Semua Bab JERAT HASRAT TETANGGA TAMPAN: Bab 71 - Bab 80

127 Bab

Pagi yang Indah

Udara dingin menyusup masuk melalui celah selimut tebal yang membungkus tubuh Andini.Pelan-pelan dia menggeliat, merentangkan kedua tangannya ke atas. Di luar kabut perlahan menipis, menyibak langit pagi yang indah.Butuh waktu beberapa detik bagi Andini untuk mengumpulkan nyawanya dan saat dia menoleh ke samping, Pras sudah tidak ada.Setelah mengenakan kardigan tebal, Andini menemui Pras yang ternyata sudah sibuk di dapur.Suaminya itu kini sedang sibuk mencuci buah segar di bak cuci piring.“Pagi, Mas…” sapa Andini. “Mau kubuatkan kopi?”“Enggak usah. Aku sudah buat sendiri kok,” dagu Pras mengarah ke meja makan. Ada secangkir kopi hangat di sana.“Airnya dingin ya?” Tanya Andini karena melihat tangan Pras yang gemetar saat mencuci apel-apel itu.Pras cengengesan. “Iya, enggak ada sarung tangan karet. Sayangnya pemanas air cuma ada di kamar mandi.”Tiba-tiba Pras tersentak begitu tangan istrinya melingkar di pinggulnya. Lantas, Andini memeluknya dari samping sambil merebahkan kepa
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-25
Baca selengkapnya

Truth or Dare

Pras menyalakan korek api dan menyulut sumbu lilin yang sengaja ditaruh di tengah meja makan.Api itu bergoyang-goyang ditiup angin malam yang menyusup masuk lewat celah-celah dinding kayu.Malam ini lebih dingin dari semalam. Hangatnya api di perapian bahkan tidak sampai ke ruang makan. Andini pun merapatkan kardigan tebalnya.Sepiring steak dengan bayam dihidangkan Pras untuk istrinya.“Minumlah. Aku tahu kamu pasti kedinginan,” Pras menyodorkan segelas wedang jahe yang uapnya masih mengepul.“Makasih, Mas,” balas Andini, segera menenggak wedang jahe itu. Rasanya sedikit pahit tapi langsung menghangatkan tubuhnya dari dalam.Pras kembali sibuk di dapur. Kali ini dia sedang menghias piring steak untuknya.Seharian, Andini hanya bersantai menonton televisi berlangganan dan bermain dengan ponselnya. Sementara Pras banyak menghabiskan waktu di luar. Dia membeli bahan-bahan untuk makan malam romantis kali ini.“Kamu di sini saja. Jalanan ke tengah kota hanya akan membuatmu pusing, Ndin,”
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-25
Baca selengkapnya

Membongkar Rahasia

Andini mematung. Di hadapannya Pras melempar tatapan tajam.Di luar, gemuruh hujan yang semakin lebat diiringi dengan petir yang menyambar, membuat suasana semakin mencekam.“A-Apa maksudmu, Mas? Selingkuh?” Suara yang keluar dari tenggorokan Andini terdengar begitu parau. Sementara itu perutnya melilit seolah ada menonjok-nonjok dari dalam.“Jangan pura-pura lugu, wanita jalang,” Pras menukas dingin. Dia kembali menenggak wine di gelasnya hingga habis. “Aku punya bukti perselingkuhanmu dengan si brengsek Andreas.”“Ugh…” Tubuh Andini condong ke depan. Dia benar-benar tidak tahan lagi. Perutnya begitu sakit! “Pe-Perutku…”“Halah, jangan bersandiwara. Sekarang, jawab pertanyaanku,” Pras bangkit. Dia bergerak ke arah istrinya yang merintih sambil memegangi perutnya.“A-Aku enggak selingkuh, Mas…Percaya padaku…Argh…” Napas Andini tersekat-sekat. Tubuhnya kini menggigil dan keringat dingin mengalir dari pelipisnya.Pras menjulang di sampingnya, tersenyum sinis menatap Andini yang kesakita
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-26
Baca selengkapnya

Perlawanan Andini

“Hah! Sial!” Pras menyugar rambutnya. Sedari tadi dia mondar-mandir di ruang tengah, sementara Andini tergeletak di bawah sana.Dia tidak tahu harus berbuat apa, bahkan dia tidak tahu apakah Andini masih hidup atau sudah mati.“Ndin, bangun!” Pras bersimpuh di samping istrinya. Jemari Pras meraba pergelangan tangan Andini, berusaha merasakan denyut nadinya. “Ndin? Aku tahu kamu masih hidup kan?” Denyut nadi Andini berdetak-detak, namun terasa lemah.Akhirnya, Pras menarik tubuh Andini ke arah pintu. Jejak darah segar menyeret panjang. Bau amis pun menyerbak yang membuat Pras mual.Dia tidak menyangka kalau efek obat itu bakal sedahsyat ini. “Astaga…apa yang harus kulakukan?” Pikir Pras, melongok ke luar jendela. Hujan mengguyur lebat. Pasti jalanan turun ke bawah sangat licin dan berbahaya.Namun, dia tidak punya pilihan lain. Dia harus membawa Andini ke rumah sakit. Untuk alasannya dia bisa pikirkan nanti. Pokoknya, dia harus menyelamatkan Andini! Dia sudah mendapatkan Andini dengan
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-26
Baca selengkapnya

Hadiah Istimewa

PRANG!Suara itu sontak membangunkan Andini dari tidurnya. Dadanya berdebar-debar hebat saat akhirnya dia kembali ke dunia nyata.Napasnya menderu cepat seakan dia habis berlari marathon puluhan kilo.“Astaga…” gumam Andini sambil mengelus perutnya. Mimpi itu benar-benar buruk dan anehnya terasa begitu nyata.Bulu kuduk Andini meremang, membayangkan ekspresi Pras yang hendak membunuhnya di mimpi itu.Cepat-cepat Andini turun dari ranjang. Saat menoleh ke arah jendela kabut tebal mulai turun dan hari mulai gelap. Sepertinya dia tertidur terlalu lama.“Apa yang jatuh, Mas?” Tanya Andini di meja makan.Pras nampak sibuk berjalan kesana-kemari dari depan kompor ke bak cuci piring.“Tutup panci,” balas Pras. Andini memperhatikan beberapa bahan makanan yang ada di dekat bak cucian. “Kamu mau buat apa sih? Sini, biar kubantu.”“Enggak usah,” Pras menoleh dan tersenyum ke arahnya. Andini terdiam. Dia merasa Pras tersenyum sinis padanya. “Sebaiknya kamu istirahat saja. Makan malam biar jadi u
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-26
Baca selengkapnya

Kejutan!

Butiran air hujan menerpa permukaan jendela disertai dengan angin yang berembus kencang.Ekspresi Andini masih terlihat heran dengan hadiah sebuah flashdisk dari suaminya. “Flashdisk ini, Mas? Untuk apa?” Tanya Andini lagi, jemarinya berputar-putar memainkan flashdisk itu.“Sepertinya kamu kecewa,” tandas Pras.“Bukan, aku hanya penasaran,” balas Andini.“Kalau kamu penasaran, sebaiknya kamu cek saja isi flashdisk itu,” saran Pras.“Ya sudah, nanti aku cek kalau kita sudah sampai di rumah. Kurasa ini kumpulan foto-foto keluarga kita kan?” Andini menerka-nerka.“Enggak perlu. Kamu bisa mengecek isinya sekarang juga,” Pras bergegas ke kamar, mengambil laptopnya. Rasa penasaran Andini semakin menjadi, karena dia tahu Pras sudah menyiapkan kejutan ini. Apa jangan-jangan isinya salinan tiket pesawat ke Maldives, atau mungkin voucher digital dari brand ternama? Pikir Andini.Namun, keningnya langsung mengernyit, melihat isi flashdisk itu.“Video?” gumam Andini. “Ini enggak salah kan, Mas?
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-27
Baca selengkapnya

Rencana Jahat Pras

Andini otomatis membungkukkan tubuhnya ke depan, demi melindungi perutnya.Untungnya ayunan kaki Pras berhenti tepat di punggung Andini.‘Tidak. Bukan ini rencanaku!’ Batin Pras seketika. Dia tidak mau mengotori tangannya demi membunuh anak itu.Punggung Andini berguncang hebat, pertanda wanita itu sedang menangis dari balik wajahnya yang terbenam.“Aaa!” Andini meringis begitu Pras menarik rambutnya.“Jangan membohongi diriku lagi, Ndin,” Pras mendesis tajam. Bola matanya melotot seakan hampir keluar dari rongganya. “Aku juga tahu kalau kamu mengelabui usia kandunganmu. Jangan anggap aku sebagai pria bodoh.”“Sa-Sakit, Mas…” Andini merintih.“Kamu tahu, aku menamakan anak sialan itu dengan Deava yang artinya roh iblis, sama seperti kelakuanmu!” Tarikan tangan Pras semakin kencang. Andini merasa kulit kepalanya hampir copot. “Ba-Baiklah…dia…dia memang bukan anakmu, Mas.” Andini menyerah. Sepintar apapun dia menyembunyikan bangkai, toh akhirnya akan ketahuan juga.Pras mendengus, melo
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-27
Baca selengkapnya

Penyesalan

Pras mendesah panjang sambil menyugar rambutnya.Dihadapannya, Andini terkulai tidak sadarkan diri. Helaian rambut istrinya itu menjuntai ke depan, menutupi sebagian wajah Andini.‘Dia mirip seperti mayat hidup,’ pikir Pras. Sontak Pras menempelkan telunjuknya di bawah hidung Andini. Pras menghela lega. Istrinya masih bernapas. Sekarang yang harus dia lakukan adalah menggotong istrinya ke mobil dan membawanya ke dukun beranak.Namun, di luar sepertinya terjadi badai. Angin bertiup kencang dengan suara derai hujan yang menghantam atap kayu dengan keras. Kilatan petir juga menyambar setiap menitnya.Tapi Pras tidak punya pilihan lain. Andini harus dibawa ke dukun beranak itu malam ini juga. Mereka tidak bisa berlama-lama tinggal di villa ini. Besok mereka harus kembali ke rumah.“Hap!” Dengan sekali gerakan, Pras memapah tubuh Andini, menyeretnya ke mobil.Terpaan hujan langsung membasahi tubuh mereka berdua. Pras sudah tidak peduli dengan tubuhnya yang basah kuyup.Setelah Andini aman
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-27
Baca selengkapnya

Kesempatan Kedua

Semilir angin berembus, menyapu pipi Andini. Kelopak matanya membuka pelan. Sinar matahari yang hangat dari atas sana membuat matanya menyipit.Perempuan itu pun bangkit, mendapati dirinya yang berada di sebuah padang rumput yang luas dan hijau.Dada Andini mengembang, menghirup udara yang segar. Rok panjangnya yang berumbai, bergerak-gerak tertiup angin.Tapi di mana dirinya? Dia bahkan tidak ingat kenapa dia bisa berakhir di sini.Tanpa Andini sadari, dari belakang punggungnya, ada bayangan hitam yang mendekat. Tepukan pelan di pundak Andini membuat wanita itu menoleh.Pandangan mereka lantas beradu.Mulut Andini menganga lebar. “A-Adrian???”Dia masih ingat betul wajah pria itu. Kedua matanya yang indah, hidungnya yang mancung serta rambutnya yang ikal.Adrian tidak menua. Senyumnya membingkai lebar sehingga lesung pipinya nampak.“Lama tidak bertemu,” ucap Adrian.Dada Andini sesak karena serangan rindu yang mendadak. Dia bahkan sudah lupa dengan suara Adrian. Tapi kini suara itu
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-28
Baca selengkapnya

Permainan Pras

Dada Andini naik-turun dengan cepat. Dia mencengkram tangan ibunya seiring dengan pelipisnya yang tiba-tiba berkeringat.‘Di-Dia masih hidup!’ Andini memekik kaget. Padahal dia berharap Pras tewas dalam kecelakaan itu.Kursi roda itu mendekat ke pinggir ranjang. Wajah Pras nampak pucat dengan bekas luka yang terlihat samar. Pras mengenakan gaun rumah sakit yang sama dengan dirinya.“Andini…” Pras berujar lirih. “Aku bersyukur kamu akhirnya sadar, Sayang.”Andini melayangkan tatapan tajam ke suaminya. Bibirnya gemetar karena amarah sampai-sampai Andini sulit untuk bicara.Dia ingin mencakar pria brengsek itu!“Ini sebuah keajaiban,” sergah ibunya Andini, memandangi Pras dan putrinya bergantian. “Kalian berdua selamat dari kecelakaan nahas itu. Pras sempat tidak sadarkan diri dan koma selama sehari.”Tangan Pras menjulur, menggapai telapak tangan Andini yang dingin.Saat kulit mereka bersentuhan, Andini bisa merasakan kebencian yang mengalir ke sekujur tubuhnya. Dia benci suaminya!“Ba-
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-28
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
678910
...
13
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status