Home / Romansa / JERAT HASRAT TETANGGA TAMPAN / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of JERAT HASRAT TETANGGA TAMPAN: Chapter 61 - Chapter 70

127 Chapters

Rencana Keji

Sirkulasi udara yang minim membuat ruangan itu menjadi pengap.Lampu neon yang menggantung di atas kepala Pras berkedip-kedip, memancarkan cahaya redup. Berkali-kali Pras membenarkan posisi duduknya di atas kursi besi yang usang. Degup jantung Pras seolah mengalahkan kesunyian yang menyergap.Tapi Pras tidak sendirian. Di hadapannya duduk seorang pria bertubuh besar, berkumis lebat dengan rambut gondrong yang tebal. Kedua lengan pria itu dipenuhi tato yang membuat Pras tambah gugup.“Aku tidak mengenalmu,” pria itu berujar dengan suara bas yang tebal. Matanya memicing tajam seolah akan menerkam Pras. “Tapi kamu tahu kata sandinya.”Tangannya bergerak ke bawa meja. Pras menelan ludah. ‘Jangan-jangan dia mau mengambil senjata tajam dan menembakku.’“Raja Malam,” Pras menukas dengan suara yang bergetar. “Beberapa belas tahun yang lalu aku pernah bekerja untuk Raja Malam.”Pria itu menarik tangannya dari kolong meja. Pras bisa bernapas sedikit lega karena tidak ada senjata tajam seperti y
last updateLast Updated : 2024-07-16
Read more

Ciuman Manis yang Terakhir Kalinya

Pras kembali datang ke gedung itu, gedung tua milik kelompok mafia Raja Malam. Kali ini dia melangkah penuh percaya diri. Satu tangannya menenteng tas berisi tumpukan uang tunai senilai lima ratus juta.“Sesuai permintaanmu, Tuan,” Pras meletakkan tas itu di atas meja kayu yang kokoh. Cahaya samar lampu neon yang menggantung, memperlihatkan wajah pemimpin mafia yang menyeringai puas.“John!” Pria itu memanggil anak buahnya. “Hitung jumlahnya.”Dengan sigap anak buahnya itu membawa uang kesepakatan Pras ke ruangan terpisah.“Aku ingin kalian cepat menghabisi Andreas,” Pras angkat bicara. Suaranya tidak lagi gemetar seperti tempo lalu. Mata Pras menyorot pria besar itu dengan tajam. “Dia akan segera pindah dari rumahnya
last updateLast Updated : 2024-07-17
Read more

Menikahlah Denganku

Kedua ujung alis Malinka menyatu. Dia terheran mendapati Andini yang duduk di seberang Andreas yang berada di balik meja.“Tante Andini?” ucap Malinka melangkah masuk.Andini menyunggingkan senyumnya, walau dia tahu bibirnya sedikit bergetar. “H-Hai, Malinka. Aku…aku sedang membicarakan prospek ke depanku sebagai pelukis amatir dengan pacarmu.”“Ah, begitu.” Malinka manggut-manggut. Saat Malinka menoleh ke arah Andreas, pria itu sedang mengusap bibirnya. “Aku enggak ganggu kalian kan?”“Tentu saja enggak,” sergah Andini sambil bangkit dari kursinya. “Malah sepertinya aku yang mengganggu kalian.”“Yah, sebenarnya aku mau mengajak Andreas makan siang, Tante. Tapi kalau kalian butuh waktu lebih, aku bisa menunggu kok,” balas Malinka santai. “Taksi online yang kupesan sudah datang. Aku pamit dulu ya,” Andini menatap Malinka dan Andreas bergantian.“Hm, iya. Hati-hati, And–maksudku Tante,” ucap Andreas sambil mengusap tengkuknya canggung.“Dah, Tante!” Malinka melambai pada Andini. Setela
last updateLast Updated : 2024-07-18
Read more

Selamat Tinggal Kenangan

Andreas nampak sibuk menumpuk beberapa lukisan di studio kecil yang ada di rumahnya.Punggungnya bergerak-gerak memilah mana lukisan yang akan dia sumbangkan ke galeri, dia jual maupun disimpan.Sampai akhirnya matanya tertuju pada sebuah lukisan yang berada di barisan belakang, yang tadinya tertumpuk oleh lukisan-lukisannya yang lain.Lukisan tubuh Andini yang polos. Liukan tubuh wanita itu serta sorot mata Andini yang sensual di atas kanvas membawa kembali kenangan mereka.“Aaah, Sayang…” Lenguhan Andini kembali hadir di kupingnya. Tubuhnya meremang seakan jemari-jemari Andini di lukisan itu bergerak, menjulur ke arahnya dan mulai menggerayangi tub
last updateLast Updated : 2024-07-19
Read more

Tragedi di Rumah Andreas

Tubuh Andreas lunglai dalam sekejap, merosot ke lantai saat penyusup itu melepaskan kunciannya.“Beres,” ucapnya, mengarah ke temannya yang muncul dari balik sofa.Mereka lalu menyeretnya ke arah sofa dan membaringkannya di atas sana. Satu orang lagi menumpahkan minyak dari arah dapur hingga mengelilingi ruang tengah.“Cepat, cek keadaan di luar,” titah satu di antara mereka.Setelah semua dirasa aman, salah satu dari penyusup itu menyalakan korek api. Matanya memicing begitu api muncul dari kepala korek itu.Jika dia menjatuhkan korek ke minyak yang berceceran di lantai, maka secepat kilat ruangan ini akan dikepung api, mengelilingi Andreas yang pingsan di atas sofa.
last updateLast Updated : 2024-07-20
Read more

Kabar Buruk

“Argh!!” Andini terus merintih. Dia bahkan kesulitan untuk berdiri. Perutnya sakit begitu pula dengan kakinya yang berdenyut-denyut nyeri.“Andini!” Pras bergegas turun, membantu istrinya berdiri. Tubuh Andini membungkuk sambil memegangi perutnya. “Pe-perutku sakit…” Andini menggigit bibirnya keras-keras.“Kita ke dokter sekarang!”“Ma-Mas, kebakaran…”“Apa?”“Ru-Rumahnya Andreas kebakaran,” satu tangan Andini menunjuk-nunjuk ke sembarang arah.Dari luar, terdengar suara riuh serta teriakan ‘kebakaran’. Cepat-cepat, Pras menuntun Andini ke bawah.“Aku harus bangunkan anak-anak!” Iyem pun terbangun, membantu Pras menggendong Evan dan Rico ke dalam mobil. Pras menganga saat dirinya melangkah ke luar. Kobaran api mulai menjilat dinding rumahnya Andreas.Warna oranye yang menyala memancar terang dengan asap yang membumbung tinggi. Dia tidak menyangka apinya akan se-dahsyat ini.Tapi Pras sudah mempersiapkan semuanya. Dia tentu tahu ini akan terjadi. Bahkan moncong mobilnya sudah menghad
last updateLast Updated : 2024-07-22
Read more

Gagal

Tubuh Andini berguncang pelan saat mobil yang mereka naiki melindas polisi tidur.Sorot mata wanita menyiratkan kehampaan. Bibirnya lurus tanpa senyum dengan bahu yang lunglai ke bawah.Nampak bekas luka tusukan jarum infus di pergelangan tangannya.“Dokter bilang, kamu harus banyak istirahat,” tandas Pras memutar mobilnya masuk ke dalam komplek perumahaan mereka. “Dan jangan berpikiran macam-macam. Penyakit itu kebanyakan datangnya dari pikiran.”Setelah membawa Andini ke RS, Pras akhirnya memutuskan untuk check out dari hotel hari ini juga dan membawa kedua putra mereka pulang. Kemudian, dia baru menjemput Andini di RS setelah mendapat perawatan.“Ndin, kamu dengerin aku enggak sih?” Pras terdengar jengkel. “Lagian, kamu tuh kenapa sih? Rumah kita baik-baik saja.”Bibir Andini hanya mengatup rapat. Lalu dia mendengar Pras yang berdecak sinis.“Kamu menangisi Andreas, sampai pingsan segala? Aneh, dia cuma tetangga kita, Ndin.”“Dia bukan cuma tetangga kita!” Andini seketika berujar l
last updateLast Updated : 2024-07-24
Read more

Pengakuan Andreas

Sinar matahari pagi yang hangat bersinar, diiringi dengan kicau burung-burung yang riang. Keluarga besar serta beberapa teman dekat Andini dan Pras sudah berkumpul di rumah mereka.Dekorasi bunga-bunga yang indah menghiasi ruang tengah. Di halaman belakang, sudah berjajar meja yang menyajikan berbagai macam hidangan dari mulai nasi tumpeng, puding hingga es buah yang segar.Lantunan doa mengalun, memohon kesehatan dan keselamatan bagi Andini serta anak di kandungannya.Suasana syukuran tujuh bulanan kali ini berjalan begitu hangat. Semua orang yang hadir nampak bahagia dengan kehamilan Andini.“Mudah-mudahan anaknya perempuan ya.”“Kalau anaknya perempuan, lengkap sudah keluarga kalian.”Mendengar semua itu, Andini hanya senyum-senyum sendiri.“Aku enggak sabar, Ndin,” ucap Pras yang berdiri di sebelahnya. Kini mereka berdiri di halaman belakang, bersiap untuk membuka kotak besar di hadapan mereka.Kalau balon yang keluar dari kotak itu berwarna biru, maka jenis kelamin anak mereka la
last updateLast Updated : 2024-07-24
Read more

Kesetiaan

Tubuh Malinka terasa membeku saat mendengar ucapan Andreas tadi.“Maafkan aku, Malinka…” Andreas berujar lirih. Kepalanya tertunduk dalam.“Kamu pasti bohong kan?” Suara Malinka kini terdengar gemetar. “Kamu berkata begitu supaya aku meninggalkanmu, iya kan?”Andreas menggeleng lemah. “Aku berani bersumpah demi keluargaku bahwa selama ini aku berselingkuh di belakangmu, Malinka. Awalnya, aku memacarimu supaya aku bisa melupakan wanita itu, tapi ternyata hak itu enggak semudah membalikkan telapak tangan. Sampai akhirnya, aku kembali tidur dengannya saat kita pacaran. Dan sekarang dia…dia hamil anakku.”Perut Malinka seperti ditonjok sesuatu yang tajam. “Ke-kenapa kamu tega, Andreas? Kenapa?” Suara Malinka melemah. Rasanya dia ingin pingsan.“A-Aku benar-benar mencintai wanita itu…maafkan aku…”PLAK!Pupil mata Andreas melebar namun dia sadar dia pantas mendapat tamparan itu dari Malinka.Pipi Malinka memerah dengan bibir yang gemetar hebat. Sepertinya wanita itu benar-benar murka sekar
last updateLast Updated : 2024-07-24
Read more

Pertama Kali

Ujung pisau itu berkilat-kilat saat bersinggungan dengan cahaya lampu dari dapur.“Ma-Mas?” Napas Andini tersengal. Cepat-cepat dia menarik tubuhnya ke ujung sofa, menjauh dari Pras. Seketika dia merasa ketakutan, melihat suaminya yang nampak seperti algojo.“Sepertinya kamu kelelahan ya?” Pras menyeringai. “Aku sudah siapkan makan malam untukmu,” seringai di wajah Pras memudar dan ekspresinya kini melunak.“Makan malam?” Andini baru menyadari aroma menggoda yang berasal dari meja makan. “Kamu menyiapkan makan malam?”“Jangan kaget begitu dong,” Pras menurunkan pisau yang digunakannya untuk memotong daging. “Sesekali aku pernah menyiapkan bekal untuk anak-anak kita. Kamu enggak ingat?”Jantung Andini kembali berdetak normal. “Aturan kamu bangunin aku aja, Mas.”“Kamu terlihat sangat lelah. Aku enggak tega.”Andini turun dari sofa dan berjalan menuju meja makan yang terbuat dari kayu jati yang kokoh. Di luar langit begitu gelap tanpa bintang. Pohon-pohon yang tinggi itu menari-nari dit
last updateLast Updated : 2024-07-25
Read more
PREV
1
...
56789
...
13
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status