All Chapters of Dicampakkan Calon Suami, Diratukan Suami Pengganti: Chapter 111 - Chapter 120

191 Chapters

Bab 111 : Pertemuan Yang Canggung

 Ada aliran listrik kurasakan yang tiba-tiba menyengat tubuhku ketika tangan kami saling bersentuhan.“Se-selamat siang, Tuan!” kupaksakan diriku menyapanya meski Ed pasti tahu betapa gugupnya diriku.Dan pria itu, dengan segenap ketenangannya hanya menatapku tanpa bisa kupelajari apa yang sedang dipikirkannya.Kutarik cepat tanganku agar tidak berlama-lama harus terlibat bersitatap dengannya. “Ed, dia kekasih Reza. Bagaimana cocok tidak?” Jessica muncul memberiku ruang untuk membuat jarak di antara kami. Aku merasa terbantu dengan kehadirannya.Namun melihat wanita itu lengket di lengan Ed sambil menunjukan kemesraan mereka, tanpa kuperintah pandanganku melengos mengalihkan perhatianku. Resah dan tidak paham kenapa nyeri di dadaku terasa begitu menyiksa.“Kau bisa tunggu aku di luar dulu? Aku harus meeting dengan mereka.” Ed tidak mengomentari pertanyaan calon istrinya itu, tapi dengan
Read more

Bab 112 : Masih Salah Paham

 “Kamila...”Panggilan itu membuatku membeku. Lalu beberapa saat kemudian kuberanikan diri membalikan badan ke arahnya.Tidak apa, Mila.Hadapi saja.Kau memang harus menyelesaikan semuanya agar untuk selanjutnya bisa bersikap sebagaimana mestinya.Sebagai dua orang yang sudah selesai dengan hubungan masa lalu...“Apa kabar?” Ed bertanya dengan gumaman yang terdengar dalam, seolah menahan banyak hal yang ingin dikeluarkannya padaku.Kurasa dia ingin marah namun masih ditahannya.Aku pun sudah siap menerima kemarahannya.“B-baik, Tuan.” Kujawab dengan panggilan tuan karena posisi kami memang seperti itu saat ini.Beberapa saat kami hening dan kubiarkan tatapan Ed tidak bersambut karena kutundukan pandangku.“Hmm, baguslah. Kalau ternyata hidupmu baik-baik saja. Aku senang kau bisa melupakanku dengan baik.” Ed kemudian bersuara membuatku terpancing untuk menatapnya balik.Kulihat pria yang
Read more

Bab 113 : Alasan Tetap Bertahan

Setelah menyerahkan beberapa berkas tadi pada Tika dan Beni yang masih di tempat meeting, tanpa ada penjelasan aku melangkah pergi.Aku berjalan ke tukang ojek di pangkalan agar mengantarku pergi dari tempat itu.Apa yang aku rasakan tidak bisa kuungkapkan.Aku hanya sedih sekali.Sepertinya tidak mau lagi bertemu dengan masa lalu dan mengungkitnya.Bertahun-tahun sudah kucoba melupakan semuanya dengan berusaha tegar menjalani hidupku hanya demi dua buah hatiku.Tidak tahu apa alasan Tuhan pada akhirnya mempertemukan kami kembali?  “Turun di depan Restauran Rocky Chicken itu, Bang!” ujarku pada tukang ojek.Sesedih apapun, aku masih ingat, Meida minta dibelikan ayam dan burger. Biasanya aku mengajaknya ke tempat ini.Menunggu pesananku, aku harus masuk ke toilet untuk menghapus sisa-sisa air mataku. Menuntaskan air mataku yang sepertinya kembali tercurah.Setelah sedikit puas, kuhela napas panjang-panjang la
Read more

Bab 114 : Papa Sudah Meninggal?

“Ibu baik-baik saja, besok hanya periksa lagi ke rumah sakit,” ujar ibu menjelaskan kondisinya.“Periksa? Kok ibu tidak bilang kalau harus balik lagi untuk periksa?” Aku tidak diberitahu tentang hal itu, membuatku mencemaskan ibu.“Kalau begitu, besok Mila kan libur, Mila antar ya, Bu?” aku juga ingin tahu sebenarnya ibu sakit apa. Kalau wanita ini tidak mau mengatakannya, aku akan tanyakan langsung pada dokternya.“Kenapa secemas itu, Ibu ini sudah tua, dokter menyarankan harus sering chek up kesehatan. Tidak ada yang serius, kok!”“Tidak apa, Bu. Nanti akan Mila antar.” Aku bersih keras mengantar ibuku.“Kau tadi kan sudah bilang akan mengajak anak-anak jalan—jalan. Jangan ah, Ibu bisa naik becak atau ikut Parto kalau kebetulan berangkat narik angkotnya.”  Wanita ini masih menolak.Tapi ibu benar, aku sudah terlanjur menyanggupi anak-anak jalan keluar tadi.
Read more

Bab 115 : Bukan Anak Haram

“Gala belum tidur?” tanyaku yang sesaat tadi membeku sudah seperti maling yang ketahuan.Bagaimana bocah kecil itu tiba-tiba keluar mendengar pembicaraan kami?Tidak mau saja dia terlalu dini harus kuberitahu sebuah kebohongan bahwa papanya sudah tidak ada.Sebenarnya ada rasa tidak tega juga harus mengatakannya. Mudah-mudahan Ed panjang umur dan sehat selalu.Ini hanya untuk kebaikan anak-anaknya.Lihatlah, seburuk apapun hubungan kami aku tentu tidak bisa melihat papa anak-anakku dalam kondisi itu.“Kenapa Mama tidak bilang pada teman-temanku kalau papa Gala sudah meninggal?” “Kenapa, Sayang. Ini sudah malam, besok kita jalan-jalan ‘kan?” aku menghampirinya dan membujuknya kembali ke tempat tidur.“Soalnya mereka suka olok-olok Gala dan Meida anak haram, Ma!”Deg!Mendengar kata itu dari bibir Gala sendiri hatiku meradang.Apa anak sekecil ini ta
Read more

Bab 116 : Bertemu Di Taman Wisata

Kedua bocah kecil itu sudah heboh bukan main sejak tadi sudah merengek untuk segera berangkat.Sekarang saat aku  menjinjing tas yang berisi barang-barang mereka, keduanya yang hari ini aku pakaikan kaos sama denganku langsung berlari di dekat motor karena tidak sabar akan segera  meluncur.Gala sudah duduk dibelakangku dan kupasang sabuk bonceng di tubuhnya. Sementara Meida tidak perlu kupakaikan karena ada di depan.Wisata Taman Kota juga tidak jauh dari perumahanku, hanya sekitar 20 menitan.Tapi karena aku memiih aman, kulewati jalan poros antar kampung saja dengan waktu tempuh lebih lambat 15 menitan. Tidak apa, asal anak-anak nyaman dan selamat sampai tujuan.Di tengah jalan sepertinya gerimis turun, aku memilih menepikan motorku ke emperan toko untuk berteduh sejenak. Menunggu saja sambil melihat apakah akan lebih deras atau tidak. Sepertinya tidak akan lama.“Ma, kalau kita punya mobil, enak ya, Ma?” celutuk Gal
Read more

Bab 117 : Kerja Sama

“Maaf, Om. Mama melarang kami dekat-dekat dengan orang asing. Permisi!” Gala menarik lengan saudara perempuannya menjauh.Aku menghela napas lega dan kulihat mereka berjalan balik ke tempat aku duduk tadi.Ed masih tertegun menatap dua bocah kecilku. Adakah dia merasa familiar dengan wajah anak-anaknya sendiri?“Sayang...” suara panggilan dari wanita itu membuatnya teralihkan.Aku mendegus melihatnya langsung berbalik badan untuk menemui wanitanya.Percuma juga tadi aku sampai ketakutan dia mengenali anak-anakku. Nyatanya wanita itu sekarang yang sudah menguasainya.Pak Bupati bilang, saking cintanya Ed dengan Jessica, dia sampai rela menginvestasikan modalnya untuk pembangunan hotel dan resort di kabupaten kecil ini.“Mama cari kita?” Gala dan Meida lebih cepat sampai di tempatku duduk tadi. Anak-anak ini masih ingat tempat aku menunggu mereka padahal arena di sini berkelok-kelok.“Iya
Read more

Bab 118 : Menjadi Asisten Pribadi

Paginya, sebelum aku berangkat, kusempatkan menghubungi Rafael untuk mengkonfirmasi tentang yang disampaikan Pak Betha kemarin. Lalu pria itu membenarkan.“Nona datang saja ke kantor sementara kami, di Gedung Plaza Kota lantai 9, nanti tentang bagaimananya akan kami jelaskan,” tukas Rafael menjawab pertanyaanku.“Apa yang harus kami persiapkan? Adakah berkas-berkas tentang proyek yang kemarin harus saya bawa lagi?” tanyaku memastikan sebelum berangkat.Karena kalau masih harus membawanya tentu aku harus mampir dulu ke kantor.Arah kantorku dengan tempat yang disampaikan Rafael berlawanan arah. Tidak mau saja sudah sampai sana aku harus balik lagi ke kantor.“Oh, baiklah, Pak Rafael. Aku akan langsung ke sana saja,” ujarku bergegas mengambil  tasku dan bersiap untuk ke kantor.Ini hari senin. Anak-anak sepagi tadi sudah berangkat karena sekolahnya sudah mulai membiasakan upacara untuk anak-anak usia di
Read more

Bab 119 : Mengesampingkan Urusan Pribadi

Menjadi asisten pribadi?Apa aku tidak salah dengar?Saat kutanya mengapa Rafael memintaku yang menjadi asisten pribadi big bosnya itu, dia hanya memberikan alasan yang sederhana bahwa dia sama sekali tidak tahu menahu tentang kota ini.Jadi memintaku mencarikan orang asli kota ini sekaligus sebagai referensi tentang banyak hal yang berkaitan dengan kultur kota ini.“Dengan memilih Anda sebagai asisten beliau, saya harap proyek kerja sama ini berjalan lebih baik. Karena Anda juga bisa memberikan banyak masukan bagaimana selera pasar masyarakat kota ini yang akan kita bawa ke pangsa pasar lebih luas.”“Dan saya yakin, jika semua berjalan sesuai rencana, tidak sampai 10 tahun ke depan, kota kecil ini akan menjadi kota yang maju dengan potensi sumber daya alamnya yang memadai. Itulah yang diharapkan Bapak Bupati Anda ‘kan?” penjelasan Rafael yang sangat profesional itu membuat bulu kudukku berjingkat.Sebagai orang
Read more

Bab 120 : Sebentuk Perhatian

“Bagaimana kalau ada apa-apa dengan hidungku?” Ed membuat panikku tidak berkurang.“Sebentar, biar aku kompres dulu!” tukasku segera menghampirinya. Membungkukan sedikit badanku pada Ed yang duduk di kursinya agar bisa memeriksa keadaan hidungnya.Dengan lembut segera kuusapkan tisu yang sudah kubasahi air dingin itu di hidung pria ini.Karena terlalu serius, untuk beberapa saat aku sama sekali tidak merasa ada yang salah.Hingga tak sengaja kutatap Ed yang mungkin sejak tadi sedang menatapku.Posisi wajah kami pun sangat dekat.Seketika aku membeku.Saat tersadar aku langsung menarik diri dan berdiri canggung di samping kursinya. “Kenapa berhenti?” Ed dengan lempeng masih bertanya. Tisu itu masih menempel di hidungnya.Kulirik pria ini dan aku baru menyadari satu hal, sepertinya dia hanya mengerjaiku.Aku jadi ingat, Ed dulu memang begitu. Sedikit tengil dan suka sekali mengusiliku.Astaga. Apa dia sudah lupa bahwa di antara kita ada masalah yang rumit?“Tuan, jangan main-main,” u
Read more
PREV
1
...
1011121314
...
20
DMCA.com Protection Status