Share

26. Hukuman

Penulis: Yuli F. Riyadi
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
Desclaimer :

Bab ini agak dark ya, yang nggak kuat bisa skip aja. Khusus 21+ saja.

==================

Athar melepas kasar tangan Fabby yang mencengkeram jasnya. Matanya menatap sengit ke arah pria yang berani memukulnya hingga tersungkur itu. Lalu berganti menatap Kavia yang wajahnya begitu tegang. Dan tanpa mengucapkan sapatah kata atau pun membalas apa yang Fabby lakukan, Athar meninggalkan tempat itu dengan wajah merah padam.

Fabby langsung menghampiri Kavia begitu pria itu pergi. "Kamu nggak apa-apa?" tanya Fabby cemas. Melihat gaun Kavia yang kacau dia segera melepas jas dan memakaikannya ke bahu wanita itu.

"Terima kasih, aku nggak apa-apa. Gimana kamu bisa ada di sini?" sahut Kavia seraya merapatkan jas milik Fabby ke tubuhnya.

"Harusnya aku yang tanya. Kenapa kamu di sini bersama pria itu? Mana suami kamu?"

Jika dipikir-pikir ini memang salahnya. Harusnya dia tetap berada di sisi Javas. Kavia meringis kecil. "Aku tadi bosan jadi waktu Athar menarikku keluar d
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (5)
goodnovel comment avatar
Yuli F. Riyadi
Bisa cek profil saya kak
goodnovel comment avatar
Ratna Ningsih
oyah thoor,, ada lg nggak novel yg lain nya,selain gian dan delota
goodnovel comment avatar
Ratna Ningsih
aduhh thoor,,bisa doubel up nya dong thoor,,nggk puas klo hanya baca 1 bab tiap harinya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Pesona Istri Dadakan Sang Pewaris    27. Wujud Maaf

    Kavia terbangun lantaran aroma wangi yang memenuhi rongga hidungnya. Bukan aroma wangi parfum, melainkan aroma wangi makanan. Dan benar, ketika dia membuka mata di nakas terdapat nampan berisi tiga coffee buns dan satu gelas susu. Kavia beringsut mendekati nakas. Perutnya makin keroncongan. Semalam, di pesta bahkan dia belum menyentuh makanan, tapi si brengsek Javas sudah mencuci perutnya sampai terkuras habis. Sial! Jika mengingat itu membuatnya bergidik dan mendadak mual lagi. Kavia menggeleng, mengenyahkan perbuatan kotor Javas padanya. Perutnya lebih membutuhkan perhatian sekarang. Tanpa menunggu lagi dia meraih coffee buns yang masih hangat itu dan langsung memakannya. Rasa lapar membuat dirinya tidak bisa mengendalikan diri. Dia berhasil menghabiskan satu roti rasa kopi itu dengan cepat. Bahkan tangannya saat ini memegang satu roti lainnya. Kavia tidak sadar Javas tengah memandanginya sambil tersenyum. Pria itu bersandar pada kusen pintu dengan tangan melipat di depan dada. "

  • Pesona Istri Dadakan Sang Pewaris    28. CCTV

    Di lobi hotel Kavia dan Javas berpapasan dengan Kakek Javendra dan Athar serta rombongannya. Siang ini Athar dan Kakek akan pulang ke Jakarta. Tanpa sengaja tatapan Kavia bertemu dengan tatapan Athar. Jika mengingat kejadian semalam, ingin rasanya wanita itu merangsek maju dan menjotos pria itu sampai wajah tampannya pindah ke pantat. Benar-benar menjengkelkan. Sampai detik ini Kavia belum berani melaporkan kejadian yang sebenarnya kepada Javas. Dan kalau pun lapor, belum tentu juga Javas percaya. Dengan enggan Kavia berdiri di belakang punggung Javas. Dia terlalu muak berhadapan dengan anak angkat Javendra itu. "Kakek jadi pulang siang ini?" tanya Javas basa-basi. Ujung matanya melirik tingkah aneh istrinya. "Iya. Kalian di sini saja untuk memantau jalannya konser dan promo produk baru itu. Aku dan Athar masih harus menghadiri jamuan makan malam di Jakarta." "Baik, Kek." Kali ini tatap cokelat Javas menatap tajam Athar yang siang ini tampak begitu kalem. Namun dia tahu pria itu m

  • Pesona Istri Dadakan Sang Pewaris    29. Dia

    Usapan di paha membuat mata Kavia memicing sebelah. Tapi lebih dari itu rasa pengarlah yang membuatnya terjaga. Kavia sadar semalam minum terlalu banyak. "Javas, singkirkan tanganmu. Kepalaku sakit," rengek Kavia mencoba bangkit perlahan. Dia meremas kepalanya, lalu matanya mengerjap. Ternyata dia masih mengenakan pakaian semalam. Hanya saja bentuknya sudah berantakan. Segera dia melupakan sakit kepala yang mendera dan menarik tangan Javas yang masih terus mengusap-usap pahanya. "Kamu semalam menyentuhku?!" tanyanya dengan mata melotot. Javas berdecak seraya melepas paksa tangannya. "Kamu yang menyentuhku, bukan aku." "Mustahil." "Apanya yang mustahil? Coba ingat-ingat lagi siapa yang membuatku telanjang begini." Ya, pria itu hanya mengenakan selimut yang melorot sampai pinggul. Memamerkan bentuk tubuhnya yang seksi. Agak tidak percaya Kavia bisa melakukan itu. Javas pasti mengada-ada. "Aku nggak mau ambil resiko nggak bisa menyentuh kamu selamanya. Tapi kalau kasus semalam itu

  • Pesona Istri Dadakan Sang Pewaris    30. Godaan

    Kembali Kavia menyesap rokoknya dengan santai. Wajah memerah Erland menjadi pertunjukan yang menarik buatnya. Dulu jika dia sudah berbuat nakal begitu, Erland tak segan membawanya ke tempat yang lebih privasi. Pria itu bisa melakukan lebih daripada sekedar menyundut rokok ke tubuh Kavia. "Kayaknya Javas nggak keberatan," ucapnya tersenyum. Padahal sejak sama Fabby Kavia tidak pernah praktek hal-hal seperti itu lagi. Pelan namun pasti, Fabby menggiringnya ke hubungan yang lebih sehat. Mantan kekasihnya benar-benar ikut andil dalam proses itu. "Pretty," desah Erland menggeleng. "Kenapa sih? Kamu mau coba lagi yang lebih dari itu?" Erland tahu Kavia hanya menggodanya, jadi dirinya cuma bisa menggeleng. Tidak terlalu menghiraukan. Dia bernapas lega ketika akhirnya Javas kembali. Segera mungkin dia membenarkan posisi duduk. "Kalian mau pesan apa? Ada menu baru yang lagi hits di sini," tanya Erland segera setelah Javas duduk kembali ke sofanya di sisi Kavia. "Oh ya? Kalau begitu gue s

  • Pesona Istri Dadakan Sang Pewaris    31. Keranjang Sarapan

    Tangan Kavia melambai saat meninggalkan Erland dan restorannya. Sementara Javas di sisinya merangkul pinggang perempuan itu dan menggiringnya memasuki mobil. Pria itu kembali lebih cepat untuk menjemput Kavia lantaran urusannya berjalan cukup lancar. Dan itu membuat Kavia bisa mengembuskan napas lega. Godaan wanita itu pada Erland seperti kena batunya sendiri. Kavia bergidik sendiri mengingat tatapan Erland. Meski berlangsung sebentar, tatapan itu cukup mengintimidasi. Persis ketika dulu dirinya di bawah kekuasaan pria itu. Tanpa sadar Kavia mengusap lengan. Hanya mengingat saja bulu kuduknya langsung merinding. "Kamu dingin?" tanya Javas tiba-tiba. Agak terkesiap, Kavia menggeleng cepat. "Enggak.""Oh ya?" Kembali Javas merangkul lengan istrinya itu. Dia bisa merasakan pori-pori kulit Kavia menegang. "Sampe merinding gini, kamu bilang nggak dingin." Pria itu lantas meminta supir untuk mengecilkan AC mobil. Kavia merinding bukan karena AC. Seandainya isi kepalanya bisa Javas baca,

  • Pesona Istri Dadakan Sang Pewaris    32. Lingerie

    "Kalian benar-benar tidak pulang ke rumahku?" Pertanyaan kakek membuat Javas melirik Kavia yang duduk di sebelahnya. Wanita itu tampak cuek, terlihat fokus mengutak-atik ponsel. "Nggak, Kek. Kavia minta pulang ke rumahku." "Kapan kalian datang ke rumah lagi?" Javas menaikkan alisnya yang tebal. Tumben sekali pria tua itu menginginkan dirinya datang? Biasanya juga tidak peduli meskipun Javas datang hanya sebulan sekali. "Jangan GR, Kakek suka istrimu ada di sini, bukan kamunya." Hah! Sekali menyebalkan tetap menyebalkan. Javas memutar bola mata malas. "Istriku sepaket denganku. Mana mau dia tinggal di rumah kakek tanpa aku?" Di seberang sana kakek menggeram. "Ya sudah, salam buat istri kamu. Suruh sering-sering menjenguk kakek," pungkas Javendra di ujung sana sebelum mematikan ponsel sepihak. Javas menatap ponsel yang tiba-tiba mati seraya terkekeh. Kakeknya benar-benar sudah tertaut dengan menantunya. "Kenapa tertawa?" tanya Kavia melihat ke arah pria itu sekilas. Lalu balik

  • Pesona Istri Dadakan Sang Pewaris    33. Rumor

    "Aku dengar rumor. Tapi aku nggak yakin kebenarannya. Entah kamu juga dengar atau nggak."Bola mata Kavia bergulir, menatap Fabby yang tampak serius bicara. Dia sampai menghentikan kegiatannya menggulung spaghetti bolognese kesukaannya demi memperhatikan apa yang akan pria itu sampaikan. "Soal apa?" tanya wanita itu. "Suami kamu.""Javas?"Fabby mengangguk. Dia tampak menelan ludah sebelum melontarkan hal yang cukup mengganggu itu. "Aku mendengar rumor kalau pernikahan kalian cuma pura-pura demi menutupi kelainan seksual suami kamu."Dahi Kavia mengernyit dalam. Dia sampai harus meletakkan garpu. "Maksudnya?""Gosip yang kudengar suami kamu itu gay." Hampir saja rahang Kavia jatuh. Astaga, gosip dari mana itu? Fine, dulu dia dan Dian juga sempat berpikir ke arah sana. Cuma tidak menyangka saja kalau itu beneran menjadi gosip yang menyebar. Ya Tuhan, gimana kalau Javas tahu? Mendadak kepala Kavia berdenyut kencang. "Rumor itu sebenarnya udah lama. Javas Wirahardja udah lama nggak t

  • Pesona Istri Dadakan Sang Pewaris    34. Seksi dan Menantang

    Lagi-lagi rumor itu. Bahkan sekarang sudah sampai ke telinga Kavia. Javas membuang napas, mengusap wajahnya, dan menatap Kavia. "Terus kamu percaya berita itu?" tanya pria itu dengan suaranya yang berat. "Nggaklah. Mana mungkin cowok kayak kamu gay," sahut Kavia, pandangannya refleks jatuh ke pangkal paha pria itu. Sialan. Mereka tidak tahu saja jika naga Javas sudah bangun seperti apa. "Baguslah. Itu aja cukup kok. Aku nggak perlu membuktikan apa pun ke mereka." "Memangnya kamu nggak tersinggung? Nggak mau laporin orang yang nyebar fitnah itu?" "Itu cuma buang-buang waktu." Javas mengendurkan dasi, dan melepas benda itu dari kerah lehernya. "Daripada mengurusi mereka yang bahkan orangnya nggak kita kenal, lebih baik melakukan hal yang lebih penting." Pria itu berdiri, sambil membuka kancing lengan kemejanya. "Selain itu, apa lagi yang mantan kamu katakan?" Kavia menggeleng. "Nggak ada yang penting kok." Javas mengernyit lalu melepas kemejanya. "Lain kali kalau mau jatuhin aku

Bab terbaru

  • Pesona Istri Dadakan Sang Pewaris    Extra Part - Berkuda

    Selagi Karel tenang bermain bersama Kakek Javendra dan para asisten, Kavia dan Javas melipir ke arena berkuda. Kavia kangen menunggangi Evelyn. Kuda betina putih itu terawat dengan sangat baik saat Kavia melihatnya. Hewan tangguh berkaki empat itu ternyata masih mengenali wanita itu dengan baik. "Sayang! Ayo cepat!" teriak Javas di atas kudanya. Kavia melambaikan tinggi tangannya ke arah Javas, lalu bergerak menaiki pelana kuda. "Evelyn, kita susul suamimu sekarang," ujar Kavia sambil mengusap pelan leher betina tangguh yang dia tunggangi. Dengan cepat dia pun memacu kudanya menyusul Javas. Keduanya mengendarai kuda-kuda itu mengelilingi tanah lapang. Melewati penangkaran rusa milik Kakek, dan sebuah danau buatan yang dipenuhi angsa putih. Pohon-pohon rindang masih tumbuh dengan subur di beberapa area. Setelah beberapa lama saling berkejaran dengan Javas, Kavia menghentikan kudanya di dekat pepohonan yang tumbuh di tepi danau. "Kayak udah lama banget nggak ke sini. Aku kangen men

  • Pesona Istri Dadakan Sang Pewaris    Extra Part - Drama Kakek

    "Semua yang ada di sini kelak akan menjadi milikmu, Nak." Mata tua Javendra mengedar. Melihat betapa luasnya tanah yang dia miliki. Belum lagi rumah yang dia huni. Rumah kebanggaannya yang sampai saat ini masih eksis di pinggiran kota. Rumah masa depan yang sebenarnya dulu dia siapkan untuk putranya, Ravendra. "Mau bagaimana lagi? Papamu nggak mau menempati rumah ini dan memiliki rumah sendiri. Jadi rumah ini akan kakek wariskan padamu." Javendra terus mengajak Karel ngobrol. Seolah bayi sembilan bulan itu paham apa yang dia bicarakan. "Malah sekarang papamu beli rumah baru. Padahal apa salahnya tinggal di sini sama kakek. Iya kan? Toh rumah ini nanti bakal jadi milik kamu." Tidak jauh dari tempat pria tua itu, Kavia menggeser duduk memepet suaminya dan berbisik. "Kakek kenapa?" "Dia lagi jadi pemeran utama drama keluarga," sahut Javas asal, yang langsung mendapat pukulan ringan di lengan kanannya. Dia mengaduh sambil mengusap lengannya. "Apa sih, Yang? Aku ngomong bener kok."

  • Pesona Istri Dadakan Sang Pewaris    Extra Part - Mata Genit

    "Dia sudah nggak bekerja di anak cabang HYOT lagi." Kabar itu membuat Kavia yang sudah merebah segera mengangkat badannya lagi. "Sejak kapan?" Javas mengangkat bahu. "Kamu peduli banget?" Alis tebalnya tertaut. Agak tidak suka istrinya makin kepo. "Bukan peduli, tapi setahuku dia dulu berjuang banget buat dapat posisi bagus di perusahaan tempatnya bekerja." "Mungkin dia dapat tawaran yang lebih bagus." "Mungkin gara-gara dia dimutasi ke luar pulau." Javas menghela napas panjang lalu menarik tangan Kavia agar bergerak memeluknya. "Kenapa sih bahas mantan terus? Kamu nggak ada rencana buat ketemuan lagi kayak dulu kan?" Kavia mesem-mesem tak jelas mendengar pertanyaan Javas. Ekpresi dan cara bicara pria itu membuat Kavia makin merasa dicintai. Mungkin jika pertanyaan itu terlontar saat mereka masih belum menyadari perasaan masing-masing, Kavia bakal jawab iya-iya aja. Javas menjauhkan diri dan menatap Kavia. "Kok malah senyum-senyum?" Matanya refleks memelotot. "Jangan bilang ka

  • Pesona Istri Dadakan Sang Pewaris    Extra Part - Apa Kabar, Kavia?

    "Aku di farmer market. Kalian langsung ke sini aja ntar." "Oke. Kami masih di jalan. Tungguin kami ya, Macan.... " Kavia tersenyum mendengar suara Javas di seberang sana. Tangannya masih sibuk memilih buah pear di rak. "Oke, aku tutup dulu ya. Hati-hati, nggak usah ngebut." Tidak lama, dia mematikan panggilan dari suaminya itu dan kembali melanjutkan memilih buah segar yang tertata rapi di rak. Akhir-akhir ini Kavia senang membuat salad buah. Stok salad di kulkas cepat habis karena ternyata Javas juga menyukai salad buatannya itu. Senyumnya kembali merekah saat melihat rak bagian apel. Apel adalah buah yang wajib ada di rumah lantaran buah itu menjadi salah satu favoritnya. Mata Kavia tertarik dengan apel bulat yang terletak di tumpukan paling atas. Kulitnya mengkilat dan terlihat besar. Namun saat tangannya terjulur untuk meraih buah tersebut, tangan lain lebih dulu melakukannya. Sehingga tanpa sengaja tangannya menangkup tangan orang itu. Kavia refleks menarik tangannya. "Maaf.

  • Pesona Istri Dadakan Sang Pewaris    Extra Part - Pumping

    "Astagfirullah, suami orang ganteng banget!" Jeritan tertahan itu keluar dari bibir mungil wanita gemoy saat melihat Javas turun dari anak tangga sambil membawa Karel di gendongannya. Kavia di sebelahnya hanya menggeleng melihat muka mupeng sahabatnya itu. Sementara tangannya masih sibuk mempreteli buah anggur dari tangkainya. Javas tanpa atasan memang menggoda iman. Belum lagi tato besar di bahu hingga lengannya, menambah kesan maskulinnya yang menonjol. Memamerkan bentuk tubuhnya yang seksi itu sudah menjadi kebiasaannya jika berada dalam rumah. Kavia saja yang tiap hari melihat masih bisa terbuai, apalagi Dian? "Laki lo benar-benar hot daddy banget.""Ck!" Kavia melirik sekilas dengan tatapan sebal, namun yang ditatap malah terkikik. "Dia kelihatan sayang banget sama Karel. Gue mau dong satu yang begitu." Bibir Dian mencebik memandang Javas dengan tatapan penuh damba. "Cari coba di pasar loak," sahut Kavia asal. Sejurus kemudian dia mengaduh karena dapat cubitan manis dari Dia

  • Pesona Istri Dadakan Sang Pewaris    Extra Part - Sofa Baru

    "Sofa baru?" Kavia dan Javas saling pandang sesaat ketika melihat orang-orang suruhan Daniel mengangkut sebuah sofa yang masih terbungkus rapi dengan plastik. Orang-orang itu membawa sofa dengan kelir merah hati itu ke dalam rumah. "Pas kan diletakkan di ruang tamu kalian?" Daniel tersenyum bangga. "Ini papi impor langsung dari Italy loh. Masih satu produk sama sofa di rumah papi." "Harusnya papi nggak perlu repot-repot begini," ujar Javas meringis. Insiden sofa masih menjadi momok buat pria itu. Gara-gara itu pula, Kavia belum mau mengisi ruang tamu barunya. "Sama sekali nggak repot. Anggap aja ini hadiah buat rumah baru kalian. Iya kan, Baby?" Daniel tersenyum sambil menatap istrinya. "Iya. Toh kami nggak bisa ngasih apa-apa selain ini," timpal Delotta sambil mengusap lengan Daniel. "Memang aku nggak tau kalau papi ngasih harga diskon rumah ini sampe 50 persen?" tukas Kavia yang langsung membuat mata Javas melebar. "Harga rumah ini sebenarnya 10M kan? Aku sempat nanya kok sama

  • Pesona Istri Dadakan Sang Pewaris    Extra Part - Terlanjur Sayang

    Kecuali barang-barang yang ada di kamar Karen, tidak ada lagi barang yang Kavia bawa dari rumah Javas. Rumah dan isinya ditinggalkan begitu saja seolah sudah tidak berguna lagi. Bahkan ketika Javas meminta alat-alat gym untuk ikut dipindahkan, Kavia menolak tegas. "Nggak bisa. Siapa yang jamin alat-alat itu streril dari kalian?" Penolakan Kavia membuat Javas menganga tak percaya. "Ya ampun, Sayang. Kami nggak melakukan sampai sejauh itu. Rumah itu masih dalam keadaan kosong waktu itu. Ak—" Ucapan Javas kontan terhenti ketika dengan cepat Kavia mengangkat tangannya. "Aku nggak mau dengar dongeng jadul percintaan kamu lagi. Oh ya, soal sofa di ruang tamu itu, udah aku bakar." "Apa? Itu sofa bisa kita jual buat beli yang baru kalau kamu nggak mau pake lag—" Kembali Javas merapatkan mulut saat Kavia melotot padanya. "Oke, terserah kamu," lanjutnya pasrah. Benar-benar sudah tidak ada lagi yang bisa dia selamatkan. Dia menatap rumah besar kebanggaannya dengan pandangan merana. Ruma

  • Pesona Istri Dadakan Sang Pewaris    Extra Part - Perkara Rumah

    Mata Kavia berbinar saat melihat Javas sudah ada di kamar ketika dia datang. Seperti malam kemarin, pria itu masih membaca buku yang sama sebelum tidur. Buku tentang ilmu parenting. Alih-alih Kavia, malah Javas yang gencar belajar soal parenting, padahal siangnya pria itu masih berjibaku dengan tumpukan pekerjaan. Kavia mengambil sebuah flyer dari dalam tas. Flyer yang sengaja dia bawa dari kantor papinya. Dengan senyum yang dibuat semelengkung mungkin, wanita itu menghampiri Javas yang masih terlihat fokus. "Pa," panggilnya lirih sembari beranjak duduk di sisi Javas. "Hm." "Lihat ini deh."Pandangan Javas langsung teralihkan sesaat. Matanya melirik benda yang Kavia bawa. "Apa tuh?" tanya dia sebelum balik lagi ke bacaannya. "Ini flyer perumahan elite terbarunya Blue Jagland. Proyek milik Mas Gyan."Javas hanya mengangguk-angguk. Matanya masih lurus menatap barisan huruf di depannya. "Hunian kelas atas yang cuma ada 10 unit. Lokasinya juga nggak jauh dari kantor kamu. Strategis

  • Pesona Istri Dadakan Sang Pewaris    Extra Part - Face and body care

    Kavia membuka pintu kamar dengan pelan. Takut mengganggu dua anak dan ayah yang sedang terlelap dengan tenang. Hampir-hampir dia tertawa melihat posisi Karel yang tidur terlentang dengan tangan dan kaki yang merentang. Salah satu kakinya bahkan mengenai wajah Javas lantaran posisi tidurnya berlawanan arah dengan papanya. Javas sendiri terlihat sangat lelah. Mukanya kucel, ada beberapa stiker yang menempel di wajahnya. Rambutnya bahkan acak-acakan tak karuan. Kavia mendekati pria itu dengan hati-hati lantas berjongkok tepat di dekatnya. Tangannya terulur, mengusap wajah Javas. "Sayang, banguuun," bisiknya pelan, tepat di dekat telinga Javas. Hanya satu kali tiupan ringan, mata Javas langsung memicing. Pria itu terjaga dengan segera, dan agak terkejut menemukan kaki Karel ada di depan mulutnya. "Astaga," desahnya lirih. Membuat Kavia kontan terkikik pelan. Dengan hati-hati, Javas menyingkirkan kaki Karel sebelum beringsut. "Kamu baru pulang?" tanyanya setelah berhasil bangkit dari a

DMCA.com Protection Status