan acak-acakan tak karuan. Kavia mendekati pria itu dengan hati-hati lantas berjongkok tepat di dekatnya. Tangannya terulur, mengusap wajah Javas. "Sayang, banguuun," bisiknya pelan, tepat di dekat telinga Javas. Hanya satu kali tiupan ringan, mata Javas langsung memicing. Pria itu terjaga dengan segera, dan agak terkejut menemukan kaki Karel ada di depan mulutnya. "Astaga," desahnya lirih. Membuat Kavia kontan terkikik pelan. Dengan hati-hati, Javas menyingkirkan kaki Karel sebelum beringsut. "Kamu baru pulang?" tanyanya setelah berhasil bangkit dari a

DMCA.com Protection Status