Semua Bab JERAT HASRAT TETANGGA TAMPAN: Bab 51 - Bab 60

127 Bab

Terakhir Kali

Di sepanjang perjalanan pulang, kesunyian menyeruak.Andini maupun Andreas sama-sama tenggelam dalam pikiran masing-masing. Embusan AC mobil yang dingin membuat suasana semakin canggung.Dalam hati, Andini tidak ingin perjalanan ini berakhir. Dia ingin selamanya berada di sisi Andreas, walaupun hal itu agaknya mustahil.“Apa alasan yang bakal kamu utarakan pada suamimu?” Andreas akhirnya membuka percakapan saat mobilnya memasuki komplek perumahan mereka.“Pras lagi di luar negeri, sementara kedua anakku sedang menginap di rumah mertuaku,” balas Andini dengan parau.Dan, perjalanan itu usai. Mobil Andreas berhenti tepat di depan rumah Andini.“Sekali lagi, makasih ya, Andreas,” wanita itu jelas-jelas berusaha menyunggingkan senyumannya, yang akhirnya malah terlihat getir. “Ah…”Seketika tubuh Andini oleng saat turun dari mobil. Pandangannya mendadak berkunang-kunang.‘Mungkini darah rendah,’ pikir Andini sambil berpegangan di sisi pintu. Sementara itu, Andreas langsung bergegas keluar
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-08
Baca selengkapnya

Keinginan Ratih

“Happy birthday to you…Tiup lilinnya, Sayang,” titah Ratih pada putri kecilnya yang kini genap berusia empat tahun.Ratih dan Pras kembali tepuk tangan saat lilin yang ditiup Novia padam.Di sebuah restoran yang menyerupai kastil di dongeng-dongeng Disney, Pras merayakan ulang tahun Novia–anak hasil hubungan gelapnya dengan Ratih.“Makasih ya, Pa. Novia seneng banget!” Anak itu tersenyum manis sambil memamerkan dua gigi kelincinya.“Makasih Mas Pras,” Ratih menoleh senang. “Aku enggak nyangka kamu bakal mengajak kami liburan ke Hongkong, sekalian merayakan ultahnya Novia di Disneyland. Kupikir kamu bakal mengajak keluargamu…”“Yah, hitung-hitung ini sebagai penebusan rasa bersalahku karena jarang bertemu dengan Novia,” Pras melempar senyum pada Novia yang sedang melahap kue ulang tahunnya dengan riang. “Ah, tapi besok aku harus kembali ke hotelku. Kalian enggak masalah kan liburan di sini tanpa aku?”Rambut panjang Ratih bergerak pelan. “Enggak apa-apa, Mas. Aku tahu kamu sibuk.”Sete
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-09
Baca selengkapnya

Pengakuan Andini

Kedua alis Jihan bertautan. “Kamu kenapa? Apa yang kamu lakukan untuk terakhir kalinya?”Jihan terlihat bingung, tidak bisa menangkap gumaman Andini tadi.Andini menggeleng. “Enggak bukan apa-apa kok,” sahutnya cepat. “Aku memang kelewatan semalam, tapi aku enggak sampai tidur dengan brondong itu.”“Hah, syukurlah. Kalau sampai terjadi apa-apa denganmu, aku yang merasa bersalah, Ndin,” Jihan mengurut dadanya lega.“Tapi…kamu bisa rahasiakan semua ini kan? Maksudku, waktu aku berciuman dengan brondong itu,” bisik Andini.“Tentu saja. Kamu enggak usah khawatir. Aku enggak akan memberi tahu Pras atau siapapun itu soal kejadian semalam,” Jihan berujar yakin. Namun Jihan masih menangkap raut wajah sahabatnya yang ragu, seolah ingin mengatakan sesuatu. “Ada masalah apa lagi, Ndin?”Andini menghela napas berat. Kedua matanya tertuju ke motif karpet rumahnya yang abstrak. “Sebenarnya, aku menyimpan satu rahasia kelam, Jihan. Bertahun-tahun aku memendamnya tapi sepertinya sekarang aku enggak t
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-10
Baca selengkapnya

Sebuah Taktik

‘Ha-hamil?’ Tangan Andini gemetar hebat saat dia memegang test pack itu. ‘Aku memang berencana untuk punya anak lagi tapi…’“Argh!” Wanita itu memekik pelan, melempar test pack ke pinggir wastafel. Masalahnya bagaimana mungkin dia bisa hamil kalau sejak keberangkatan Pras ke Hongkong sampai suaminya itu kembali pulang, mereka belum berhubungan suami-istri sama sekali?Andini mulai memutar kembali ingatannya. ‘Tidak mungkin…’Saat dia berhubungan dengan Andreas untuk yang terakhir kalinya, dia baru ingat sekarang kalau waktu itu IUD-nya sudah dilepas. Jantung Andini kembali berdebar-debar. Ini adalah sepuluh menit paling menegangkan dalam hidupnya. Begitu Andini membuka kedua kelopak matanya, dia melihat dua garis yang muncul dengan jelas. Kakinya melemas. Tubuhnya pun ambruk ke atas lantai kamar mandi yang dingin. Kepala wanita itu terbenam ke dalam lututnya. Pundaknya berguncang pelan dan air matanya mengalir.*“Selamat, Bu. Kehamilan Anda sudah menginjak minggu kelima.”Perkataan
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-10
Baca selengkapnya

Kehamilan Andini

“Aku hamil,” Andini menyerahkan test pack ke hadapan Pras.Pras mendongak dari layar tabletnya. Sontak matanya membulat tidak percaya. “Benarkah?” Pras langsung menyambar test pack itu. Dilihatnya dua garis biru yang begitu jelas. “Kalau begitu kita ke dokter sekarang!”“Aku sudah ke dokter, Mas,” sahut Andini yang membuat bokong Pras kembali menyentuh bantalan kursi putar di ruang kerja di rumahnya.“Lho kenapa enggak aja aku sekalian sih?” gerutu Pras.‘Karena aku sudah hamil enam minggu!’ batin Andini. “Kamu kan sibuk terus, Mas. Lagian aku harus cepat-cepat memastikan apakah aku hamil atau tidak,” Andini beralasan.“Sudah berapa minggu kehamilannya?”“Baru tiga minggu,” tukas Andini.Pras nampak memikirkan sesuatu. “Hm, berarti manjur juga ya permainan kita di ruang kantorku waktu itu?”“Kubilang juga apa. Yah, sekarang kita hanya bisa berharap janin ini perempuan, seperti keinginanmu, Mas,” Andini memutar tubuhnya.“Ndin,” sergah Pras saat istrinya itu berada di ambang pintu. “Bi
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-11
Baca selengkapnya

Pengakuan Andini (2)

Hari ini, Andini menghadiri pentas drama kelasnya Evan. Dia sudah menenggak berbagai macam vitamin untuk menguatkan dirinya. Di semester pertama kehamilannya kali ini ternyata cukup melelahkan juga.“Bisa jadi karena faktor umur,” begitu kata dokternya Andini.Sambil melangkah pelan, Andini berjalan menuju gerbang sekolah putranya. Namun sekelebat bayangan menghadang Andini.Mata Andini membelalak. “A-Andreas?!” Dia memekik pelan. Secepat kilat Andreas menyambar lengan Andini dan menariknya ke samping tembok.“Jelaskan padaku,” desis Andreas.Leher Andini melirik kesana kemari, takut ada orangtua murid yang memergoki mereka. “Kamu sudah gila, Andreas. Ini sekolah anak-anakku!”“Jelaskan, Andini,” desak Andreas lagi. Pria itu berjalan mendekat, menyudutkan Andini ke permukaan tembok pembatas.“Apa yang harus kujelaskan, hah?”“Bayi itu,” Mata Andreas melirik ke perut Andini. “Dia anakku kan?”Andini menelan ludahnya dalam-dalam. “Bagaimana mungkin ini anakmu?”“Kamu keceplosan, aku ta
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-11
Baca selengkapnya

Menyimpan Rahasia

Di luar, hujan mengguyur dengan deras. Kilatan petir yang menyambar menambah suasana semakin mencekam.Sementara itu, Jihan masih tercengang dengan pengakuan Andini.“E-enggak mungkin.” Jihan berusaha mengelak pengakuan mengejutkan itu. “Jadi, waktu aku bilang naksir Andreas, kamu cemburu?”Andini mengangguk pelan. “Tapi aku enggak bisa berbuat apa-apa. Toh aku juga tahu kalau Andreas enggak mungkin membalas cintamu.”‘Sial,’ batin Jihan. “Tapi ini gila, Ndin! Sejak kapan kamu selingkuh dengan brondong itu?!”Kedua bahu Andini perlahan turun ke bawah. Dia pun mulai menceritakan semuanya dari awal. Bibir Andini terkadang bergetar dan matanya menggenang.Dia merasa bersalah, tapi di satu sisi dia tidak bisa lepas dari jeratan Andreas.“Andreas sangat mirip dengan Adrian, mantanku yang tewas bunuh diri. Saat brondong itu muncul pertama kali di hadapanku, aku bahkan mengira kalau dia reinkarnasinya Adrian.”“Lalu apa yang akan kamu lakukan? Kamu enggak bisa berbohong sepanjang hidupmu, Nd
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-12
Baca selengkapnya

Bukti

Berkali-kali, Pras mengerjapkan matanya yang berair. Dia menguap lebar seraya duduk di kafetaria rumah sakit.Sinar matahari siang yang terik, menerobos jendela kaca kafetaria yang besar. Untungnya, AC di kafetaria ini cukup dingin.“Aku senang, akhirnya Mas bersedia datang menjenguk Novia,” Ratih duduk di seberangnya seraya menjulurkan sekaleng kopi dingin dan sandwich daging. “Bagaimanapun juga dia anakku,” Pras lalu menenggak kopi itu. Perjalanan bus malam membuat otot-ototnya pegal sehingga dia tidak bisa tidur nyenyak.“Mas lihat sendiri kan, kehadiran Mas begitu berarti untuk Novia. Dia senang benget waktu melihat Mas Pras. Dan hasil darahnya siang ini menunjukkan bahwa trombositnya naik. Yah, walau belum sampai batas normal,” terang Ratih.Pras manggut-manggut. “Baguslah, Tih.”Lantas, Ratih meraih satu tangan Pras dan menggenggamnya erat. “Maafin aku ya, Mas. Sebenarnya selama beberapa minggu ini aku kesal sama Mas Pras. Jadi, aku pulang ke rumah orangtuaku dan mengabaikan se
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-13
Baca selengkapnya

Pengakuan Pras

Pras duduk dengan lunglai di sofa kecil itu. Perutnya nampak naik turun seiring dengan embusan napasnya yang berat.Sementara itu, Ratih duduk di samping Pras, memandangi pria itu dengan miris. “Mas yakin istri Mas selingkuh?”“Iya. Dia perempuan jalang…aku sudah berkorban banyak untuknya tapi dia tega mengkhianatiku…” suara Pras tercekat.‘Kita juga selingkuh, Mas. Kalian saling mengkhianati satu sama lain,’ batin Ratih.“Kalau begitu, ceraikan saja dia,” tandas Ratih. “Dengan begitu, kita bisa mendaftarkan pernikahan siri kita ke negara.” Ratih menjaga intonasi suaranya agar tidak terdengar terlalu bersemangat.“Tidak. Aku enggak mau melepaskan perempuan sialan itu.”Ratih mendengus heran. “Sebegitu istimewanya kah Andini di mata Mas Pras?”“Iya, dia cinta pertamaku, dia…dia segalanya bagiku. Aku bahkan rela melakukan apa saja untuk mendapatkan cintanya. Cinta Andini-ku…”Mendengar hal itu, kepala Ratih terasa panas. “Tapi dia berkhianat. Lepaskan saja, Mas. Ada aku dan Novia. Kita
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-14
Baca selengkapnya

Kunjungan ke Dokter Kandungan

Andini nampak sedikit gugup begitu membaringkan tubuhnya di atas ranjang. Pras yang duduk di sampingnya malah terlihat sumringah. Ini kali pertama dia mengantar Andini ke dokter sejak wanita itu dinyatakan hamil anak ketiga.Gel dingin membalur di atas perutnya yang mulai buncit. Alat USG itu pun bergerak di atas permukaan perutnya. Mata Pras tidak berkedip menatap layar yang menggantung di depannya.“Tu-tunggu,” Pras memicingkan matanya. “Kenapa ditulisnya delapan minggu?” Pras melihat keterangan soal kehamilan Andini di ujung layar.Dokter itu tersenyum. “Karena memang sudah delapan minggu, Pak.”Kening Pras mengernyit. Jari-jari tangannya bergerak, menghitung sesuatu. Lantas, matanya melirik ke arah Andini yang terlihat pucat.“Kamu bilang waktu itu usia kandungannya baru tiga minggu,” tukas Pras saat mereka sudah berada di mobil dalam perjalanan pulang. “Kalau begitu seharusnya, kandunganmu minggu ini menginjak minggu kelima.”Andini menelan ludahnya dalam-dalam. “Aku…salah perhit
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-15
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
45678
...
13
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status