All Chapters of Kesenangan Satu Malam: Jahatnya Suami Triliuner: Chapter 141 - Chapter 150

290 Chapters

Bab 141

Setelah itu.Karina tersipu seraya mengenakan pakaiannya. Dia benar-benar menggila karena menemani Rafael.Ya ampun.Ketika keluar nanti, bagaimana tatapan yang akan dilayangkan oleh para tuan muda saat melihatnya?Karina memikirkannya dan merasa dia bisa merangkak ke dalam celah di bawah tanah.Rafael duduk di atas sofa di ruang santai, menyaksikan dengan rasa puas saat tubuh Karina tampak jelas dan senyuman penuh kasih sayang muncul samar di wajah tampannya. Dia mengulurkan tangan panjangnya dan membawa Karina kembali ke pelukannya."Ah!"Karina terjatuh ke dalam dada yang kokoh tanpa pertahanan apa pun. Sentuhan panas datang dari belakang, membuat tubuhnya menjadi kaku."Rafael, sudah cukup!""Sejujurnya, itu masih belum cukup bagiku."Rafael memeluk Karina dari belakang, melingkarkan lengannya di pinggang gadis itu sambil mencium leher rampingnya satu demi satu dan berkata, "Tapi tubuhmu terlalu rapuh dan aku takut menyakitimu."Ini adalah kekhawatiran paling tidak senonoh yang per
Read more

Bab 142

Lupakan saja, ini hanyalah hormon yang berlalu. Ini adalah reaksi fisiologis Karina yang tak terhindarkan, bukan detak jantung cepat yang disebabkan oleh emosi.Setelah sekian lama bergaul dengan Rafael, Karina akhirnya berubah menjadi wanita yang keras kepala dan sombong."Baiklah, aku percaya padamu," kata Rafael tidak terus mengganggu gadis itu.Pria yang selalu khawatir wanitanya selingkuh, menandakan bahwa dia cukup gagal.Rafael berpikir bahwa dirinya adalah seorang bangsawan yang sukses, jadi dia tidak akan melakukan hal-hal di bawah standar seperti itu.Ketika Karina mendengar kata-kata Rafael, mata kuningnya sedikit bergetar, lalu dia merasakan perasaan manis di hatinya. Perasaan dipercaya membuat seseorang merasa bahagia.Dia tersenyum sambil berkata, "Rafael, terima kasih."Rafael mengerutkan bibirnya, kemudian menyahut, "Terima kasih untuk apa?"Karina tertegun sejenak, lalu dia mengerti. Gadis itu berinisiatif mencium sudut bibir Rafael sambil menjawab, "Senang sekali bisa
Read more

Bab 143

Yani tertegun dan buru-buru bertanya kepada keluarganya tentang situasi perusahaan saat ini. Setelah mengetahui bahwa semuanya baik-baik saja dan bahkan tetap berkembang, dia baru menghela napas lega.Tampaknya dia tidak termasuk sasaran pembalasan.Mungkinkah Karina menunjukkan belas kasihan padanya?Yani tidak mengira bahwa Karina akan begitu baik. Yani sudah merasa waswas dan curiga selama beberapa hari, tetapi dirinya masih baik-baik saja. Akhirnya, dia tidak bisa menahan diri dan pergi mencari Karina.Gadis itu menghentikan Karina di jalanan kampus.Yani menatap Karina dari atas ke bawah. Gadis itu tidak hanya terlihat tidak kuyu seperti yang diharapkannya, tetapi dia bahkan tampak lebih berseri-seri. Akhir-akhir ini, pasti dia menjalani hidup dengan baik.Yani tersenyum dingin sambil berkata, "Karina, aku ingin bertanya sesuatu padamu."Karina memegang dokumen di tangannya, kemudian menjawab dengan tenang, "Tanya saja.""Di sini bukan tempat untuk berbicara. Ikuti aku ke paviliun
Read more

Bab 144

"Aku cuma bercanda, hehe.""Lebih baik begini. Aku harap kamu nggak perlu muncul di hadapanku lagi ke depannya."Karina melenggang pergi setelah meninggalkan kalimat itu.Tatapan Yani menyiratkan racun. Gadis itu menatap sosok Karina yang pergi dan ekspresi wajahnya berubah perlahan.Dia berdiri di sana beberapa saat, lalu berbalik dengan marah dan berjalan kembali.Sambil berjalan, Yani bergumam pada dirinya sendiri."Kenapa aku harus diajari oleh perempuan jalang ini? Sialan, setelah diurus oleh banyak laki-laki, beraninya dia sombong padaku? Dasar perempuan jalang yang kurang ajar! Semua laki-laku itu sudah buta!"Yani sangat marah hingga seluruh tubuhnya gemetar, tetapi dia tidak berani melakukan apa pun pada Karina. Kebencian ini membuatnya gila.Ketika berkata demikian, dia kebetulan melewati sebuah mobil pribadi. Seorang gadis berambut pirang sedang duduk di dalam mobil dan mendengarkan kata-katanya tanpa henti.Gadis itu mengerutkan bibirnya sambil melepas kacamata hitamnya. Di
Read more

Bab 145

Tentu saja Safira mengetahui hal ini, tetapi dia tidak dapat menemukan kandidat yang lebih baik.Tugas yang diberikan oleh dosennya sangat sulit. Jika Karina tidak membantunya, dia tidak akan merasa nyaman.Safira menatap Karina dengan sedih seraya berkata, "Apa sama sekali nggak ada kemungkinan?"Melihat betapa menyedihkannya Safira, Karina menjadi tidak tega, tetapi semuanya harus diputuskan berdasarkan situasi sebenarnya. Situasi Karina saat ini tidak memungkinkan untuk membantu Safira. Jika menyetujuinya akan berdampak buruk bagi semua orang.Saat Karina hendak menolak, ponselnya tiba-tiba berdering.Nama kontak penelepon menunjukkan nama mahasiswa pria yang akan menghadiri seminar, yaitu Yudha Sudibya."Halo? Yudha, ada apa?""Karina, aku baru saja mendapat kabar kalau seminarnya akan ditunda selama sebulan. Kamu nggak perlu buru-buru mengatur materinya sekarang."Karina tertegun, lalu bertanya, "Apa berita ini sungguhan?""Aku diberi tahu dari mulut Pak Neo sendiri. Jadi ini sung
Read more

Bab 146

Karina melirik sekilas dan sengaja membuat Rafael kesal, "Laki-laki!"Urat Rafael menonjol di dahinya. Dia menggertakkan gigi seraya berkata, "Karina, akhir-akhir ini kamu terlalu sombong, ya? Apa kamu mempertimbangkan perasaanku saat melihatmu bergadang selarut ini demi laki-laki lain?"Setiap hari Rafael bergadang dan memengaruhi pekerjaannya di siang hari.Karina melihat ekspresi kesal Rafael, tetapi tidak berani melakukan apa pun padanya. Hatinya tergerak, lalu perasaan tidak enak bergejolak di perutnya. Dia berpura-pura bingung sambil bertanya, "Perasaan apa yang perlu kamu pertimbangkan?"Rafael sangat marah, lalu menjawab, "Kamu sangat memengaruhi kualitas tidurku."Karina menunjuk ke arah pintu sambil berkata, "Kalau begitu kamu bisa tidur sekarang. Aku nggak memintamu untuk menemaniku."Gadis sialan ini berani memberontak!Rafael berjalan mengitari ruangan dua kali dengan kesal. Dia melihat ekspresi Karina yang seolah menyiratkan "aku akan melihat apa yang berani kamu perbuat
Read more

Bab 147

Rafael mendengus dingin, mengerutkan kening dan berkata dengan tidak senang, "Kenapa kamu bekerja keras untuk bergadang demi orang lain? Apa kamu nggak takut merusak tubuhmu?""Nggak bisa ....""Kalau kubilang bisa pasti bisa, selanjutnya nggak boleh bergadang lagi!"Perintahnya kuat dan mendominasi.Karina tidak menolak, bahkan menganggapnya manis.Faktanya, Rafael tidak marah karena masalah antara laki-laki dan perempuan. Dia hanya sedang mengkhawatirkan kesehatan Karina, bukan?Sedikit senang.Karina hendak menenangkan Rafael ketika dia tiba-tiba menyadari ada sesuatu yang tidak beres, lalu mengerutkan keningnya."Bagaimana kamu tahu kalau aku sedang mengerjakan tugas untuk Safira?"Karina tidak pernah mengatakan untuk siapa laporan dari tugas ini, tetapi Rafael bisa menyebutkan nama Safira dengan akurat."Apa kamu sedang menyelidikiku?"Saat ini, Rafael mengalihkan pandangannya, kemudian dia menjawab, "Aku pikir ... uhuk ... penting untuk menyelidiki hubungan interpersonal di sekit
Read more

Bab 148

Beberapa hari kemudian.Karina merasa seperti sedang berperang di siang hari.Karena dia tidak tidur saat malam hari dan begitu pula dengan Rafael. Karina harus meluangkan lebih banyak waktu saat siang hari untuk menyelesaikan tugas tersebut. Saat di kampus, dia mencampurkan air mineral dan roti untuk makan siang dan memakannya dengan santai.Gadis itu berpacu dengan waktu, berharap bisa menggunakan satu menit sebagai dua menit.Mungkin karena peningkatan beban fisik yang tiba-tiba, Karina mengalami demam ringan.Hari ini, dia keluar dari kelas dan hendak melanjutkan pekerjaannya di perpustakaan. Saat dia berjalan setengah jalan, tubuhnya terasa sangat tidak nyaman. Pandangannya juga terasa berat.Saat berjalan sampai sudut, kesadaran Karina tiba-tiba kabur dan tubuhnya condong ke depan. Tepat ketika hendak jatuh, sebuah tangan tiba-tiba memegang pinggangnya, menyelamatkan Karina dari bahaya terkapar ke tanah.Otak Karina bergerak beberapa saat, lalu kesadarannya menjadi lebih jernih.
Read more

Bab 149

Setelah Neo pergi, Karina menghela napas. Dia melihat punggung Neo yang menjauh sambil bergumam, "Pak Neo, kalau kamu melihatku seperti itu lagi, aku akan mengira kalau kamu benar-benar menyukaiku ...."Hari ini Karina bekerja keras di kampus sampai jam sepuluh malam. Laporan tugas Safira melibatkan banyak data. Selama satu informasi salah, keseluruhan laporannya akan menjadi tidak valid.Karina harus memeriksa setiap nomor kunci beberapa kali. Dia bahkan tidak tahu kapan orang-orang di sekitarnya mulai pergi satu per satu.Setelah beberapa saat, seorang pria anggun berjas dengan sepatu kulit dan kacamata berbingkai emas masuk. Tatapan cerdasnya mengamati perpustakaan dan akhirnya berhenti pada Karina yang sedang menulis informasi di mejanya.Pria itu tampak lega, berjalan dengan tenang ke arah Karina, lalu menepuk bahunya dengan lembut.Karina tertegun, berbalik dan menyadari bahwa itu adalah Jeremy.Sudut mata Karina melirik pemandangan gelap di luar jendela, lalu tiba-tiba menyadari
Read more

Bab 150

Karina tidak mampu berkata-kata.Karina perlahan melepaskan cengkeraman tangannya, seolah tersesat, dan menyahut, "Oh .... Jadi begitu ...."Jeremy menahan senyumnya dan berpura-pura serius sambil berkata, "Nona Karina, menurutku hari ini kamu sudah melakukan kesalahan. Sesibuk apa pun, kamu nggak boleh membiarkan orang yang peduli padamu merasa khawatir. Apa pun yang kamu lakukan, kamu harus mempertimbangkannya."Setiap kata yang diucapkan Jeremy sangat masuk akal, seperti nasihat dari seorang tetua.Setelah Karina mendengar ini, dia merasa makin bersalah.Bagaimanapun, Karina kembali sedikit terlambat dan dia tidak menyangka akan terjadi perubahan seperti itu. Sorot mata sedih Rafael terus muncul di benaknya dan membuat Karina makin merasa kesal.Setelah mandi, Karina berjalan dengan hati-hati ke pintu ruang kerja. Melalui celah pintu yang terbuka, dia mencondongkan tubuh ke depan dan diam-diam melihat ke dalam.Rafael masih sedang membaca dokumen resmi.Siluet yang dalam dan tampan,
Read more
PREV
1
...
1314151617
...
29
DMCA.com Protection Status