Semua Bab JERAT HASRAT TETANGGA TAMPAN: Bab 81 - Bab 90

127 Bab

Salah Orang

“Permisi, Bu, Pak…” Iyem keluar dari kamar mereka setelah membawa tas-tas besar yang berisi baju-baju Pras juga Andini selama dirawat di RS.Dua minggu lebih mereka menjalani perawatan, dan sekarang pasangan suami-istri itu sudah diperbolehkan pulang oleh dokter.Sayangnya, bayi mungil Andini masih harus menginap di ruang intensif. Keadaannya masih terlalu lemah untuk dibawa pulang.Wajah Andini terlihat murung. Berat badannya pun turun drastis sehingga dia tak ubahnya seperti tengkorak hidup.Dokter menyarankan Andini untuk banyak makan dan istirahat agar ASI-nya keluar.“Aku ingin mengubah nama anak kita,” Andini berujar parau di pinggir ranjang.Pras, yang sedang melepas polo shirt, langsung berdecak. “Anak kita? Dia itu anakmu dengan selingkuhanmu itu.”“Tapi kamu berjanji akan menganggapnya sebagai anakmu,” balas Andini dingin.“Memang, tapi bukan berarti aku harus berpura-pura menganggap dia anakku di saat kita sedang berdua seperti ini. Sebaiknya ralat kata-katamu tadi. Dia itu
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-29
Baca selengkapnya

Duplikat Andreas

Blam!Malinka membanting pintu kamar keras-keras. Dari balik pintu, dia mengutuk dirinya berkali-kali karena sudah melakukan hal tolol.‘Duh, gimana ini?!’ Malinka memukuli kepalanya. Rasanya dia ingin tenggelam di lautan!Tok, tok.Pria itu terpaksa mengetuk pintu kamar Malinka. ‘Sial! Sial! Seharusnya aku sadar kalau itu bukan Andreas. Dasar Malinka bodoh!’ Rutuknya lagi.“Maaf,” ucap pria itu dari ruang tengah. “Aku hanya ingin bertemu kembaranku.”Malinka menarik napasnya dalam-dalam sambil memejamkan mata.“Ini benar apartemennya Andreas kan? Aku berusaha menghubunginya tapi dia belum menjawab,” tukas pria itu lagi.Malinka mengembuskan napasnya keras-keras. Dia bahkan begitu malu untuk menjawab pertanyaan pria itu.Tapi dia tidak bisa mengurung diri di sini selamanya. Maka, dengan langkah berat Malinka kembali berpakaian.Pipinya terasa sangat panas saat dia memaksakan diri keluar dari kamar.“Maafkan aku,” suara berat pria itu semakin menambah rasa malu Malinka. “Seharusnya ak
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-29
Baca selengkapnya

Tinggal Bersama

“Hmpf…” Napas Malinka tersengal saat dia sedang memuaskan dirinya sendiri di atas sofa.Sedari pagi, Andreas sudah sibuk di studio lukisnya, yang berada tidak jauh dari rumah mereka. Sehingga Malinka sendirian di rumah yang besar ini. Dia merasa bosan. Pagi-pagi sekali dia sudah berjalan menyusuri pantai, kelas surfing-nya pun masih dua jam lagi.Gairah Andreas yang menurun drastis membuat, perempuan itu jadi sering bermain sendiri.Tubuh Malinka, yang hanya mengenakan tanktop dan celana pendek, menggeliat di atas sofa. Lehernya menukik di pinggiran sofa sehingga ujung-ujung rambutnya itu menyentuh lantai.Malinka membayang wajah Andreas, membayangkan stamina pria itu kembali seperti dulu.Perempuan itu terus mengerang tanpa menyadari ada seseorang yang berdiri di balik pintu depan.Langkah Allan tertahan begitu dia mendengar desahan dari dalam rumah. ‘Apa mereka sedang bercinta?’ Pikir Allan.Namun, saat Allan mengintip dari jendela teras, dia mendapati Malinka seorang diri di atas s
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-30
Baca selengkapnya

Jadi Canggung

Allan menutup pintu kamarnya. Seharian menghabiskan waktu dengan Malinka membuat jantungnya tidak aman.Entah kenapa, dia selalu merasa deg-degkan saat bersama dengan perempuan itu. Allan menghela napas berat sambil menanggalkan kaosnya.‘Ayolah, Allan. Lupakan Malinka. Dia itu tunangan kembaranmu!’ Titahnya pada diri sendiri. Namun rasanya begitu sulit, karena wajah Malinka terus berseliweran di benaknya.Allan menyalakan AC kamar. Dia mengintip sejenak ke luar, mendapati Malinka yang sedang sibuk di dapur.‘Aman,’ pikirnya.Lantas pria itu berbaring setelah menanggalkan celananya. Dia benar-benar tidak tahan lagi. Sambil memejamkan mata, tangan kekar Allan mulai bergerak di bawah sana.Dia tidak ingin membayangkan Malinka, tapi wajah cantik dan tubuh sensual perempuan itu terus merasuki pikirannya.“Haah…” Napas Allan mulai menderu. Dada bidangnya naik turun seiring dengan tangannya yang bergerak cepat.Saking fokusnya, Allan sampai tidak menyadari ada suara langkah kaki yang berger
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-30
Baca selengkapnya

Pantai Rahasia

Bau cat minyak yang khas menyeruak begitu Allan melangkah masuk ke studio lukis milik kembarannya.Sebuah jendela besar bertengger, membiarkan cahaya dari luar masuk memberikan penerangan alami ke dalam studio.Jejeran kanvas-kanvas putih itu menumpuk, siap dilukis oleh Andreas. Ada pula beberapa lukisan yang sudah setengah jadi. Deburan ombak yang terdengar dari kejauhan membuat suasana studio begitu nyaman.“Hei,” sapa Allan dari belakang punggung Andreas.Rambut ikal Andreas yang gondrong itu bergerak pelan saat menoleh. Ekspresinya datar melihat kedatangan mendadak kembarannya.“Ada masalah apa?” Kening Andreas mengerut, tanpa basa-basi.“Enggak ada masalah kok. Aku hanya penasaran dengan studio barumu. Malinka sedang ikut kelas pottery, aku enggak tertarik. Makanya aku ke sini,” Allan mengedarkan pandangan ke halaman belakang studio. Ada beberapa penyanggah kanvas di sana. Sepertinya di situlah tempat Andreas mengajar, pikir Allan.Lantas, Allan menyodorkan sekaleng bir dingin di
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-31
Baca selengkapnya

Ciuman Manis

Sekuat tenaga, Malinka menyeret tubuh Allan ke pinggir pantai.“Allan,” Malinka berujar panik sambil menekan dada pria itu. “Plis, Allan. Bangunlah…”Wajah Allan begitu pucat dengan mata yang terpejam. Lantas, Malinka menekan cuping hidung Allan dan menempelkan bibirnya di bibir pria itu, meniupkan udara ke mulut Allan.“Uhuk!” Tubuh Allan menyentak seraya memuntahkan air laut dari mulutnya.Tangisan lega Malinka pecah dan langsung memeluk pria itu. Tubuh Allan yang dingin perlahan menghangat karena pelukan Malinka.“Kamu selamat…” ucap Allan parau. Dia pikir Malinka sudah mati tenggelam.“Apa maksudmu?! Yang ada kamulah yang selamat, Allan!” Malinka berujar sambil terus menangis di bahu Allan.“A-Aku??”Malinka melepas pelukannya. “Ngapain sih kamu ke tengah lautan begitu?”“Aku mencarimu, Malinka. Saat aku terbangun, aku enggak melihatmu. Kupikir kamu tenggelam.”Bahu Malinka melorot. “Allan, aku baik-baik saja. Tadi, aku sempat ke atas untuk beli minum, tapi aku enggak mau menggang
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-31
Baca selengkapnya

Pilihan Malinka

Sekujur tubuh Malinka meremang. Sentuhan Allan benar-benar membuat dirinya menggila. Punggungnya menukik ke atas saat kepala pria itu mulai turun ke pangkal pahanya.“Aaah…” Malinka mendesah, menjambak rambut ikal Allan.Rasa yang menyenangkan ini sudah lama tidak hinggap padanya. Perutnya bergejolak. Sensasinya terasa berbeda ketika dia bermain sendiri.Allan merangkak ke atas dan kembali melumat bibir Malinka. Ciuman mereka begitu panas, sampai menggerakkan ranjang di kamar Andreas dan Malinka.Sungguh ironis, pikir Malinka. Tapi nafsu mengalahkan akal sehatnya, meruntuhkan kesetiaannya pada Andreas.Allan kini menatap mata jernih Malinka. ‘Wajahnya mirip sekali dengan Andreas,’ batin Malinka, meraba dagu Allan yang bersih dari bulu-bulu kasar. Namun, tatapan Allan mampu menggetarkan hatinya.Lantas, mereka mulai menanggalkan pakaian masing-masing. Dengan hasrat yang menggebu, Allan langsung menindih tubuh polos tunangan kembarannya.Pria itu bahkan tidak memikirkan perasaan Andreas
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-08-01
Baca selengkapnya

Merasa Bersalah

“Aah…” Malinka mendesah saat bibir Allan mulai mengecupi lehernya yang jenjang.Tali tanktop yang menggantung di salah satu bahunya melorot ke bawah.“Aku akan menikahimu, Sayang…” bisik Allan. “Kita akan memulai hidup yang bahagia.”“Hem,” Malinka menggeliat. “Aku enggak sabar jadi istrimu…ugh…”Tubuh Malinka menyerah. Dia tergeletak di atas meja, sambil kedua tangan Allan terus menggerayangi tubuhnya.Begitu Allan hendak menanggalkan tanktop Malinka, tiba-tiba terdengar gedoran dari pintu depan.Mereka berdua saling bertukar pandang heran, mengira-ngira siapa yang datang.“Malinka?” Ucap Andreas dari luar. “Sayang? Kamu ada di rumah?”Tubuh mereka kaku. Cepat-cepat Allan menarik tubuhnya menjauh dari Malinka.“Bukannya itu suara Andreas?” bisik Allan panik.“Iya, itu Andreas!” Malinka membenarkan posisi tanktopnya. Napasnya tersendat-sendat begitu turun dari atas meja.“Kenapa dia pulang sekarang?!” bisik Allan lagi.“Mana kutahu!” balas Malinka dengan nada suara yang serendah mungk
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-08-01
Baca selengkapnya

Minta Cerai

AC berembus pelan, mendinginkan setiap sudut kamar yang hening itu. Di pinggir boks bayi, Andini memperhatikan Eva. Bayi itu terlelap dengan damai.Telunjuk Andini menyusuri wajah mungil bayinya. Hidung Eva nampak mancung, pipinya tembem dengan rambut ikal yang lebat. Bola matanya berwarna abu, sama dengan Andreas.Pras berujar dengan nada mengejek kalau Eva besar nanti, orang-orang akan menyadari kalau Eva bukanlah anak Pras. “Dari sekarang saja wajah bayi itu mengingatkanku pada pria sialan itu,” Pras mendengus.Namun, Andini sudah tidak peduli lagi dengan segala perlakuan Pras pada dirinya dan Eva. Selama Pras tidak menyakiti Eva, Andini memilih untuk acuh.Setelah tiga bulan Eva berjuang di inkubator RS, akhirnya bayi mungil itu bisa pulang. Dengan ketekunan yang luar biasa, Andini merawat putrinya. ASI-nya memang tidak keluar, tapi Andini mengerahkan semua tenaganya agar nutrisi Eva tetap terpenuhi.Kini, usia Eva menginjak delapan bulan. Orang-orang memuji Andini karena bayi yan
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-08-02
Baca selengkapnya

Kecewa

Andini tidak bisa membedakan keringat yang kini bercucuran di pelipisnya dikarenakan dia habis jalan cepat atau karena dia gugup–gugup kalau dia akan bertemu dengan Andreas setelah sekian lama.Mau tidak mau, Andini menyeret langkahnya ke depan pagar rumahnya, seiring dengan pintu mobil SUV yang membuka.‘A-Andreas?’ Andini menerka-nerka penuh harap. Dari sudut matanya dia menangkap sesosok pria jangkung berpakaian hitam yang turun dari mobil.Pandangan mereka saling bersirobok. Suara anak kecil terdengar dan memanggil pria itu dengan sebutan Papa dari dalam mobil.“Pa, ini rumah baru kita ya?”“Asyik!”Andini mengangguk sopan ke arah pria itu. Lantas, seorang wanita muda muncul dari balik mobil.Mereka lalu menghampiri Andini. Andini baru menyadari bahwa spanduk penjualan rumah yang terpasang di pagar rumahnya Andreas sudah tidak ada.“Kami pemilik rumah baru itu,” pria itu menukas ramah.“Salam kenal,” sergah wanita di sampingnya. “Bayinya lucu sekali. Berapa bulan?”“Delapan bulan,
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-08-02
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
7891011
...
13
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status