Semua Bab TERNYATA AKU YANG KEDUA: Bab 41 - Bab 50

145 Bab

41

Suara Adzan subuh menggema, menghantarkan deraian syahdu meski sepanjang malam Leona sulit terlelap. Namun, ia tetap berusaha bangkit menuju sajadah, untuk menuaikan shalatnya. Ketiadaan Denis di rumah itu menciptakan kedamaian untuknya, menyelimuti Leona dalam perpaduan keteduhan dan kesendirian. Dulu, saat Denis masih ada di sisinya, Leona bahkan jarang menunaikan kewajiban nya sebagai umat muslim. Shalat bagaikan asing dalam rutinitas mereka. Terpengaruh Denis yang memang jarang sekali meresapi panggilan Illahi. Sinar matahari yang begitu terik seakan menemani Leona, memberikan keberanian dan kesabaran untuknya. Semalaman suntuk, ia luapkan patah hatinya, mengumpulkan kekuatan untuk membalas akting Denis yang mempermainkan perasaannya. Leona meraih teleponnya, dan dengan malas mencoba menghubungi Denis. Meski saat ini baru pukul enam pagi, ia penasaran apakah suaminya menjawab panggilan i
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-09-18
Baca selengkapnya

42

"Bik, kamu bener nggak tahu kemarin Leona ngapain kesini?" tanya Laras. Sepanjang malam ia sulit terlelap, mengingat Art-nya memberi tau jika Leona kemarin berkunjung. Untung saja ia sedang tidak di rumah, jika Leona datang sewaktu dirinya masih ada dirumah, sudah pasti wanita itu akan merasa curiga. Asih menggeleng. "Nggak tau Nyah, non Leona hanya mencari barang den Denis, tapi sepertinya tidak ada, soalnya keluar tanpa membawa apapun," jelasnya. Meski sudah berulang kali Asih menjelaskan, etap saja Laras merasa curiga, sebab Leona jarang sekali berkunjung tanpa Denis. Mekipun ia akan datang, biasanya dia langsung pergi setelah tau dirinya tidak di rumah. "Udah deh Mah, biasa aja, nggak mungkin juga dia mau ngapa-ngapain," sahut Dini yang tengah sibuk menyuapi anaknya. Laras mengerutkan kening, rasa bingung menghantui pikirannya
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-09-19
Baca selengkapnya

43

"Kamu dipecat," ucap Leona tegas, seolah tak ada belas kasihan di matanya. Mendengar hal tersebut, Sulis terbelalak, jantungnya nyaris berhenti berdetak karena kekagetan. la menatap Leona yang masih menatapnya datar. "Nyah, maafkan saya Nyah," Sulis merintih, tangannya gemetar menahan ketakutan. "Sungguh saya hanya ingin membantu Tuan. Tuan Denis bilang dia sangat mencintai Nyonya, dia meminta saya mengawasi Nyonya karena takut ada yang terjadi pada Nyonya." Sulis merangkak mendekati Leona, wanita setengah baya itu tampak begitu pilu dan putus asa. Baginya, kehilangan pekerjaan ini adalah suatu bencana. Leona masih menatap Sulis dengan mata yang dingin dan tanpa empati. Sebenarnya, ia bukan orang yang tega, namun pengalaman pahit dengan Denis membuatnya berubah. Rasa percaya yang ia berikan pada mereka hanya diinjak-injak, membuat jiwanya hancur berkeping-keping. Kini, hanya amarah dan rasa kecewa yang menguasai hatinya.
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-09-20
Baca selengkapnya

44

Pukul dua siang, Denis dan Sarah tiba di kantor notaris dan pengacara yang akan menyiapkan surat pemindahan kekuasaan. Pasangan suami istri itu terlihat bersemangat dan saling bergandengan tangan dengan mesra, seolah tak sabar ingin mengakhiri sandiwara yang sudah berlangsung cukup lama. Sementara itu, Miko dan Mayra ditinggalkan di rumah. "Loh, bukankah itu Pak Denis, CEO Wiguna Group, suami Leona?" tebak seorang pria tampan yang kebetulan berada di lokasi yang sama. Dia baru saja menyelesaikan urusannya dan melirik ke arah Denis dan Sarah dengan heran. Pria itu baru saja selesai bertemu klien, ia berniat kembali ke kantor. Namun, siapa sangka dia akan mendapati pemandangan mengejutkan seperti ini. "Siapa wanita di sampingnya itu? Jelas bukan Leona." Berbagai pertanyaan muncul di benaknya, mengingat pria tersebut sudah beristri. Senyuman menghiasi wajah mereka
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-09-21
Baca selengkapnya

45

"Sayang, apa kabar nak?" pertanyaan itu meluncur begitu saja dari mulut ibu mertuanya. Wanita paruh baya itu memandangi wajah Leona lekat-lekat, berusaha menunjukkan perhatiannya sebagai ibu. Namun, Leona tahu bahwa semua itu hanyalah sandiwara semata. "Baik, Mah. Mama kok nggak bilang mau ke sini?" Leona menjawab sambil tersenyum kecut, padahal dalam hati ia ingin sekali mengutarakan betapa sakitnya perasaannya. la ingin mempertanyakan segala kebohongan yang pernah mereka lakukan dan melampiaskan rasa kecewanya yang menumpuk. Laras tersenyum lebar, senyum yang mengandung berbagai arti tersembunyi. "Kejutan, Nak. Bibik bilang kemarin kamu kerumah, tapi kemarin Mama sampai rumah sudah malam. Jadi, Mama memutuskan untuk datang ke sini sore ini. Kamu kemarin ngapain?" Pertanyaan tersebut terdengar biasa, namun Leona yakin ada kecurigaan di balik kata-kata Laras. "Iya, Mah, kemarin Leona cari ja
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-09-22
Baca selengkapnya

46

Leona terbangun dengan napas terengah-engah, keringat dingin membasahi dahinya. Sepanjang hidupnya, tak pernah ia mengalami mimpi seburuk ini. Dalam kegelapan, Leona menyalakan lampu dan meneguk segelas air putih. Meski hanyalah mimpi, bayangan mengerikannya masih melekat erat dalam benaknya. "Astagfirullah..." Leona menghela napas panjang, mencoba menenangkan jantung yang berdebar kencang. Pikirannya berkecamuk, mencari arti di balik mimpi tentang Tuti yang menyeramkan itu. Wanita itu merintih kesakitan, wajahnya tertutup oleh darah segar yang terus mengalir dari dahinya. Permintaan tolong yang berulang kali terdengar, membuat Leona merasa ngeri. "Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa aku bermimpi seperti itu?" gumam Leona dengan gelisah. Jarum jam menunjukkan pukul satu dini hari, baru dua jam ia terlelap, namun kini ia terjaga. Leona menyesali mimpinya yang menakutkan tersebut, berharap itu bukan pertanda
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-09-23
Baca selengkapnya

47

"Akkkhhhhh..." Suara teriakan itu begitu menggelegar, sampai-sampai membangunkan seluruh penghuni rumah besar tersebut. Leona yang sedang menunaikan salat malam bergegas keluar, wanita itu menemukan ibu mertua dan adik iparnya berpelukan ketakutan di depan pintu kamar mereka. Tak lama, ketiga asisten rumah tangga juga berdatangan. "Mama, Dini, kenapa?" tanya Leona dengan rasa heran, sangat jelas bahwa sebelumnya keduanya pergi ke bawah. Namun, kini malah suara teriakan menggema di tengah malam yang sunyi ini. "Nyah, ada apa?" ekspresi bingung tergambar di wajah para ART, pastinya mereka langsung berlari ke atas begitu mendengar suara teriakan tersebut. "Ha-hantu.." jelas Dini dengan suara terbata, mencoba menahan rasa takut yang menggebu. Sementara itu, suara tangisan Arya terdengar sayup-sayup dari dalam kamar. Barangkali, ia terkejut mendengar teriakan
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-09-24
Baca selengkapnya

48

Pagi-pagi sekali Laras dan Dini sudah bersiap, wajah Dini nampak begitu pucat. Kantung matanya menghitam, entah apa sebabnya. Mereka menuruni anak tangga bersama-sama, membawa Arya dalam gendongan Laras. Sementara koper mereka masih ada di dalam kamar, biarlah nanti ART yang membawanya turun. padahal rencananya mereka akan bermalam selama beberapa hari, namun urung di lakukan mengingat sosok semalam masih terus membayangi keduanya. "Selamat pagi Nyonya besar, non Dini," sapa Nina ketika keluarga Denis tiba di lantai bawah. Bukannya sikap ramah yang di tunjukan oleh mereka, namun raut arogan dan menyebalkan yang Nina lihat. "Dimana Leona?" tanya Laras seraya menghampiri meja makan, dimana makanan sudah tersusun rapih di atas meja. "Masih belum turun Nyah," jawab Sulis. Tak ada lagi percakapan di antara mereka, hingga tak lama suara salam Denis menggema di
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-09-25
Baca selengkapnya

49

"Non Leona cari apa?" tanya Lastri ketika melihat majikanya seperti mencari sesuatu. "Saya sedang cari kalung saya yang jatuh," bohongnya. "Butuh kami bantu Nyah?" sahut Lastri lagi. Leona menggeleng cepat, tak ingin ada yang mengetahui soal ini. Beruntung Sulis sedang belanja bulanan dan Nina tengah sibuk mengepel lantai, sehingga Lastri pun tak akan memperhatikan dirinya. "Nggak usah, Bik. Sepertinya kalau nggak jatuh di sini, ya tertinggal di kamar saya," tolaknya dengan halus. Begitu Lastri berlalu masuk, Leona merasa lega sekaligus gugup. la sudah membawa kantong plastik, siap untuk menemukan apa pun yang diletakkan ibu mertuanya di sini. Sesekali, ia melirik arah CCTV, berusaha menyesuaikan posisi Laras dan Dini semalam. Leona harus bergerak cepat, menemukan barang itu sebelum suaminya kembali. "Dimana posisi mereka semalam
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-09-26
Baca selengkapnya

50

Dengan langkah layu dan tak bersemangat, Denis menaiki anak tangga menuju kamarnya di lantai dua. Api semangat yang membara di pagi hari lenyap seketika, tertelan oleh perdebatan yang memusingkannya bersama adik dan ibunya. Dalam kesunyian, ia perlahan membuka pintu kamarnya, membiarkan matanya menyusuri setiap sudut ruangan, mencari keberadaan Leona yang seolah-olah lenyap entah kemana. "Sayang, kamu di mana?" panggil Denis dengan suara serak. Leona yang tengah bercakap dengan Tari di balkon, bergegas menyudahi percakapan itu. la melangkah masuk, wajah yang tadinya terlukis rasa panik kini berganti sumringah. "Mas, udah sampai? Nggak mampir dulu apa?" tanya Leona, seraya menghampiri suaminya dengan hati yang berdebar-debar. Tanpa berkata apa-apa, Denis bergegas meraih bibir istrinya itu, membuat Leona terkejut dan merasa jijik pada saat yang bersamaan. Kenangan yang tak diinginkan bermunculan dalam benakn
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-09-27
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
15
DMCA.com Protection Status