Semua Bab TERNYATA AKU YANG KEDUA: Bab 61 - Bab 70

145 Bab

61

"Maafin aku ya, sayang, untuk semua kesalahanku selama ini. Aku seringkali lebih fokus pada pekerjaan daripada mengurusmu," ucap Denis dengan penyesalan yang mendalam. Denis mengeluarkan buket bunga lavender, bunga kesukaan Leona, dan menyodorkannya sebagai tanda permintaan maaf. "Yuk, kita duduk! Aku sudah siapkan makan malam romantis untuk kita berdua. Maaf kalau hanya di rumah, waktu yang singkat membuatku bingung cara yang tepat untuk minta maaf padamu," jelas Denis sembari tersenyum. Leona mengikuti Denis, meletakkan tubuhnya di atas kursi dengan rasa gundah dan gelisah. Jika ini terjadi di masa lalu, mungkin Leona sudah menangis haru dan terpesona oleh perhatian serta romantisme suaminya. Tapi kini, bukan air mata bahagia yang menggelayuti hati Leona, melainkan rasa takut yang semakin menyusupi setiap sel tubuhnya. Denis menggerakkan jari tangannya, memberi isyarat pada para pembantu yang langsung me
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-08
Baca selengkapnya

62

Mengandung unsur 18+ Perlahan Leona menyibak tirai yang menutup jendela kamarnya. Dari balik kain itu, ia menatap Denis yang mulai menjauh, raut wajahnya datar, sulit ditebak apa yang tengah Leona pikirkan. "Bodohnya aku masih berpikir kamu tidak selicik itu, Denis. Tapi nyatanya, kamu dan keluargamu memanglah manusia yang serakah," gumam Leona pelan. Tidak ada niat sedikitpun di hati Leona untuk menghentikan Denis, bahkan dia dengan tulus membubuhi tanda tangan di atas kertas yang Denis berikan. Leona merasakan luka yang amat sangat, dia kecewa, namun air matanya tak akan pernah lagi jatuh untuk pria seperti Denis. Perlahan, suara tawa Leona terdengar memenuhi seisi ruangan kamarnya, ia mengejek kesedihan yang mengepung hatinya sendiri. Dirinya memang bukan peminum, namun setengah gelas wine tak akan mampu merenggut kesadarannya. Dulu, keti
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-09
Baca selengkapnya

63

Di tengah gelap malam, Denis melumat bibir istrinya, memeluk erat tubuh Saras sambil membopongnya ke dalam rumah. Sebuah ungkapan mesra untuk memulai kisah baru mereka. Sementara itu, Tomi terpaku menyaksikan dari kejauhan. Setelah melihat majikannya masuk, barulah ia memarkirkan kendaraan, lalu menyusul masuk. Dia merupakan sosok yang akan selalu setia pada Denis, menemani baik dalam suka dan duka, meskipun itu menyimpang dari kebenaran. Seolah berpacu dengan waktu, Denis dan Saras memadu cinta dalam kebersamaan yang luar biasa. Keduanya saling berpadu, membuka pintu hati masing-masing, merasakan desir cinta yang tak terkira. Tanpa ragu, mereka saling membaur hingga tak ada sehelai benangpun yang mampu menghalangi kemesraan yang kian memuncak. Denis menatap Saras, penuh kasih sayang. Matanya yang lelap berbinar-binar, mencerminkan isi hati yang tak terbendung. Keduanya saling merengkuh, merasakan denyut cinta yang mengalir pada uj
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-10
Baca selengkapnya

64

Baru saja Saras hendak melangkah masuk ke kamar mandi, dering ponsel Densi bersahut keras, mengisi seluruh ruangan. Dengan posisinya yang pas di atas nakas, Saras dengan mudah mengambil ponsel suaminya. "Leona," ujar Saras memberi tahu Densi. Sudut bibir Densi terangkat, yakin bahwa Leona kini sedang mencarinya. Pastinya wanita itu syok, apalagi melihat tidak ada satu pun pakaiannya yang tertinggal di rumah itu. "Abaikan saja," potong Densi dengan nada acuh. Namun, Saras seolah tidak mendengar perintah suaminya dan malah menekan tombol 'jawab'. la mengaktifkan speaker agar Densi bisa mendengar percakapan mereka. "Halo mas, kamu dimana?" Itulah kalimat pertama yang kedua sojoli itu dengar. Saras tersenyum sinis, ia tengah membayangkan Leona menangis histeris mencari suaminya. "Jangan pernah lagi ganggu Denis, Karena dia bukan lagi suamimu, tunggulah surat cerai yang akan segera ia
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-11
Baca selengkapnya

65

Denis menatap Leo yang tengah sibuk dengan ponselnya. Dari kejauhan, ia bisa mendengar Leo meminta satpam untuk menahan Leona masuk. Sejenak kemudian, Leo menyimpan ponselnya kembali ke dalam saku jas. "Bu, Leona sudah di dalam lift, menuju ke sini, Pak," jelas Leo dengan suara lirih dan hati-hati. Sebelum Denis sempat meresapi keterkejutan itu, pintu ruangan dibuka dengan kasar dan menimbulkan bunyi yang cukup nyaring. Leona berdiri di ambang pintu, tatapannya tajam dan lurus memandang Denis. Di belakangnya, Anwar dan dua orang satpam. Denis menelan ludah. Hatinya berdebar kencang, napasnya memburu. la tak memiliki pilihan selain merendah dan menjaga situasi agar tak menjadi lebih buruk. Jika nanti terjadi keributan, bukan tidak mungkin dewan direksi yang masih ada di gedung ini akan mendengar, dan itu akan berdampak buruk pada nasibnya. "Sayang, kamu kok nggk bilang kalau mau d
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-12
Baca selengkapnya

66

"Sebelum Anda tambah malu, lebih baik pergi saja dari tempat ini, Pak!" tegas Anwar. "Anda mungkin masih bisa menikmati kebebasan sementara, sebelum gugatan datang menghantui Anda. Bu Leona sudah melaporkan Anda dengan berbagi tuduhan," imbuh Anwar. Meski sebenarnya Denis merasa panik, namun ia masih mencoba menampilkan wajah santai. "Saya sudah berbaik hati, tapi kalian ini yang malah tak tahu diri," katanya dengan nada sinis. "Apa Anda sudah pikun, Pak Tua? Sepertinya Anda butuh kacamata untuk membaca isi dokumen ini dengan jelas," ejek Denis, sambil menunjuk dokumen di tangan Anwar. "Pergilah sekarang juga dari ruangan ini, atau satpam akan datang dan menyeret kalian berdua keluar," ujar Denis tegas, sambil menatap Anwar dan Leona dengan sorot mata tajam yang tak pernah mereka lihat sebelumnya. Leona menghela napas dalam, merasakan kesabarannya telah mencapai batasnya. "Apa kamu benar-benar berpikir itu tanda tanganku
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-13
Baca selengkapnya

67

"Loh, Mas, kok udah pulang?" Saras terkejut melihat suaminya pulang lebih awal dari biasanya, matanya melirik jam dinding yang baru menunjukkan pukul sepuluh pagi. Raut panik tergambar jelas di wajah Denis, membuat Saras semakin bingung dan cemas. "Bereskan semua pakaianmu dan anak-anak, ambil semua perhiasan dan aset yang kita miliki!" teriak Denis tanpa penjelasan, bergegas naik ke lantai dua. Untungnya, kopernya masih bertengger di dalam kamar, sehingga tidak perlu membuang waktu untuk mencari dan mengeluarkannya. Saras menahan rasa panik yang mulai memenuhi hatinya. Tubuhnya gemetar, jantungnya berdebar cepat, mencoba mencerna apa yang baru saja didengarnya. Dengan langkah gontai, ia berlari menyusul Denis. "Mas, maksudnya gimana sih? Apa kita mau pergi liburan mendadak?" tanyanya, mencoba menyembunyikan ketakutannya. Denis menghela nafas dalam, tatapannya sendu dan muram. "Jangan banyak tanya, Ras. Lebih baik cepat
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-14
Baca selengkapnya

68

Setelah rapat dadakan yang mengagetkan semua orang. Leona bergegas menuju bank untuk memblokir seluruh kartu kredit atas nama Denis. Namun sayang, ternyata Denis telah lebih dulu menarik uang senilai 150 juta rupiah. Dada Leona terasa sesak, namun ia memutuskan untuk fokus pada masalah lain yang juga memerlukan perhatiannya.Anwar tetap setia mendampingi Leona, keduanya bersama-sama menuju kediaman Laras. Leona telah meminta Tari dan suaminya untuk menyusul sambil membawa bukti yang dulu sempat ia temukan."Bagaimana kalau Denis kabur, Pak?" tanya Leona pada Anwar. wajahnya muram dan khawatir."Dari pengalaman saya, kemungkinan besar dia akan kabur, mungkin malah saat ini sudah kabur dari rumahnya. Kita memang kalah cepat," ungkap Anwar dengan nada serius. "Tapi kita tidak akan menyerah, kita akan terus mencari tahu kebenaran dan membongkar semua kebusukan yang ia lakukan.""Sejujurnya saya masih terkejut jika Pak Denis sebenarnya orang seperti it
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-16
Baca selengkapnya

69

Laras berjalan mondar-mandir dengan perasaan cemas, wanita paruh baya itu tengah menunggu putrinya yang sedang mencoba menghubungi kakak laki-lakinya."Bagaimana Din, mas mu sudah menjawab belum?" tanyanya penuh harap.Dini menggelengkan kepala, kesal dan frustrasi bercampur dalam tatapan matanya. Berulang kali dia mencoba menghubungi Denis, namun tak ada jawaban yang diterimanya."Kita harus pergi kemana, Mah?" gumam Dina takut.Laras sendiri merasa kehilangan arah. Sebagai ibu, ia tak tahu ke mana ia harus membawa anak-anaknya jika mereka terpaksa meninggalkan rumah ini. Sementara mereka sudah merasa nyaman dirumah itu."Mama juga nggak tahu, Din. Tapi sepertinya kita harus pergi ke rumah Saras, mungkin mas Denis ada di sana," jawab Laras dengan nada lirih.Tak satu pun dari mereka yang menduga bahwa Leona akan mengetahui rahasia buruk yang telah mereka sembunyikan selama dua tahun ini. Mereka yakin bahwa sumber kebocoran infor
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-16
Baca selengkapnya

70

"Loh, ini Mama nelfon aku kok nggak kamu jawab Ras?" Denis mengernyitkan dahi menatap Saras yang tengah berbaring diatas kasur."Nggak denger," jawabnya cuek.Melihat sikap istrinya, Denis menghela napas panjang, berusaha sabar menghadapi sikap istrinya. la bergegas keluar untuk menghubungi Mamanya, akibat stres, kelelahan, dan banyak pikiran yang melanda membuatnya tak sempat mengecek ponsel. Ternyata. banyak panggilan masuk menanti, bukan hanya dari Mamanya dan Dini, melainkan juga dari para klien.Denis mulai merasa cemas, pertanda buruk menyeruak dalam benaknya, ketika ia tak kunjung berhasil menghubungi adiknya. " Kemana sih mereka?" gumam Denis, ada hampir 50 kali panggilan masuk sejak siang tadi hingga menjelang petang, sementara sekarang sudah pukul delapan malam.Setelah berulang kali mencoba dengan hati cemas, akhirnya panggilan itu mendapat jawaban juga."Halo, Mah," sapa Denis, dengan suara seraknya. Namun, yang diterima bukan
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-17
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
56789
...
15
DMCA.com Protection Status