All Chapters of TERNYATA AKU YANG KEDUA: Chapter 31 - Chapter 40

42 Chapters

31

Leona menahan napas, menunggu respons dari dalam ruangan. Tak ada jawaban, namun derap langkah terdengar mendekat ke arah mereka. Hati Leona berdebar lebih cepat, hingga akhirnya terlihat sosok seorang pria paruh baya yang mungkin berumur sekitar 50 tahunan. "Leona, ayo masuk nak." la mengajak Leona, sambil tersenyum simpul. Terakhir kali mereka bertemu adalah 1,5 tahun yang lalu. Meski begitu, wajah pria itu tak pernah pudar dari ingatan Leona. Leona meresapi ruangan yang cukup luas itu. pandangan wanita itu menyapu setiap sudut ruangan. "Saya kaget ketika mendengar kamu datang, apa kabarmu, Nak?" Dalam suasana yang begitu mendalam, mereka saling menjabat tangan, sebelum akhirnya Anwar mempersilakan Leona duduk di sofa yang empuk. "Saya baik, Pak. Bapak sendiri apa kabarnya? Saya harap Bapak senantiasa sehat," ucap Leona dengan senyuman menghiasi wajah cantiknya. Tanpa disadari,
Read more

32

Leona termenung di atas sajadah, setelah baru saja menunaikan shalat Magrib. Kesal menunggu Denis yang tak kunjung datang, bukan lantaran rindu yang mendalam seperti biasanya. Kali ini, Leona ingin mengetahui reaksi Denis terkait sikapnya yang berubah drastis sepanjang hari. Denis hanya mengirim pesan singkat padannya siang hari. Itupun dia hanya menanyakan apakah Leona sudah kembali atau belum, entah apa yang telah terjadi. Seiring kebenaran yang mulai terungkap, Leona merasa lelah memikirkan masalah-masalah yang menghampiri hidupnya. la mengira bahwa kehidupannya akan berjalan tenang dan damai bersama Denis. Mereka menjalani kehidupan rumah tangga yang harmonis dan bahagia, namun siapa sangka, saat menginjak tahun ketiga pernikahannya, satu per satu kebusukan laki-laki itu mulai terbongkar. Leona kemudian mengerti mengapa Denis enggan untuk memiliki anak dengannya, barangkali Saras-lah yang melarang pria itu untuk melakukannya. S
Read more

33

Tadi malam Saras sempat begitu bahagia, ia yakin Denis akan meninggalkan Leona dan merebut semua harta yang dimiliki. Namun, kenyataan berkata lain; masih ada banyak rintangan yang harus dihadapi Denis. Mimpi yang sempat Saras harapkan untuk menguasai harta Leona, tampaknya masih harus tertunda. "Ya sudah, aku pulang dulu, sudah malam," ujar Denis sebelum bangkit dari duduknya. Dengan lembut, ia mencium bibir Saras, namun Saras menahannya. Mata wanita itu berbinar, memohon pada sang suami untuk menyentuhnya lebih dalam lagi. Denis yang paham akan keinginan Saras pun menghela napas berat. la tengah lelah dan stres, namun tak kuasa menolak godaan istrinya yang begitu menggoda. Akhirnya, keduanya menuntaskan hasrat mereka, melakukan pergumulan mesra di atas sofa yang luas itu. Sementara itu, tidak seperti sebelumnya, Leona tidak lagi merasa gelisah menunggu suaminya pulang. Malam ini, tak ada rasa cemas di ha
Read more

34

Denis mengguyur tubuhnya dengan air dingin, stresnya perlahan berkurang setelah bertemu Saras. Kini, dia hanya perlu menyusun rencana selanjutnya, membuat surat baru, dan kembali meminta tanda tangan pada Leona. la berharap hingga hari itu tiba, Leona tetap menjadi istri yang patuh dan penurut. Sementara itu, ia harus tinggal bersama Saras untuk memudahkan penyusunan strategi. Sampai saat ini, Denis masih merasa sebagai pemenang, terutama karena ia tahu betul bahwa Leona hidup sebatang kara dan sangat mencintainya. Senyum tipis menghiasi bibir Denis; ia menyeka rambutnya dengan handuk lalu mengenakannya di sekeliling pinggang, lantas berlalu keluar kamar. Mungkin mendapatkan pijatan relaksasi dari Leona bisa mengurangi lelah tubuhnya. Lagipula, istrinya yang penurut pasti tak akan menolak permintaannya. Dengan langkah percaya diri, Denis melenggang keluar dari kamar mandi. Pandangannya tertuju pada ranjang tempat Leona terbaring, d
Read more

35

"Maaf ya, aku jadi ngerepotin kamu gini," ucap Leona dengan wajah cemas. Wanita cantik yang duduk di samping Leona tersenyum sambil menepuk-nepuk lengannya. "Ya ampun, Leon, aku malah seneng kok bisa bantuin kamu. Santai aja, kita ini sahabat," sahutnya. Leona terpaksa meminta Tari menemaninya dalam menghadapi masa sulit ini. Entah mengapa, ia merasa butuh sekali adanya dukungan teman. Leona merasa tak akan sanggup sendiri menghadapi kenyataan yang pasti akan menyakitkan nanti, dan dia tak kuat menanggung perasaannya seorang diri. Sudut bibir Leona terangkat sedikit, merasa bersyukur masih memiliki Tari yang selalu setia mendukungnya, sementara teman-teman lainnya lebih memilih menjauhi. Entah apa alasan mereka, namun memang sejak dulu Leona dikenal sebagai pribadi yang introvert. Dengan perlahan, mobil yang dikemudikan Leona melaju menuju komplek perumahan tempat mertuanya tinggal. Sejujurnya, Leona
Read more

36

"Mama merasa nggak sih, sikap Mbak Leona akhir-akhir ini berubah? Dia jarang menghubungi Mama lagi, dan sudah lama nggak transfer uang," gumam Dini dengan nada khawatir. Pembicaraan tentang Leona menggantung menjadi perdebatan yang hangat di antara mereka. Rasa kesal dan kecewa menyeruak, apalagi karena uang bulanan mereka belum juga dikirimkan oleh Denis. "Menurutku, Mah, ini pasti ada kaitannya dengan kedatangan Mbak Saras ke sana. Mungkinkah Mbak Leona mulai curiga dan merasa ada sesuatu yang tidak beres?" Dini mencoba menyusun teka-teki yang mungkin terjadi, raut wajahnya tampak semakin cemas. Dini mulai curiga, menangkap perubahan sikap Leona yang belakangan terasa asing. Biasanya wanita itu hampir setiap hari menghubungi ibunya. Namun kini, tak ada lagi panggilan sayang seolah mereka ibu dan anak kandung. "Entahlah, Mama juga bingung. Mas mu selalu menuruti Saras, permintaannya selalu jadi prio
Read more

37

Sudah hampir seperempat jam mereka berada di sana, namun tak kunjung tampak mobil mertuanya melintas. Bahkan, semakin banyak mobil mewah yang memasuki gapura tersebut. Lama kelamaan, perasaan Leona mulai terasa tak menentu; bulu kuduknya merinding dan rasa herannya semakin mendalam, mengapa tempat itu tak tercantum dalam Maps, atau apakah sang pemilik memang sengaja menyembunyikannya. "Untuk apa Mama Laras dan Dini ke sana?" gumam Leona dalam hati, sambil hanya mengaduk-aduk piring pecel di hadapannya, tanpa berniat menikmatinya, berbeda dengan Tari yang sudah melahap setengah porsinya. Melihat kelakuan aneh sahabatnya itu, Tari merasa khawatir dan akhirnya menyikut lengan Leona, membuatnya tersadar dari lamunannya. "Ayo, buruan makan. Setelah ini kita pergi dari sini," bisik Tari seraya menatap Leona dengan tatapan penuh perhatian. Akhirnya, meskipun dengan terpaksa, Leona menyuapkan beberapa sendok pecel itu ke dalam m
Read more

38

Hari demi hari, keuangan perusahaan terus menurun, dan sebagai pemimpin, Denis harus berpikir keras untuk mengelola agar perusahaan tetap berjalan. Dengan semangat yang tak kenal lelah, ia mencari investor yang mau menanamkan modal. "Leo, apa sudah ada agenda pertemuan kita dengan perusahaan Dirgantara?" tanya Denis dengan ekspresi tegang dan tatapan kesal. "Belum, Pak. Pak Angga belum mengabarkan lagi," jawab asistennya dengan ragu. Denis berdecak kesal, emosinya terlihat teramat membuncah. "Kenapa juga harus pemuda itu yang menangani ini? Kerjanya lambat, hingga saat ini belum ada tanda-tanda dana investasi dari mereka!" keluhnya, melampiaskan kekesalan akibat kehilangan surat pengalihan perusahaan. "Kamu hubungi dia, tanya kapan kepastiannya," perintah Denis dengan suara yang bergetar akibat emosi yang meluap. Leo mengangguk, menahan perasaan terjepit di antara beban pekerjaan
Read more

39

Untung saja, kediaman mertuanya tidak memiliki CCTV. Hanya ada satu pembantu yang tinggal di rumah itu, sementara yang satu lagi berangkat pagi dan pulang siang hari. Leona merasa berdebar ketika melangkah masuk ke rumah mertuanya; sepanjang dua tahun menikah, ia jarang mengunjungi tempat ini dan hanya beberapa kali menginap. Biasanya, mertuanya lebih sering menginap di kediaman Leona. Perlahan, Leona menapaki anak tangga, menuju kamar mertuanya di lantai dua. Dengan langkah hati-hati dan waspada, ia membuka pintu kamar itu. "Syukurlah, nggak dikunci," gumam Leona lega, berharap bisa menemukan sesuatu disana. Pandangannya mengedar kesana kemari, ada yang bilang jika seseorang bermain ilmu hitam, maka ada barang mistis yang di simpannya. Langkah pertama Leona langsung tertuju kearah lemari, sayang pintu lemari tekrunci rapat. "Astaghfirullah, kenapa sih di kunci
Read more

40

Air mata Leona seakan ingin terus mengalir tanpa henti, membayangi kenangan indah dua tahun silam, dan sekaligus melukai hatinya lebih dalam lagi. Mengeyam rasa sakit ketika menyadari bahwa kasih sayang dan perhatian sang suami semuanya hanyalah kepura-puraan semata, demi harta sejati. "Tumpahkanlah semua rasa sakitmu, Leon. Menangislah jika itu bisa membuat kamu merasa lebih baik. Keluarkan segala uneg-uneg, kekecewaan, dan apa pun yang menghantui hati perasaanmu. Setelah semua ini usai, bangkitlah sekuatmu. Jadilah wanita tangguh, rebut kembali apa yang seharusnya menjadi hak kamu," nasihat Tari dengan nada lembut. Tak pelak lagi, ucapan Tari kembali menggiring Leona menuju deru tangis yang pecah semakin memilukan, padahal wanita itu baru saja berusaha untuk mengendalikan diri dari kesedihan yang menyiksa. Dalam hati Leona merutuki kebodohannya sendiri, mencintai laki-laki s
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status