All Chapters of Pesona Istri Dadakan Sang Pewaris : Chapter 21 - Chapter 30

114 Chapters

21. Apa Kita Pernah Bertemu Sebelumnya?

"A-Athar?" Kavia kembali melangkah mundur ketika pria itu kian mendekat. Dia merapatkan kimono yang menutupi gaun tidurnya. Beruntung dia tidak lupa mengenakan kimono sebelum keluar kamar. "Kenapa kamu belum tidur selarut ini? Apa kamu juga kesulitan tidur sepertiku?" Kening Kavia mengerut. Dia tidak mengerti maksud ucapan pria yang baru dikenalnya beberapa jam itu. "Nggak, aku cuma mau ambil air minum." Dia menunjukkan gelasnya. Tersenyum singkat, Kavia pun memutuskan meninggalkan dapur. "Excuse me, aku mau kembali ke kamar dulu." Kavia harus cepat-cepat kabur, entahlah dia tidak nyaman berada di dekat anak angkat kakek itu. Tampan dan berkarisma, tapi tatapan mata pria itu yang seolah ingin menerkam dirinya membuat Kavia ngeri. "Tunggu." Kavia terkejut saat Athar mencekal lengannya. Dia refleks menyentaknya dan menatap pria itu horor. Langkahnya bergerak menjauh. "Sorry." Sepertinya Athar juga terkejut dengan reaksi Kavia. "Sorry, aku nggak bermaksud mengganggu. Ada yang ingi
Read more

22. Perkara Renang

Apa yang pria itu lakukan di sini? Itu pertanyaan yang langsung nyangkut di benak Kavia. Bukankah seharusnya dia di kantor bersama Kakek dan Javas? Dengan Athar berada di depan sekarang, Kavia tidak berani naik ke atas. Baju renang yang dia pakai terlampau terbuka. Dibanding bikini atau thong, ini lebih terbuka lagi. Sudah masuk ke jenis G-string, yang hanya memiliki tali yang menyelip di belahan bokong. Javas bisa ngamuk kalau tahu ada orang lain yang melihatnya dengan penampilan seperti ini. "Kamu perenang yang hebat," ujar Athar mendekat ke sisi di mana Kavia berada. "Mau aku bantu naik?" "Nggak perlu. Aku masih ingin berenang." Demi apa pun dia ingin Javas pulang. Tidak apa-apa deh, kalau dia bakal digasak habis-habisan. Yang penting lelaki itu pulang cepat. Kavia merasa aman dan bebas berkeliaran di rumah lantaran jika pagi sampai sore rumah sepi. Semua pergi ke kantor. Hanya ada beberapa pelayan perempuan yang menemani. Jadi kemunculan Athar yang tiba-tiba begini sama sekali
Read more

23. Siapa Yang Pertama

Peluh Javas mengucur saat sebuah barbel baru saja dia lepas. Alat pamungkasnya ngegym tiap pagi. Dia meraih handuk kecil dan mengusap keringat di dahi juga leher. Sambil terus menyeka, tatapnya dia larikan ke tempat Kavia berada.Melihat Kavia hanya berbalut sport bra dan legging ketat sepanjang lutut tengah berlari di atas running pad membuat pria itu terpana. Wanita terlihat begitu seksi. Rambutnya yang dikucir bergoyang. Lengan rampingnya terayun di sisi badan. Sebagai wanita Kavia benar-benar memiliki tubuh sempurna dengan lekukan yang pas.Awalnya Javas tidak menyadari itu, sampai dia bisa merasakannya sendiri. Meski begitu dia masih bisa menetapkan batasan pada diri sendiri agar tidak main hati di permainan yang sedang mereka jalani.Javas menyeret kaki panjangnya mendekati Kavia. Dan berdiri di depan wanita itu sambil memperhatikannya berlari."Ngapain di situ?" tanya Kavia dengan napas memburu. Dia menatap aneh suaminya itu."Pengin pake treadmillnya," sahut Javas lantas memin
Read more

24. Keeya

Athar yang hendak olahraga di ruang gym terpaksa menghentikan niatnya ketika mendengar sayup-sayup rintihan seseorang. Langkahnya yang tadi bergerak semangat mendadak melambat begitu sampai di lantai tempat gym berada. Jika itu suara salah satu dari pekerja Javendra yang berani berbuat mesum di tempat itu, dia bersumpah akan memecat mereka saat itu juga. Namun ketika suara erangan dan desahan itu makin jelas terdengar, Athar tahu itu bukan salah satu dari suara pekerja. Athar sangat mengenali suara itu. Dadanya berdegup kencang, dia makin merapatkan diri ke dekat pintu. Menelan ludah, tangannya sedikit menekan handle pintu yang ternyata tidak dikunci. Dia kuak sedikit pintu tersebut. Dari jarak pandangnya, dia bisa melihat apa yang terjadi di dalam sana. "Oh, Javas. Lebih keras lagi." Dadanya bergemuruh mendengar suara desahan Kavia. Erangan Javas mengiringi di belakang perempuan itu. Dia bahkan sempat melihat wajah bergairah Kavia yang memerah. Mata wanita itu terpejam sementara m
Read more

25. Salah Paham

Javas memegang mesra pinggang istrinya kala memasuki lobi sebuah hotel yang akan menjadi tempat pesta ulang tahun perusahaan. Dilaksanakan di ballroom dengan konsep standing party. Petinggi perusahaan, tamu undangan dari klien, kolega, investor, vendor, sampai steakholder akan mendatangi pesta tersebut. "Kamu akan jadi bintang malam ini," bisik Javas ketika moncong kamera menyambut lalu beberapa wartawan menyerbunya. "Kamu dong. Kan kamu yang akan pidato sambutan." Seperti halnya saat acara bakti sosial beberapa hari lalu, pesta ini pun akan diliput media. Mengingat Wirahadja juga pemilik salah satu stasiun TV nasional. Javas hanya memberi tanggapan dan menjawab beberapa pertanyaan sebelum memasuki tempat pesta. Dia sempat menjawab pertanyaan yang sifatnya pribadi terkait rumah tangganya yang terkesan tiba-tiba. "Anda hanya belum tahu saja, kalau saya sudah lama merencanakan menikahi istri saya ini," sahut Javas menanggapi salah satu pertanyaan. "Rumornya Anda menikah karena wari
Read more

26. Hukuman

Desclaimer : Bab ini agak dark ya, yang nggak kuat bisa skip aja. Khusus 21+ saja. ================== Athar melepas kasar tangan Fabby yang mencengkeram jasnya. Matanya menatap sengit ke arah pria yang berani memukulnya hingga tersungkur itu. Lalu berganti menatap Kavia yang wajahnya begitu tegang. Dan tanpa mengucapkan sapatah kata atau pun membalas apa yang Fabby lakukan, Athar meninggalkan tempat itu dengan wajah merah padam. Fabby langsung menghampiri Kavia begitu pria itu pergi. "Kamu nggak apa-apa?" tanya Fabby cemas. Melihat gaun Kavia yang kacau dia segera melepas jas dan memakaikannya ke bahu wanita itu. "Terima kasih, aku nggak apa-apa. Gimana kamu bisa ada di sini?" sahut Kavia seraya merapatkan jas milik Fabby ke tubuhnya. "Harusnya aku yang tanya. Kenapa kamu di sini bersama pria itu? Mana suami kamu?" Jika dipikir-pikir ini memang salahnya. Harusnya dia tetap berada di sisi Javas. Kavia meringis kecil. "Aku tadi bosan jadi waktu Athar menarikku keluar d
Read more

27. Wujud Maaf

Kavia terbangun lantaran aroma wangi yang memenuhi rongga hidungnya. Bukan aroma wangi parfum, melainkan aroma wangi makanan. Dan benar, ketika dia membuka mata di nakas terdapat nampan berisi tiga coffee buns dan satu gelas susu. Kavia beringsut mendekati nakas. Perutnya makin keroncongan. Semalam, di pesta bahkan dia belum menyentuh makanan, tapi si brengsek Javas sudah mencuci perutnya sampai terkuras habis. Sial! Jika mengingat itu membuatnya bergidik dan mendadak mual lagi. Kavia menggeleng, mengenyahkan perbuatan kotor Javas padanya. Perutnya lebih membutuhkan perhatian sekarang. Tanpa menunggu lagi dia meraih coffee buns yang masih hangat itu dan langsung memakannya. Rasa lapar membuat dirinya tidak bisa mengendalikan diri. Dia berhasil menghabiskan satu roti rasa kopi itu dengan cepat. Bahkan tangannya saat ini memegang satu roti lainnya. Kavia tidak sadar Javas tengah memandanginya sambil tersenyum. Pria itu bersandar pada kusen pintu dengan tangan melipat di depan dada. "
Read more

28. CCTV

Di lobi hotel Kavia dan Javas berpapasan dengan Kakek Javendra dan Athar serta rombongannya. Siang ini Athar dan Kakek akan pulang ke Jakarta. Tanpa sengaja tatapan Kavia bertemu dengan tatapan Athar. Jika mengingat kejadian semalam, ingin rasanya wanita itu merangsek maju dan menjotos pria itu sampai wajah tampannya pindah ke pantat. Benar-benar menjengkelkan. Sampai detik ini Kavia belum berani melaporkan kejadian yang sebenarnya kepada Javas. Dan kalau pun lapor, belum tentu juga Javas percaya. Dengan enggan Kavia berdiri di belakang punggung Javas. Dia terlalu muak berhadapan dengan anak angkat Javendra itu. "Kakek jadi pulang siang ini?" tanya Javas basa-basi. Ujung matanya melirik tingkah aneh istrinya. "Iya. Kalian di sini saja untuk memantau jalannya konser dan promo produk baru itu. Aku dan Athar masih harus menghadiri jamuan makan malam di Jakarta." "Baik, Kek." Kali ini tatap cokelat Javas menatap tajam Athar yang siang ini tampak begitu kalem. Namun dia tahu pria itu m
Read more

29. Dia

Usapan di paha membuat mata Kavia memicing sebelah. Tapi lebih dari itu rasa pengarlah yang membuatnya terjaga. Kavia sadar semalam minum terlalu banyak. "Javas, singkirkan tanganmu. Kepalaku sakit," rengek Kavia mencoba bangkit perlahan. Dia meremas kepalanya, lalu matanya mengerjap. Ternyata dia masih mengenakan pakaian semalam. Hanya saja bentuknya sudah berantakan. Segera dia melupakan sakit kepala yang mendera dan menarik tangan Javas yang masih terus mengusap-usap pahanya. "Kamu semalam menyentuhku?!" tanyanya dengan mata melotot. Javas berdecak seraya melepas paksa tangannya. "Kamu yang menyentuhku, bukan aku." "Mustahil." "Apanya yang mustahil? Coba ingat-ingat lagi siapa yang membuatku telanjang begini." Ya, pria itu hanya mengenakan selimut yang melorot sampai pinggul. Memamerkan bentuk tubuhnya yang seksi. Agak tidak percaya Kavia bisa melakukan itu. Javas pasti mengada-ada. "Aku nggak mau ambil resiko nggak bisa menyentuh kamu selamanya. Tapi kalau kasus semalam itu
Read more

30. Godaan

Kembali Kavia menyesap rokoknya dengan santai. Wajah memerah Erland menjadi pertunjukan yang menarik buatnya. Dulu jika dia sudah berbuat nakal begitu, Erland tak segan membawanya ke tempat yang lebih privasi. Pria itu bisa melakukan lebih daripada sekedar menyundut rokok ke tubuh Kavia. "Kayaknya Javas nggak keberatan," ucapnya tersenyum. Padahal sejak sama Fabby Kavia tidak pernah praktek hal-hal seperti itu lagi. Pelan namun pasti, Fabby menggiringnya ke hubungan yang lebih sehat. Mantan kekasihnya benar-benar ikut andil dalam proses itu. "Pretty," desah Erland menggeleng. "Kenapa sih? Kamu mau coba lagi yang lebih dari itu?" Erland tahu Kavia hanya menggodanya, jadi dirinya cuma bisa menggeleng. Tidak terlalu menghiraukan. Dia bernapas lega ketika akhirnya Javas kembali. Segera mungkin dia membenarkan posisi duduk. "Kalian mau pesan apa? Ada menu baru yang lagi hits di sini," tanya Erland segera setelah Javas duduk kembali ke sofanya di sisi Kavia. "Oh ya? Kalau begitu gue s
Read more
PREV
123456
...
12
DMCA.com Protection Status