Pras menyalakan korek api dan menyulut sumbu lilin yang sengaja ditaruh di tengah meja makan.Api itu bergoyang-goyang ditiup angin malam yang menyusup masuk lewat celah-celah dinding kayu.Malam ini lebih dingin dari semalam. Hangatnya api di perapian bahkan tidak sampai ke ruang makan. Andini pun merapatkan kardigan tebalnya.Sepiring steak dengan bayam dihidangkan Pras untuk istrinya.โMinumlah. Aku tahu kamu pasti kedinginan,โ Pras menyodorkan segelas wedang jahe yang uapnya masih mengepul.โMakasih, Mas,โ balas Andini, segera menenggak wedang jahe itu. Rasanya sedikit pahit tapi langsung menghangatkan tubuhnya dari dalam.Pras kembali sibuk di dapur. Kali ini dia sedang menghias piring steak untuknya.Seharian, Andini hanya bersantai menonton televisi berlangganan dan bermain dengan ponselnya. Sementara Pras banyak menghabiskan waktu di luar. Dia membeli bahan-bahan untuk makan malam romantis kali ini.โKamu di sini saja. Jalanan ke tengah kota hanya akan membuatmu pusing, Ndin,โ
Andini mematung. Di hadapannya Pras melempar tatapan tajam.Di luar, gemuruh hujan yang semakin lebat diiringi dengan petir yang menyambar, membuat suasana semakin mencekam.โA-Apa maksudmu, Mas? Selingkuh?โ Suara yang keluar dari tenggorokan Andini terdengar begitu parau. Sementara itu perutnya melilit seolah ada menonjok-nonjok dari dalam.โJangan pura-pura lugu, wanita jalang,โ Pras menukas dingin. Dia kembali menenggak wine di gelasnya hingga habis. โAku punya bukti perselingkuhanmu dengan si brengsek Andreas.โโUghโฆโ Tubuh Andini condong ke depan. Dia benar-benar tidak tahan lagi. Perutnya begitu sakit! โPe-PerutkuโฆโโHalah, jangan bersandiwara. Sekarang, jawab pertanyaanku,โ Pras bangkit. Dia bergerak ke arah istrinya yang merintih sambil memegangi perutnya.โA-Aku enggak selingkuh, MasโฆPercaya padakuโฆArghโฆโ Napas Andini tersekat-sekat. Tubuhnya kini menggigil dan keringat dingin mengalir dari pelipisnya.Pras menjulang di sampingnya, tersenyum sinis menatap Andini yang kesakita
โHah! Sial!โ Pras menyugar rambutnya. Sedari tadi dia mondar-mandir di ruang tengah, sementara Andini tergeletak di bawah sana.Dia tidak tahu harus berbuat apa, bahkan dia tidak tahu apakah Andini masih hidup atau sudah mati.โNdin, bangun!โ Pras bersimpuh di samping istrinya. Jemari Pras meraba pergelangan tangan Andini, berusaha merasakan denyut nadinya. โNdin? Aku tahu kamu masih hidup kan?โ Denyut nadi Andini berdetak-detak, namun terasa lemah.Akhirnya, Pras menarik tubuh Andini ke arah pintu. Jejak darah segar menyeret panjang. Bau amis pun menyerbak yang membuat Pras mual.Dia tidak menyangka kalau efek obat itu bakal sedahsyat ini. โAstagaโฆapa yang harus kulakukan?โ Pikir Pras, melongok ke luar jendela. Hujan mengguyur lebat. Pasti jalanan turun ke bawah sangat licin dan berbahaya.Namun, dia tidak punya pilihan lain. Dia harus membawa Andini ke rumah sakit. Untuk alasannya dia bisa pikirkan nanti. Pokoknya, dia harus menyelamatkan Andini! Dia sudah mendapatkan Andini dengan
PRANG!Suara itu sontak membangunkan Andini dari tidurnya. Dadanya berdebar-debar hebat saat akhirnya dia kembali ke dunia nyata.Napasnya menderu cepat seakan dia habis berlari marathon puluhan kilo.โAstagaโฆโ gumam Andini sambil mengelus perutnya. Mimpi itu benar-benar buruk dan anehnya terasa begitu nyata.Bulu kuduk Andini meremang, membayangkan ekspresi Pras yang hendak membunuhnya di mimpi itu.Cepat-cepat Andini turun dari ranjang. Saat menoleh ke arah jendela kabut tebal mulai turun dan hari mulai gelap. Sepertinya dia tertidur terlalu lama.โApa yang jatuh, Mas?โ Tanya Andini di meja makan.Pras nampak sibuk berjalan kesana-kemari dari depan kompor ke bak cuci piring.โTutup panci,โ balas Pras. Andini memperhatikan beberapa bahan makanan yang ada di dekat bak cucian. โKamu mau buat apa sih? Sini, biar kubantu.โโEnggak usah,โ Pras menoleh dan tersenyum ke arahnya. Andini terdiam. Dia merasa Pras tersenyum sinis padanya. โSebaiknya kamu istirahat saja. Makan malam biar jadi u
Butiran air hujan menerpa permukaan jendela disertai dengan angin yang berembus kencang.Ekspresi Andini masih terlihat heran dengan hadiah sebuah flashdisk dari suaminya. โFlashdisk ini, Mas? Untuk apa?โ Tanya Andini lagi, jemarinya berputar-putar memainkan flashdisk itu.โSepertinya kamu kecewa,โ tandas Pras.โBukan, aku hanya penasaran,โ balas Andini.โKalau kamu penasaran, sebaiknya kamu cek saja isi flashdisk itu,โ saran Pras.โYa sudah, nanti aku cek kalau kita sudah sampai di rumah. Kurasa ini kumpulan foto-foto keluarga kita kan?โ Andini menerka-nerka.โEnggak perlu. Kamu bisa mengecek isinya sekarang juga,โ Pras bergegas ke kamar, mengambil laptopnya. Rasa penasaran Andini semakin menjadi, karena dia tahu Pras sudah menyiapkan kejutan ini. Apa jangan-jangan isinya salinan tiket pesawat ke Maldives, atau mungkin voucher digital dari brand ternama? Pikir Andini.Namun, keningnya langsung mengernyit, melihat isi flashdisk itu.โVideo?โ gumam Andini. โIni enggak salah kan, Mas?
Andini otomatis membungkukkan tubuhnya ke depan, demi melindungi perutnya.Untungnya ayunan kaki Pras berhenti tepat di punggung Andini.โTidak. Bukan ini rencanaku!โ Batin Pras seketika. Dia tidak mau mengotori tangannya demi membunuh anak itu.Punggung Andini berguncang hebat, pertanda wanita itu sedang menangis dari balik wajahnya yang terbenam.โAaa!โ Andini meringis begitu Pras menarik rambutnya.โJangan membohongi diriku lagi, Ndin,โ Pras mendesis tajam. Bola matanya melotot seakan hampir keluar dari rongganya. โAku juga tahu kalau kamu mengelabui usia kandunganmu. Jangan anggap aku sebagai pria bodoh.โโSa-Sakit, Masโฆโ Andini merintih.โKamu tahu, aku menamakan anak sialan itu dengan Deava yang artinya roh iblis, sama seperti kelakuanmu!โ Tarikan tangan Pras semakin kencang. Andini merasa kulit kepalanya hampir copot. โBa-Baiklahโฆdiaโฆdia memang bukan anakmu, Mas.โ Andini menyerah. Sepintar apapun dia menyembunyikan bangkai, toh akhirnya akan ketahuan juga.Pras mendengus, melo
Pras mendesah panjang sambil menyugar rambutnya.Dihadapannya, Andini terkulai tidak sadarkan diri. Helaian rambut istrinya itu menjuntai ke depan, menutupi sebagian wajah Andini.โDia mirip seperti mayat hidup,โ pikir Pras. Sontak Pras menempelkan telunjuknya di bawah hidung Andini. Pras menghela lega. Istrinya masih bernapas. Sekarang yang harus dia lakukan adalah menggotong istrinya ke mobil dan membawanya ke dukun beranak.Namun, di luar sepertinya terjadi badai. Angin bertiup kencang dengan suara derai hujan yang menghantam atap kayu dengan keras. Kilatan petir juga menyambar setiap menitnya.Tapi Pras tidak punya pilihan lain. Andini harus dibawa ke dukun beranak itu malam ini juga. Mereka tidak bisa berlama-lama tinggal di villa ini. Besok mereka harus kembali ke rumah.โHap!โ Dengan sekali gerakan, Pras memapah tubuh Andini, menyeretnya ke mobil.Terpaan hujan langsung membasahi tubuh mereka berdua. Pras sudah tidak peduli dengan tubuhnya yang basah kuyup.Setelah Andini aman
Semilir angin berembus, menyapu pipi Andini. Kelopak matanya membuka pelan. Sinar matahari yang hangat dari atas sana membuat matanya menyipit.Perempuan itu pun bangkit, mendapati dirinya yang berada di sebuah padang rumput yang luas dan hijau.Dada Andini mengembang, menghirup udara yang segar. Rok panjangnya yang berumbai, bergerak-gerak tertiup angin.Tapi di mana dirinya? Dia bahkan tidak ingat kenapa dia bisa berakhir di sini.Tanpa Andini sadari, dari belakang punggungnya, ada bayangan hitam yang mendekat. Tepukan pelan di pundak Andini membuat wanita itu menoleh.Pandangan mereka lantas beradu.Mulut Andini menganga lebar. โA-Adrian???โDia masih ingat betul wajah pria itu. Kedua matanya yang indah, hidungnya yang mancung serta rambutnya yang ikal.Adrian tidak menua. Senyumnya membingkai lebar sehingga lesung pipinya nampak.โLama tidak bertemu,โ ucap Adrian.Dada Andini sesak karena serangan rindu yang mendadak. Dia bahkan sudah lupa dengan suara Adrian. Tapi kini suara itu
โMas Pras?!โโRatih?!โ Pras melonjak kaget ketika melihat sosok Ratih yang muncul dari balik pundaknya. โSe-sedang apa kamu di sini?!โPandangan Ratih melirik sekilas ke arah Andini serta Andreas yang tertawan di tengah pondok. Matanya terbelalak kaget. Apalagi Ratih bisa mencium bau bensin yang menyengat.โMas, jangan bertindak gila. Ayo, kita pulang sekarang,โ Ratih bergerak mendekat, memandang Pras dengan memohon. Kedua tangan dingin wanita itu meraih tangan Pras.Namun Pras langsung menepisnya. โPulang? Sudah kubilang, aku akan menghabisi mereka dulu, Tih. Setelah itu, baru kita bisa berbahagia.โโTidak, Mas,โ sergah Ratih cepat, menghalau gerakan tangan Pras yang hendak menyalakan korek. โA-Aku enggak ingin memiliki suami seorang pembunuh. Lagian, kita juga salah.โโHalah, persetan! Jangan ikut campur urusanku atau aku akan membunuhmu juga,โ Pras memicingkan matanya yang sontak membuat Ratih bergidik ngeri.โAku mencintaimu, Masโฆsungguhโฆjadi, tolong jangan lakukan ini. Lepaskan me
Telinga Andreas berdengung begitu keras saat dia kembali mendapatkan kesadarannya. Penglihatannya yang kabur kini berangsur pulih.โA-Andini?โ Pria itu menoleh dan mendapati Andini yang tergolek lemah di sampingnya. Andreas berusaha menggerak-gerakkan bagian-bagian tubuhnya yang terikat erat. โAndini?โ bisiknya lagi.Kedua kelopak mata wanita itu perlahan membuka. Ada sedikit kelegaan di hati Andreas melihat Andini yang menggeliat pelan.โAndreas!โ Wanita itu terkesiap lemah. โSyukurlahโฆkamu masih hidup. Dia akan membunuh kitaโฆโโTidak. Kita akan keluar dari sini,โ Andreas berusaha meyakinkan Andini, walau dia sendiri sebenarnya sangsi.Mata Andreas menjelajahi pondok tempat mereka disekap. Dari jendela itu, terlihat hari sudah malam. Embusan angin kencang membawa dedaunan yang jatuh menghantam permukaan jendela.Tubuh Andreas terikat erat di kursi kayu. Usahanya melonggarkan ikatan di kaki dan kedua tangannya sepertinya gagal.Di dekatnya tidak ada alat-alat tajam yang bisa dia raih.
Andini mengerang pelan. Begitu kedua kelopak matanya membuka, perlahan dia mendapati penglihatannya kembali. Kepalanya terasa begitu sakit, seperti ada ribuan paku yang memukul dari dalam.โUghโฆโ Dia coba menggerak-gerakkan tubuhnya yang diikat dengan tali di atas kursi kayu. Namun, sekuat apapun usahanya, ikatan yang melilit di sekujur tubuhnya itu sangat kuat.Napas Andini terengah. Udara dingin masuk melalui celah-celah kayu. Dia memandangi sekitar, begitu senyap dengan perabotan-perabotan usang. Lampu bohlam kuning memendar, mengedarkan cahaya temaram.โTolong! Tolong!โ Andini berusaha berteriak, walau suara yang keluar dari mulutnya terdengar lemah. Seketika pintu dihadapannya berderit terbuka. Napas Andini tertahan. Jantungnya kembali berdebar kencang begitu sosok Pras muncul di depannya.Pras mengendus keras, sambil menyipitkan matanya ke arah Andini. Tawanya berderai, memantul ke setiap sudut ruangan di pondok kayu yang kecil ini.โAndiniโฆโ Pras berkacak pinggang, menatap bol
Andreas menyusuri selasar kamar hotel dengan jantung yang berdegup lebih cepat dari biasanya. Wajar pria itu gugup karena sebentar lagi dia akan bertemu dengan calon istrinya, lalu menuntunnya hingga ke tempat acara dan pada akhirnya hubungan mereka disahkan di mata negara.Membayangkannya saja sudah membuat perut Andreas bergejolak. Dia tidak menyangka hubungannya dengan Andini akan berakhir manis seperti ini.Andreas menekan bel kamar Andini, setelah menghela napas pendek. Sesekali dia membenarkan posisi dasi kupu-kupunya serta jas yang dikenakannya.Namun, Andini belum juga membukakan pintu untuknya. Setelah menekan bel yang terakhir dan pintu tetap bergeming, tangan Andreas menarik turun gagang pintu kamar. Dahinya mengernyit karena ternyata kamar itu tidak terkunci.โNdin?โ Andreas mendorong pintu perlahan. โSayang?โ Andreas mengetuk pintu kamar mandi, tapi tidak ada jawaban.Dia lantas melempar pandangannya ke sekitar kamar. Mata Andreas pun tertuju ke ponsel Andini yang ada di
โArghโฆโ Andini merintih begitu tubuhnya menghantam lantai kamarnya yang keras dan dingin. Napasnya menderu dengan kencang disertai dengan jantungnya yang berdetak begitu cepat.Andini beringsut, menyandarkan dirinya di pinggiran ranjang. Tangannya langsung meraba lehernya. โAstaga, semuanya terasa begitu nyataโฆโ pikir Andini. Pras hadir dalam mimpinya, berusaha mencekiknya dan menyeretnya ke dalam neraka. Benar-benar mimpi yang buruk.Petir kembali menggelegar di luar sana. Andini bergidik dan seketika lampu kamarnya padam. Mimpi buruk itu belum sirna dari benaknya dan sekarang dia malah dikungkung kegelapan.Seketika, ketakutan merayapi dirinya. โTidak,โ Andini menggeleng. โTidak mungkin pria itu muncul. Dia sudah mati. Lagian itu cuma mimpi.โ Lantas, Andini mengambil ponselnya yang ada di atas nakas. Cepat-cepat dia menyalakan senter lalu bangkit. Dia melangkah sedikit tertatih, mengecek keadaan Eva yang tidur di boks bayi. Bayi itu terlelap dengan damai.Saat Andini menyibakkan t
Senja perlahan menelan langit biru, menggantinya dengan semburat jingga yang menyerbak di atas sana. Angin sore yang sepoi-sepoi menyapu dahi Andini, menggerakkan helaian poninya.Sambil mendesah pelan, Andini menatap rumah tingkat dua di hadapannya. Rumah yang sudah ditempatinya selama sepuluh tahun, yang banyak memberinya kenangan indah maupun buruk.Truk pengangkut barang yang terakhir belum lama pergi. Sekarang giliran dirinya serta ketiga anaknya yang akan meninggalkan rumah ini.Pandangan Andini beralih ke spanduk yang terbentang di depan pagar rumahnya. Tulisan โDikontrakanโ terpampang jelas.Akhirnya, Andini memutuskan untuk keluar dari rumah itu dan mengontrak untuk sementara waktu, sebelum akhirnya pindah ke Bali tahun depan.Andreas tidak ingin menempati rumah yang dibeli oleh Pras, begitupula Andini. Lagi pula, itu adalah rumah anak-anaknya.โYuk,โ Andreas menepuk pundak Andini. โSudah sore, kita masih harus merapikan barang-barang di rumah baru.โAndini mengangguk, mening
Ratih dihantam syok yang luar biasa sehingga membuat wanita itu pingsan selama beberapa saat.Seketika Ratih mengerang, membuka kedua kelopak matanya. Dadanya masih berdebar begitu melihat Pras yang ada di samping ranjang.โMa-Mas Pras?โ Dirinya masih belum bisa mencerna semua ini. Bagaimana bisa Pras hidup kembali? Jelas-jelas dia dinyatakan tewas dalam kecelakaan pesawat tempo lalu.โAkhirnya kamu sadar juga,โ raut wajah Pras terlihat sedikit cemas. โTenang, Tih. Aku bukan hantu.โRatih beringsut, menyandarkan punggungnya di sandaran ranjang. โTa-tapi, bagaimana bisa? Mas Pras sudah matiโฆโPras mendengus. โKenyataannya aku masih hidup.โRatih menjulurkan tangannya, meraba lengan Pras yang kini lebih berotot. โAstaga, jadi ini bukan mimpi?โPras bangkit dari kursinya. Dia berjalan ke arah jendela, memandangi langit biru yang membentang di luar.โSelama ini, aku memalsukan kematianku,โ tandas Pras.โTapi, untuk apa, Mas?โ Ratih terdengar penasaran.Kedua tangan Pras tenggelam di saku
Tubuh Ratih seakan membeku. Degupan jantungnya kini berdebar begitu hebat.โTidak. Ini enggak mungkin! Mas Pras sudah tewas dalam kecelakaan pesawat itu!โ Pekik Ratih dalam hati.Namun, sebesar apapun usahanya untuk mengindahkan pikiran itu, tetap saja Pras berdiri di depannya, dengan tubuh yang jauh berbeda seperti sebelumnya.Otot-otot tangan Pras menonjol dengan dada yang lebar.โHai, Ratih,โ Suara itu jelas suara Pras. Dia tidak meragukannya sedikit pun! Mata Ratih mengerjap cepat, berharap semua ini mimpi.Namun, wangi aroma bunga yang menyebar di tokonya terasa begitu nyata. Bayangan Pras yang mendekat pun juga nyata.Tubuh Ratih gemetar hebat dan sentuhan tangan besar di bahunya semakin menekankan bahwa Pras belum mati. Tapi bagaimana mungkin?!โMa-Mas Pras?โ Suara Ratih terdengar parau kali ini. Bola mata Pras menatapnya tajam. โKenapa kamu terlihat begitu ketakutan, hah? Aku bukan hantu.โโTa-Tapiโฆbu-bukanya MasโฆโโTewas dalam kecelakaan pesawat itu?โ Pras melanjutkan kalima
โTinggalkan putraku,โ ucap Brenda saat mereka duduk berhadapan di ruang tengah.Kedua bola mata Andini langsung membelalak lebar. โA-Apa?โ Bibirnya bergetar dengan pernyataan Brenda yang bagai petir di siang bolong itu.Brenda menghela napas pelan, seiring dengan kedua bahunya yang merosot. โItu mungkin ucapan dari orangtua yang egois,โ tukas Brenda lagi. โTapi aku bukan tipe orangtua yang egois, Andini.โKedua alis Andini bertautan. Dia masih belum menangkap maksud ucapan Brenda.โAku enggak mungkin menyuruh Andreas untuk meninggalkanmu. Aku tahu, dari tatapan dia melihat dirimu, Andreas pasti sangat mencintaimu,โ pandangan Brenda beralih ke Andini yang masih nampak tegang.Brenda lantas menggeleng. โTidak, aku enggak akan menyuruhmu untuk meninggalkan putraku. Dan soal perbincangan semalamโฆโโMaafkan aku,โ sela Andini cepat. โEnggak seharusnya aku mencuri dengar percakapan kalian. Aku tahu aku kelewatan, Tante.โBrenda bersedekap. โSemalam kami agak dipengaruhi alkohol. Jadi, perasa