Share

Truth or Dare

Penulis: Poepoe
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Pras menyalakan korek api dan menyulut sumbu lilin yang sengaja ditaruh di tengah meja makan.

Api itu bergoyang-goyang ditiup angin malam yang menyusup masuk lewat celah-celah dinding kayu.

Malam ini lebih dingin dari semalam. Hangatnya api di perapian bahkan tidak sampai ke ruang makan. Andini pun merapatkan kardigan tebalnya.

Sepiring steak dengan bayam dihidangkan Pras untuk istrinya.

“Minumlah. Aku tahu kamu pasti kedinginan,” Pras menyodorkan segelas wedang jahe yang uapnya masih mengepul.

“Makasih, Mas,” balas Andini, segera menenggak wedang jahe itu. Rasanya sedikit pahit tapi langsung menghangatkan tubuhnya dari dalam.

Pras kembali sibuk di dapur. Kali ini dia sedang menghias piring steak untuknya.

Seharian, Andini hanya bersantai menonton televisi berlangganan dan bermain dengan ponselnya. Sementara Pras banyak menghabiskan waktu di luar. Dia membeli bahan-bahan untuk makan malam romantis kali ini.

“Kamu di sini saja. Jalanan ke tengah kota hanya akan membuatmu pusing, Ndin,”
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • JERAT HASRAT TETANGGA TAMPAN   Membongkar Rahasia

    Andini mematung. Di hadapannya Pras melempar tatapan tajam.Di luar, gemuruh hujan yang semakin lebat diiringi dengan petir yang menyambar, membuat suasana semakin mencekam.“A-Apa maksudmu, Mas? Selingkuh?” Suara yang keluar dari tenggorokan Andini terdengar begitu parau. Sementara itu perutnya melilit seolah ada menonjok-nonjok dari dalam.“Jangan pura-pura lugu, wanita jalang,” Pras menukas dingin. Dia kembali menenggak wine di gelasnya hingga habis. “Aku punya bukti perselingkuhanmu dengan si brengsek Andreas.”“Ugh…” Tubuh Andini condong ke depan. Dia benar-benar tidak tahan lagi. Perutnya begitu sakit! “Pe-Perutku…”“Halah, jangan bersandiwara. Sekarang, jawab pertanyaanku,” Pras bangkit. Dia bergerak ke arah istrinya yang merintih sambil memegangi perutnya.“A-Aku enggak selingkuh, Mas…Percaya padaku…Argh…” Napas Andini tersekat-sekat. Tubuhnya kini menggigil dan keringat dingin mengalir dari pelipisnya.Pras menjulang di sampingnya, tersenyum sinis menatap Andini yang kesakita

  • JERAT HASRAT TETANGGA TAMPAN   Perlawanan Andini

    “Hah! Sial!” Pras menyugar rambutnya. Sedari tadi dia mondar-mandir di ruang tengah, sementara Andini tergeletak di bawah sana.Dia tidak tahu harus berbuat apa, bahkan dia tidak tahu apakah Andini masih hidup atau sudah mati.“Ndin, bangun!” Pras bersimpuh di samping istrinya. Jemari Pras meraba pergelangan tangan Andini, berusaha merasakan denyut nadinya. “Ndin? Aku tahu kamu masih hidup kan?” Denyut nadi Andini berdetak-detak, namun terasa lemah.Akhirnya, Pras menarik tubuh Andini ke arah pintu. Jejak darah segar menyeret panjang. Bau amis pun menyerbak yang membuat Pras mual.Dia tidak menyangka kalau efek obat itu bakal sedahsyat ini. “Astaga…apa yang harus kulakukan?” Pikir Pras, melongok ke luar jendela. Hujan mengguyur lebat. Pasti jalanan turun ke bawah sangat licin dan berbahaya.Namun, dia tidak punya pilihan lain. Dia harus membawa Andini ke rumah sakit. Untuk alasannya dia bisa pikirkan nanti. Pokoknya, dia harus menyelamatkan Andini! Dia sudah mendapatkan Andini dengan

  • JERAT HASRAT TETANGGA TAMPAN   Hadiah Istimewa

    PRANG!Suara itu sontak membangunkan Andini dari tidurnya. Dadanya berdebar-debar hebat saat akhirnya dia kembali ke dunia nyata.Napasnya menderu cepat seakan dia habis berlari marathon puluhan kilo.“Astaga…” gumam Andini sambil mengelus perutnya. Mimpi itu benar-benar buruk dan anehnya terasa begitu nyata.Bulu kuduk Andini meremang, membayangkan ekspresi Pras yang hendak membunuhnya di mimpi itu.Cepat-cepat Andini turun dari ranjang. Saat menoleh ke arah jendela kabut tebal mulai turun dan hari mulai gelap. Sepertinya dia tertidur terlalu lama.“Apa yang jatuh, Mas?” Tanya Andini di meja makan.Pras nampak sibuk berjalan kesana-kemari dari depan kompor ke bak cuci piring.“Tutup panci,” balas Pras. Andini memperhatikan beberapa bahan makanan yang ada di dekat bak cucian. “Kamu mau buat apa sih? Sini, biar kubantu.”“Enggak usah,” Pras menoleh dan tersenyum ke arahnya. Andini terdiam. Dia merasa Pras tersenyum sinis padanya. “Sebaiknya kamu istirahat saja. Makan malam biar jadi u

  • JERAT HASRAT TETANGGA TAMPAN   Kejutan!

    Butiran air hujan menerpa permukaan jendela disertai dengan angin yang berembus kencang.Ekspresi Andini masih terlihat heran dengan hadiah sebuah flashdisk dari suaminya. “Flashdisk ini, Mas? Untuk apa?” Tanya Andini lagi, jemarinya berputar-putar memainkan flashdisk itu.“Sepertinya kamu kecewa,” tandas Pras.“Bukan, aku hanya penasaran,” balas Andini.“Kalau kamu penasaran, sebaiknya kamu cek saja isi flashdisk itu,” saran Pras.“Ya sudah, nanti aku cek kalau kita sudah sampai di rumah. Kurasa ini kumpulan foto-foto keluarga kita kan?” Andini menerka-nerka.“Enggak perlu. Kamu bisa mengecek isinya sekarang juga,” Pras bergegas ke kamar, mengambil laptopnya. Rasa penasaran Andini semakin menjadi, karena dia tahu Pras sudah menyiapkan kejutan ini. Apa jangan-jangan isinya salinan tiket pesawat ke Maldives, atau mungkin voucher digital dari brand ternama? Pikir Andini.Namun, keningnya langsung mengernyit, melihat isi flashdisk itu.“Video?” gumam Andini. “Ini enggak salah kan, Mas?

  • JERAT HASRAT TETANGGA TAMPAN   Rencana Jahat Pras

    Andini otomatis membungkukkan tubuhnya ke depan, demi melindungi perutnya.Untungnya ayunan kaki Pras berhenti tepat di punggung Andini.‘Tidak. Bukan ini rencanaku!’ Batin Pras seketika. Dia tidak mau mengotori tangannya demi membunuh anak itu.Punggung Andini berguncang hebat, pertanda wanita itu sedang menangis dari balik wajahnya yang terbenam.“Aaa!” Andini meringis begitu Pras menarik rambutnya.“Jangan membohongi diriku lagi, Ndin,” Pras mendesis tajam. Bola matanya melotot seakan hampir keluar dari rongganya. “Aku juga tahu kalau kamu mengelabui usia kandunganmu. Jangan anggap aku sebagai pria bodoh.”“Sa-Sakit, Mas…” Andini merintih.“Kamu tahu, aku menamakan anak sialan itu dengan Deava yang artinya roh iblis, sama seperti kelakuanmu!” Tarikan tangan Pras semakin kencang. Andini merasa kulit kepalanya hampir copot. “Ba-Baiklah…dia…dia memang bukan anakmu, Mas.” Andini menyerah. Sepintar apapun dia menyembunyikan bangkai, toh akhirnya akan ketahuan juga.Pras mendengus, melo

  • JERAT HASRAT TETANGGA TAMPAN   Penyesalan

    Pras mendesah panjang sambil menyugar rambutnya.Dihadapannya, Andini terkulai tidak sadarkan diri. Helaian rambut istrinya itu menjuntai ke depan, menutupi sebagian wajah Andini.‘Dia mirip seperti mayat hidup,’ pikir Pras. Sontak Pras menempelkan telunjuknya di bawah hidung Andini. Pras menghela lega. Istrinya masih bernapas. Sekarang yang harus dia lakukan adalah menggotong istrinya ke mobil dan membawanya ke dukun beranak.Namun, di luar sepertinya terjadi badai. Angin bertiup kencang dengan suara derai hujan yang menghantam atap kayu dengan keras. Kilatan petir juga menyambar setiap menitnya.Tapi Pras tidak punya pilihan lain. Andini harus dibawa ke dukun beranak itu malam ini juga. Mereka tidak bisa berlama-lama tinggal di villa ini. Besok mereka harus kembali ke rumah.“Hap!” Dengan sekali gerakan, Pras memapah tubuh Andini, menyeretnya ke mobil.Terpaan hujan langsung membasahi tubuh mereka berdua. Pras sudah tidak peduli dengan tubuhnya yang basah kuyup.Setelah Andini aman

  • JERAT HASRAT TETANGGA TAMPAN   Kesempatan Kedua

    Semilir angin berembus, menyapu pipi Andini. Kelopak matanya membuka pelan. Sinar matahari yang hangat dari atas sana membuat matanya menyipit.Perempuan itu pun bangkit, mendapati dirinya yang berada di sebuah padang rumput yang luas dan hijau.Dada Andini mengembang, menghirup udara yang segar. Rok panjangnya yang berumbai, bergerak-gerak tertiup angin.Tapi di mana dirinya? Dia bahkan tidak ingat kenapa dia bisa berakhir di sini.Tanpa Andini sadari, dari belakang punggungnya, ada bayangan hitam yang mendekat. Tepukan pelan di pundak Andini membuat wanita itu menoleh.Pandangan mereka lantas beradu.Mulut Andini menganga lebar. “A-Adrian???”Dia masih ingat betul wajah pria itu. Kedua matanya yang indah, hidungnya yang mancung serta rambutnya yang ikal.Adrian tidak menua. Senyumnya membingkai lebar sehingga lesung pipinya nampak.“Lama tidak bertemu,” ucap Adrian.Dada Andini sesak karena serangan rindu yang mendadak. Dia bahkan sudah lupa dengan suara Adrian. Tapi kini suara itu

  • JERAT HASRAT TETANGGA TAMPAN   Permainan Pras

    Dada Andini naik-turun dengan cepat. Dia mencengkram tangan ibunya seiring dengan pelipisnya yang tiba-tiba berkeringat.‘Di-Dia masih hidup!’ Andini memekik kaget. Padahal dia berharap Pras tewas dalam kecelakaan itu.Kursi roda itu mendekat ke pinggir ranjang. Wajah Pras nampak pucat dengan bekas luka yang terlihat samar. Pras mengenakan gaun rumah sakit yang sama dengan dirinya.“Andini…” Pras berujar lirih. “Aku bersyukur kamu akhirnya sadar, Sayang.”Andini melayangkan tatapan tajam ke suaminya. Bibirnya gemetar karena amarah sampai-sampai Andini sulit untuk bicara.Dia ingin mencakar pria brengsek itu!“Ini sebuah keajaiban,” sergah ibunya Andini, memandangi Pras dan putrinya bergantian. “Kalian berdua selamat dari kecelakaan nahas itu. Pras sempat tidak sadarkan diri dan koma selama sehari.”Tangan Pras menjulur, menggapai telapak tangan Andini yang dingin.Saat kulit mereka bersentuhan, Andini bisa merasakan kebencian yang mengalir ke sekujur tubuhnya. Dia benci suaminya!“Ba-

Bab terbaru

  • JERAT HASRAT TETANGGA TAMPAN   Rahasia Selamanya (END)

    “Mas Pras?!”“Ratih?!” Pras melonjak kaget ketika melihat sosok Ratih yang muncul dari balik pundaknya. “Se-sedang apa kamu di sini?!”Pandangan Ratih melirik sekilas ke arah Andini serta Andreas yang tertawan di tengah pondok. Matanya terbelalak kaget. Apalagi Ratih bisa mencium bau bensin yang menyengat.“Mas, jangan bertindak gila. Ayo, kita pulang sekarang,” Ratih bergerak mendekat, memandang Pras dengan memohon. Kedua tangan dingin wanita itu meraih tangan Pras.Namun Pras langsung menepisnya. “Pulang? Sudah kubilang, aku akan menghabisi mereka dulu, Tih. Setelah itu, baru kita bisa berbahagia.”“Tidak, Mas,” sergah Ratih cepat, menghalau gerakan tangan Pras yang hendak menyalakan korek. “A-Aku enggak ingin memiliki suami seorang pembunuh. Lagian, kita juga salah.”“Halah, persetan! Jangan ikut campur urusanku atau aku akan membunuhmu juga,” Pras memicingkan matanya yang sontak membuat Ratih bergidik ngeri.“Aku mencintaimu, Mas…sungguh…jadi, tolong jangan lakukan ini. Lepaskan me

  • JERAT HASRAT TETANGGA TAMPAN   Terperangkap

    Telinga Andreas berdengung begitu keras saat dia kembali mendapatkan kesadarannya. Penglihatannya yang kabur kini berangsur pulih.“A-Andini?” Pria itu menoleh dan mendapati Andini yang tergolek lemah di sampingnya. Andreas berusaha menggerak-gerakkan bagian-bagian tubuhnya yang terikat erat. “Andini?” bisiknya lagi.Kedua kelopak mata wanita itu perlahan membuka. Ada sedikit kelegaan di hati Andreas melihat Andini yang menggeliat pelan.“Andreas!” Wanita itu terkesiap lemah. “Syukurlah…kamu masih hidup. Dia akan membunuh kita…”“Tidak. Kita akan keluar dari sini,” Andreas berusaha meyakinkan Andini, walau dia sendiri sebenarnya sangsi.Mata Andreas menjelajahi pondok tempat mereka disekap. Dari jendela itu, terlihat hari sudah malam. Embusan angin kencang membawa dedaunan yang jatuh menghantam permukaan jendela.Tubuh Andreas terikat erat di kursi kayu. Usahanya melonggarkan ikatan di kaki dan kedua tangannya sepertinya gagal.Di dekatnya tidak ada alat-alat tajam yang bisa dia raih.

  • JERAT HASRAT TETANGGA TAMPAN   Jebakan Pras

    Andini mengerang pelan. Begitu kedua kelopak matanya membuka, perlahan dia mendapati penglihatannya kembali. Kepalanya terasa begitu sakit, seperti ada ribuan paku yang memukul dari dalam.“Ugh…” Dia coba menggerak-gerakkan tubuhnya yang diikat dengan tali di atas kursi kayu. Namun, sekuat apapun usahanya, ikatan yang melilit di sekujur tubuhnya itu sangat kuat.Napas Andini terengah. Udara dingin masuk melalui celah-celah kayu. Dia memandangi sekitar, begitu senyap dengan perabotan-perabotan usang. Lampu bohlam kuning memendar, mengedarkan cahaya temaram.“Tolong! Tolong!” Andini berusaha berteriak, walau suara yang keluar dari mulutnya terdengar lemah. Seketika pintu dihadapannya berderit terbuka. Napas Andini tertahan. Jantungnya kembali berdebar kencang begitu sosok Pras muncul di depannya.Pras mengendus keras, sambil menyipitkan matanya ke arah Andini. Tawanya berderai, memantul ke setiap sudut ruangan di pondok kayu yang kecil ini.“Andini…” Pras berkacak pinggang, menatap bol

  • JERAT HASRAT TETANGGA TAMPAN   Calon Pengantin yang Menghilang

    Andreas menyusuri selasar kamar hotel dengan jantung yang berdegup lebih cepat dari biasanya. Wajar pria itu gugup karena sebentar lagi dia akan bertemu dengan calon istrinya, lalu menuntunnya hingga ke tempat acara dan pada akhirnya hubungan mereka disahkan di mata negara.Membayangkannya saja sudah membuat perut Andreas bergejolak. Dia tidak menyangka hubungannya dengan Andini akan berakhir manis seperti ini.Andreas menekan bel kamar Andini, setelah menghela napas pendek. Sesekali dia membenarkan posisi dasi kupu-kupunya serta jas yang dikenakannya.Namun, Andini belum juga membukakan pintu untuknya. Setelah menekan bel yang terakhir dan pintu tetap bergeming, tangan Andreas menarik turun gagang pintu kamar. Dahinya mengernyit karena ternyata kamar itu tidak terkunci.“Ndin?” Andreas mendorong pintu perlahan. “Sayang?” Andreas mengetuk pintu kamar mandi, tapi tidak ada jawaban.Dia lantas melempar pandangannya ke sekitar kamar. Mata Andreas pun tertuju ke ponsel Andini yang ada di

  • JERAT HASRAT TETANGGA TAMPAN   Bayang-Bayang Pras

    “Argh…” Andini merintih begitu tubuhnya menghantam lantai kamarnya yang keras dan dingin. Napasnya menderu dengan kencang disertai dengan jantungnya yang berdetak begitu cepat.Andini beringsut, menyandarkan dirinya di pinggiran ranjang. Tangannya langsung meraba lehernya. “Astaga, semuanya terasa begitu nyata…” pikir Andini. Pras hadir dalam mimpinya, berusaha mencekiknya dan menyeretnya ke dalam neraka. Benar-benar mimpi yang buruk.Petir kembali menggelegar di luar sana. Andini bergidik dan seketika lampu kamarnya padam. Mimpi buruk itu belum sirna dari benaknya dan sekarang dia malah dikungkung kegelapan.Seketika, ketakutan merayapi dirinya. “Tidak,” Andini menggeleng. “Tidak mungkin pria itu muncul. Dia sudah mati. Lagian itu cuma mimpi.” Lantas, Andini mengambil ponselnya yang ada di atas nakas. Cepat-cepat dia menyalakan senter lalu bangkit. Dia melangkah sedikit tertatih, mengecek keadaan Eva yang tidur di boks bayi. Bayi itu terlelap dengan damai.Saat Andini menyibakkan t

  • JERAT HASRAT TETANGGA TAMPAN   Menghitung Hari

    Senja perlahan menelan langit biru, menggantinya dengan semburat jingga yang menyerbak di atas sana. Angin sore yang sepoi-sepoi menyapu dahi Andini, menggerakkan helaian poninya.Sambil mendesah pelan, Andini menatap rumah tingkat dua di hadapannya. Rumah yang sudah ditempatinya selama sepuluh tahun, yang banyak memberinya kenangan indah maupun buruk.Truk pengangkut barang yang terakhir belum lama pergi. Sekarang giliran dirinya serta ketiga anaknya yang akan meninggalkan rumah ini.Pandangan Andini beralih ke spanduk yang terbentang di depan pagar rumahnya. Tulisan ‘Dikontrakan’ terpampang jelas.Akhirnya, Andini memutuskan untuk keluar dari rumah itu dan mengontrak untuk sementara waktu, sebelum akhirnya pindah ke Bali tahun depan.Andreas tidak ingin menempati rumah yang dibeli oleh Pras, begitupula Andini. Lagi pula, itu adalah rumah anak-anaknya.“Yuk,” Andreas menepuk pundak Andini. “Sudah sore, kita masih harus merapikan barang-barang di rumah baru.”Andini mengangguk, mening

  • JERAT HASRAT TETANGGA TAMPAN   Ini Bukan Mimpi

    Ratih dihantam syok yang luar biasa sehingga membuat wanita itu pingsan selama beberapa saat.Seketika Ratih mengerang, membuka kedua kelopak matanya. Dadanya masih berdebar begitu melihat Pras yang ada di samping ranjang.“Ma-Mas Pras?” Dirinya masih belum bisa mencerna semua ini. Bagaimana bisa Pras hidup kembali? Jelas-jelas dia dinyatakan tewas dalam kecelakaan pesawat tempo lalu.“Akhirnya kamu sadar juga,” raut wajah Pras terlihat sedikit cemas. “Tenang, Tih. Aku bukan hantu.”Ratih beringsut, menyandarkan punggungnya di sandaran ranjang. “Ta-tapi, bagaimana bisa? Mas Pras sudah mati…”Pras mendengus. “Kenyataannya aku masih hidup.”Ratih menjulurkan tangannya, meraba lengan Pras yang kini lebih berotot. “Astaga, jadi ini bukan mimpi?”Pras bangkit dari kursinya. Dia berjalan ke arah jendela, memandangi langit biru yang membentang di luar.“Selama ini, aku memalsukan kematianku,” tandas Pras.“Tapi, untuk apa, Mas?” Ratih terdengar penasaran.Kedua tangan Pras tenggelam di saku

  • JERAT HASRAT TETANGGA TAMPAN   Aku Kembali

    Tubuh Ratih seakan membeku. Degupan jantungnya kini berdebar begitu hebat.‘Tidak. Ini enggak mungkin! Mas Pras sudah tewas dalam kecelakaan pesawat itu!’ Pekik Ratih dalam hati.Namun, sebesar apapun usahanya untuk mengindahkan pikiran itu, tetap saja Pras berdiri di depannya, dengan tubuh yang jauh berbeda seperti sebelumnya.Otot-otot tangan Pras menonjol dengan dada yang lebar.“Hai, Ratih,” Suara itu jelas suara Pras. Dia tidak meragukannya sedikit pun! Mata Ratih mengerjap cepat, berharap semua ini mimpi.Namun, wangi aroma bunga yang menyebar di tokonya terasa begitu nyata. Bayangan Pras yang mendekat pun juga nyata.Tubuh Ratih gemetar hebat dan sentuhan tangan besar di bahunya semakin menekankan bahwa Pras belum mati. Tapi bagaimana mungkin?!“Ma-Mas Pras?” Suara Ratih terdengar parau kali ini. Bola mata Pras menatapnya tajam. “Kenapa kamu terlihat begitu ketakutan, hah? Aku bukan hantu.”“Ta-Tapi…bu-bukanya Mas…”“Tewas dalam kecelakaan pesawat itu?” Pras melanjutkan kalima

  • JERAT HASRAT TETANGGA TAMPAN   Dari Hati ke Hati

    “Tinggalkan putraku,” ucap Brenda saat mereka duduk berhadapan di ruang tengah.Kedua bola mata Andini langsung membelalak lebar. “A-Apa?” Bibirnya bergetar dengan pernyataan Brenda yang bagai petir di siang bolong itu.Brenda menghela napas pelan, seiring dengan kedua bahunya yang merosot. “Itu mungkin ucapan dari orangtua yang egois,” tukas Brenda lagi. “Tapi aku bukan tipe orangtua yang egois, Andini.”Kedua alis Andini bertautan. Dia masih belum menangkap maksud ucapan Brenda.“Aku enggak mungkin menyuruh Andreas untuk meninggalkanmu. Aku tahu, dari tatapan dia melihat dirimu, Andreas pasti sangat mencintaimu,” pandangan Brenda beralih ke Andini yang masih nampak tegang.Brenda lantas menggeleng. “Tidak, aku enggak akan menyuruhmu untuk meninggalkan putraku. Dan soal perbincangan semalam…”“Maafkan aku,” sela Andini cepat. “Enggak seharusnya aku mencuri dengar percakapan kalian. Aku tahu aku kelewatan, Tante.”Brenda bersedekap. “Semalam kami agak dipengaruhi alkohol. Jadi, perasa

DMCA.com Protection Status