Kedua alis Jihan bertautan. “Kamu kenapa? Apa yang kamu lakukan untuk terakhir kalinya?”Jihan terlihat bingung, tidak bisa menangkap gumaman Andini tadi.Andini menggeleng. “Enggak bukan apa-apa kok,” sahutnya cepat. “Aku memang kelewatan semalam, tapi aku enggak sampai tidur dengan brondong itu.”“Hah, syukurlah. Kalau sampai terjadi apa-apa denganmu, aku yang merasa bersalah, Ndin,” Jihan mengurut dadanya lega.“Tapi…kamu bisa rahasiakan semua ini kan? Maksudku, waktu aku berciuman dengan brondong itu,” bisik Andini.“Tentu saja. Kamu enggak usah khawatir. Aku enggak akan memberi tahu Pras atau siapapun itu soal kejadian semalam,” Jihan berujar yakin. Namun Jihan masih menangkap raut wajah sahabatnya yang ragu, seolah ingin mengatakan sesuatu. “Ada masalah apa lagi, Ndin?”Andini menghela napas berat. Kedua matanya tertuju ke motif karpet rumahnya yang abstrak. “Sebenarnya, aku menyimpan satu rahasia kelam, Jihan. Bertahun-tahun aku memendamnya tapi sepertinya sekarang aku enggak t
Terakhir Diperbarui : 2024-07-10 Baca selengkapnya