All Chapters of TERNYATA AKU YANG KEDUA: Chapter 11 - Chapter 20

42 Chapters

11

"Ini susunya, Sayang!" Leona menyerahkan botol susu pada Mayra yang tengah berbaring di pangkuan ibunya. "Maaf ya, Leona, jadi merepotkan kamu seperti ini," ujar Saras dengan raut wajah yang terasa begitu berat. Tak ada yang bisa membaca isi hati Saras. Seolah-olah di balik raut wajah berat tersebut, ia malah senang karena berhasil menjadikan Leona sebagai baby sister-nya. "Ah, tidak apa-apa, Mbak. Ini juga bagus, sekalian latihan untuk saya kalau nanti punya anak sendiri," sahut Leona dengan senyuman ikhlas. Saras hanya merespon dengan senyum sinis. "Tetaplah berharap sampai kamu lelah, karena tak akan pernah ada anak yang kamu harapkan itu," gumamnya dalam hati, penuh ejekan. "Mama, panas sekali!" Mayra tiba-tiba melemparkan botol susu itu ke lantai, membuat Saras dan Leona terkejut.
Read more

12

Leona membuka pintu kamarnya, matanya melototi ke sekeliling dengan tajam mencari sosok suaminya, Denis. Dia yakin sebelumnya Denis telah lebih dulu naik ke atas bersama Mayra, namun tidak ada tanda-tanda keberadaannya di sana. Leona menghela napas panjang, firasatnya mengatakan bahwa mungkin Denis tengah berada di kamar Saras. Tanpa pikiran panjang, langkah Leona bergegas menuju pintu kamar di sebelahnya. Baru saja tangan Leona hendak menyentuh gagang pintu, tiba-tiba Denis muncul dengan cepat dari dalam kamar. "Leona, kamu sudah dari tadi di sini?" tanya Denis khawatir, ia takut seandainya Leona sejak tadi menguping perbincangan hangatnya bersama Saras. "Aku baru mau buka pintu. Aku kira kamu di kamar kita, ternyata kamu ada di sini," jawab Leona, bibirnya mengerucut merasakan keanehan yang terjadi. Denis menghela napas lega, kembali mengumpulkan tenaga dan p
Read more

13

Leona melangkah turun dari anak tangga, wajahnya berseri bagai cahaya matahari yang terpancar di senja hari. Tangannya terjalin erat dengan Denis. Senyum Leona yang tulus, mencerminkan harmoni dalam hubungan mereka. Sementara, di ujung meja, Saras tak bisa menahan iri melihat kedekatan keduanya. Denis, yang dulu begitu hangat dan perhatian terhadapnya, kini menjalin hubungan bahagia dengan wanita muda. Hati Saras mencelos dengan kepedihan. Sesekali pertanyaan muncul di pikirannya, "Apakah Denis benar-benar tak menaruh hati pada istri mudanya? Atau apakah ini hanyalah permainan waktu belaka?" Walau secara sadar Saras pun memahami, semua yang terjadi karena kesalahannya pula, itu mengapa Denis bisa bersama dengan Saras. "Mbak," sapa Leona dengan ramah, memecah lamunan Saras yang kelam. Saras mengangguk pelan, senyum tipis menghiasi wajahnya. "Hai, Leona."
Read more

14

Denis meraba meja nakas, mencari ponselnya yang terdengar bergetar. Dengan mata setengah terbuka, pria itu membaca rangkaian kalimat yang dikirim melalui aplikasi chatting berwarna hijau. "Aku menunggumu di luar. Kalau kamu tidak keluar, aku akan mendatangi kamar kalian." Pesan singkat itu membuat Denis menghela napas panjang. Tak tahu untuk apa Saras memintanya keluar dilarut malam begini, padahal esok hari mereka akan menghabiskan waktu bersama. Karena sudah mengantuk, terpaksa pria itu mengabaikan saja, dan kembali meletakkan ponselnya di tempat semula. Baru saja kelopak matanya hendak tertutup, suara getaran kembali mengusik ketenangannya. Denis melirik pada Leona yang tidur dengan kepala bersandar di lengannya. Perlahan ia menggeser kepala Leona, lalu turun dari ranjang sambil membawa ponselnya. Jarum jam menunjukkan pukul dua dini hari. Denis membuka pint
Read more

15

"Masuklah ke kamarmu, aku akan mengecek siapa yang tadi di sini," perintah Denis, berusaha menjauhkan Saras dari situasi yang tengah dihadapinya. Sebenarnya, Saras ingin Leona segera mengetahui hubungan antara dirinya dan Denis, namun ia ingin menunggu hingga semua rencana dan ambisi Denis terwujud. Jika Denis berpisah dengan Leona tanpa membawa hasil apapun, akan jadi sia-sia pengorbanannya selama ini. Bahkan, sudah tentu ibu mertuanya pun akan terus mencibir dirinya. "Aku yakin ada seseorang yang menjatuhkan vas itu, Mas," gumam Saras dengan suara yang ketakutan. Alih-alih mendapat kepuasan, keduanya malah mendapat kejutan yang tidak terduga. "Tidak apa-apa, biar aku yang mencari tahu," ujar Denis seraya merapikan pakaiannya. Lalu, ia bergegas kembali ke dalam kamar untuk memeriksa keadaan istri mudanya, Leona. Sementar
Read more

16

Tepat pukul delapan pagi, Denis dan Leona turun untuk bersarapan. Berbarengan dengan Saras yang juga baru saja keluar dari kamar bersama anak-anaknya. Wanita itu membawa koper dan ransel siap untuk berangkat, karena hari ini memang ia akan meninggalkan rumah ini. "Loh, Mbak, kok udah siap-siap? Aku pikir Mbak pergi nanti sore," ucap Leona dengan heran. Saras tersenyum tipis, mencoba untuk tetap tenang. Keluarga suamiku udah nggak sabar pengen ketemu Mayra dan Miko, Leona. Mereka bahkan sudah mengirim taksi online untuk menjemput kami," jawabnya, menciptakan sebuah alasan. Padahal, semua ini adalah rencana yang disusun oleh Denis dan Saras sendiri. Keduanya sengaja merubah niat utama, takut perbuatan mereka semalam sampai ditelinga Leona. "Sayang sekali, Mbak. Hari ini, Mas Denis libur, loh. Dia bisa mengantar kita jalan-jalan," sahut Leona dengan semangat.
Read more

17

"Mas, jadi mau ke ruang CCTV nggak?" tanya Leona, saat mereka masuk ke dalam rumah setelah mengantarkan Saras pergi. Denis mengangguk pelan, seraya mengusap puncak kepala istrinya dengan penuh kasih sayang. "lya, aku pinjam sebentar ya, berkas itu sudah agak lama, jadi aku agak lupa taruh di mana," ujarnya berbohong, menutupi rencananya yang sesungguhnya. Tak sengaja, obrolan keduanya terdengar jelas oleh Tuti. Wanita itu merasa semakin cemas, keringat dingin bercucuran di keningnya saat mereka berpapasan. Denis tersenyum dengan sisa-sisa kejahatan di bibirnya, matanya yang tajam menatap Tuti yang hanya mampu menundukkan kepala. Raut panik yang tak tertahankan pun melukiskan wajah tuanya. "Aku temani kamu masuk ke sana ya, sayang," tawar Leona dengan tulus, ia sama sekali tidak menaruh curiga atau menyadari Denis yang masih terus menatap Tuti. Denis, deng
Read more

18

Leona menatap langit-langit kamarnya, pikiran nya tak bisa lepas dari sikap aneh pembantu rumah tangganya. la merasa jika Tuti menyembunyikan sesuatu, namun wanita paruh baya itu terus mengelak saat ditanya. Alasan yang diungkapkan Tuti adalah meminjam uang untuk mengirimkan ke kampung. Menurut Leona, itu sangat mencurigakan. "Sayang, kok ngelamun?" tanya Denis, membuyarkan lamunan Leona mengenai Tuti. "Mas, udah mandinya?" sahut Leona seraya menatap sang suami yang sedang menyisir rambutnya dengan rapi. Denis melangkah mendekati ranjang, pria itu mencium bibir istrinya dengan penuh gairah. "Kenapa melamun, Sayang? Apa yang sedang kamu pikirkan?" Leona menghela napas dalam-dalam, ia terduduk sambil menatap wajah tampan Denis. Entah mengapa, ketika mendiang ayahnya meminta ia menikah dengan Denis, ia langsung menerima tanpa menolak atau mencari tahu lebih dalam. Sikap Denis yang le
Read more

19

"Mbok!" Pekik Leona, suara lantang wanita itu mengejutkan Denis yang berada di sampingnya. Denis segera mengikuti arah pandangan istrinya, ekspresi kaget pun tak bisa disembunyikan ketika melihat sosok Tuti tergeletak di bawah dengan darah menggenang di sekitarnya. Mereka pun bergegas turun untuk memastikan keadaannya. Jantung Leona berdetak kencang, dihantui oleh rasa syok dan ketakutan. Setibanya di lantai bawah, Leona hanya bisa mematung menatap tubuh Tuti, wanita paruh baya yang sudah lama setia bekerja di rumah mereka. "Mas... Mbok Tuti, kenapa?" tanya Leona, tubuhnya gemetar hebat. Denis bersimpuh di samping Tuti, pria itu dengan hati-hati menempelkan jari-jarinya di hidung Tuti, berharap masih merasakan hembusan nafasnya. Namun, apa yang didapati hanya kehampaan. Denis menatap Leona lalu menggeleng perlahan, memberi kabar duka bahwa Tuti sudah tak lagi bernyawa. "Nyonya, Tu
Read more

20

Jarum jam menunjukkan angka satu dini hari. Leona terlarut dalam lamunan, matanya menatap jalanan gelap yang dilewati mobil mereka. Percakapan antara dia dan anak-anak Tuti tadi masih terngiang-ngiang di telinganya, menciptakan rasa kegelisahan di dalam hatinya. Entah mengapa, ada sesuatu yang meresahkan tentang kematian ART mereka tersebut. Pagi tadi, Tuti sempat berbicara terbata, seperti hendak menyampaikan sesuatu, namun ketika suaminya tiba, wanita paruh baya itu malah beralasan meminjam uang untuk kebutuhan mendesak. Padahal anak-anaknya tidak menyebut hal seperti itu. Mungkinkah mereka tidak tahu apa-apa? Berpikir tentang itu membuat kepala Leona pening. la berusaha memejamkan mata, menyandarkan tubuhnya di samping Denis yang tampak sibuk memainkan ponselnya. "Mas, tadi aku bicara sama anak-anak mbok Tuti, kalau ada yang butuh pekerjaan, aku minta mereka datang ke rumah kita," ucap Leona, memecah keheningan malam itu.
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status