Karina tidak mampu berkata-kata.Karina perlahan melepaskan cengkeraman tangannya, seolah tersesat, dan menyahut, "Oh .... Jadi begitu ...."Jeremy menahan senyumnya dan berpura-pura serius sambil berkata, "Nona Karina, menurutku hari ini kamu sudah melakukan kesalahan. Sesibuk apa pun, kamu nggak boleh membiarkan orang yang peduli padamu merasa khawatir. Apa pun yang kamu lakukan, kamu harus mempertimbangkannya."Setiap kata yang diucapkan Jeremy sangat masuk akal, seperti nasihat dari seorang tetua.Setelah Karina mendengar ini, dia merasa makin bersalah.Bagaimanapun, Karina kembali sedikit terlambat dan dia tidak menyangka akan terjadi perubahan seperti itu. Sorot mata sedih Rafael terus muncul di benaknya dan membuat Karina makin merasa kesal.Setelah mandi, Karina berjalan dengan hati-hati ke pintu ruang kerja. Melalui celah pintu yang terbuka, dia mencondongkan tubuh ke depan dan diam-diam melihat ke dalam.Rafael masih sedang membaca dokumen resmi.Siluet yang dalam dan tampan,
Kelopak mata Karina makin berat dan kepalanya juga sudah tidak mampu lagi untuk berpikir."Semangat, Karina. Kamu 'kan datang kemari untuk minta maaf!"Karina memperingatkan dirinya seperti itu.Namun, ketika Rafael menengadah dan "secara tidak sengaja" melihat ke arah Karina, dia mendapati jika Karina sudah tertidur sambil bersandar di tepian sofa.Karina masih memegang buku itu erat-erat di tangannya.Seberapa besar wanita ini menyukai buku?Sepertinya dia menyukai novel yang menegangkan. Lain kali, biar Jeremy membeli beberapa novel lagi untuk Karina.Rafael meletakkan penanya. Dia berdiri dan berjalan mendekati Karina dengan hati-hati. Rafael berniat membawa Karina kembali ke tempat tidur. Akan tetapi, begitu disentuh, Karina langsung terbangun.Mata Karina terlihat bingung dan dia menatap kosong pada Rafael.Raut wajah Rafael kembali menjadi dingin. Dia berkata dengan nada dingin dan acuh tak acuh, "Kalau mau tidur, tidurlah di tempat tidur. Kamu bisa masuk angin kalau di sini."K
"Aku sudah minum obat. Mungkin efeknya masih belum bekerja." Karina membelai sampul novel ketegangan yang indah itu dan tersenyum santai. "Hanya sedikit masuk angin. Nggak usah khawatir. Lanjutkan saja pekerjaanmu."Rafael terdiam selama beberapa saat. Kemudian, dia menarik tangan Karina dan membawanya keluar."Rafael, kamu ...."Karina terkejut. Apa yang dia lakukan?Rafael membawa Karina kembali ke kamar tidur. Dia menekan Karina kuat-kuat ke atas tempat tidur, menarik selimut, dan menyelimuti Karina. "Tidur yang nyenyak. Jangan lagi pergi ke ruang kerjaku.""Tapi ....""Nggak ada tapi-tapian. Apa kamu ingin masuk anginmu ini menjadi parah dan menulariku?" Tatapan mata Rafael menjadi agak dingin.Wanita sialan ini, apa dia tidak tahu jika Rafael begitu mengkhawatirkan dirinya, saat dirinya terkena masuk angin? Rafael bahkan mulai curiga apakah Karina memang sengaja ingin melihat dirinya menjadi cemas!Karina mencengkeram selimut itu dan berkata dengan lemah, "Aku nggak bermaksud sepe
Karina memperhatikan Safira dari atas hingga ke bawah. Gadis ini pergi keluar untuk bersenang-senang. Kulitnya menjadi lebih gelap, tetapi wajahnya terlihat segar dan sehat. Pipinya merah merona dan terlihat lebih menarik.Memikirkan selama beberapa hari terakhir ini Karina sudah bekerja keras untuk mengerjakan tugas Safira dan bahkan juga sempat mengalami sakit ringan, serta kehilangan banyak berat badan, bagaimana bisa terdapat perbedaan yang sebesar itu?Karina merasa sangat lelah saat memikirkannya."Semuanya ada di situ. Coba kamu periksa lagi apakah masih ada yang kurang?"Safira membolak-balik tugas tersebut dengan perasaan puas. Kemudian, sambil tersenyum, Safira mendekatkan tubuhnya untuk merangkul bahu Karina. "Aku merasa lega kamu sudah mengerjakan tugas ini untukku, Karina. Kalau nanti kamu membutuhkan bantuanku, katakan saja kepadaku. Nggak usah sungkan-sungkan, oke!""Hmm."Karina tersenyum. Dalam keadaan normal, selama temannya tidak meminta bantuan ini-itu, hal tersebut
Karina juga menjawab dengan sopan, "Halo.""Apa kita bisa bicara?" tanya wanita terhormat itu dengan suara lembut. Seharusnya wanita ini merupakan tipikal putri keluarga orang kaya pada umumnya. Wanita itu bicara dengan begitu lembut dan sangat berbudaya, tetapi tetap tidak menyembunyikan sikap superiornya.Karina bisa mendengar nada memerintah dari intonasi suara wanita itu.Meskipun bertanya, wanita itu tidak memberikan opsi untuk menolaknya.Yang seperti itu merupakan cara komunikasi yang lazim dilakukan orang-orang terhormat, yang menganggap diri mereka paling hebat.Karina juga tersenyum dan berkata, "Nyonya, kurasa kamu juga harus memperkenalkan dirimu terlebih dulu, sebelum menanyakan hal ini padaku, 'kan?"Rasa terkejut melintas di mata wanita terhormat itu.Matanya agak terkulai dan meninggalkan bayangan di sana. Setelah beberapa saat, wanita itu mengangkat matanya dan tersenyum meminta maaf. "Maaf, aku lupa memperkenalkan diri. Halo, aku Yasmin Respati. Aku ibunya Rafael."Me
Yani benar-benar merasa iri.Wanita licik itu menggunakan kecantikannya untuk merayu pria di mana-mana. Bagaimana mungkin wanita seperti itu bisa menemani Pak Neo untuk hadir di seminar penelitian ilmiah?Kenapa dia tidak menjadi wanita penghibur saja?"Pemilik mobil mewah itu seorang wanita," jawab Amy dengan tenang.Ini juga yang menjadi alasan kenapa orang-orang itu tidak menyerang Karina secara frontal, meskipun berita tersebut sudah tersebar luas.Akan tetapi, pola pikir Yani jelas salah mengartikan hal tersebut. Wajahnya langsung pucat pasi dan dia terkejut bukan main. "Apa wanita jalan itu bukan hanya jadi peliharaan para pria, tapi juga wanita ...."Wajah Amy di sisi lain langsung berubah. Seberapa besar imajinasi yang dimiliki Yani ini?"Kurasa ini berbeda dari yang kamu pikirkan."Tiba-tiba saja, Yani merasa agak kesal. "Apa gunanya bagi kita kalau pemilik mobil mewah itu seorang wanita? Nona Amy, kamu sengaja meneleponku hanya untuk membicarakan gosip yang nggak penting sepe
"Kamu perlu menggunakan kecerdasanmu dalam masalah ini. Kamu harus paham kalau Karina dan aku nggak punya banyak konflik kepentingan. Tapi, kamu sudah pernah menjebaknya sekali. Apa kamu pikir Karina akan benar-benar diam saja?"Sikap Amy tiba-tiba saja menjadi begitu tegas.Yani merasa begitu marah hingga menggertakkan giginya. Wanita ini benar-benar pandai melepaskan diri. Jika masalah ini menjadi kacau dan sampai terbongkar, semua itu tidak akan ada hubungannya dengan Amy."Amy, apa kamu pikir aku ini orang yang bodoh?""Aku hanya mengatakan yang sebenarnya. Aku nggak menyukai Karina, jadi akan lebih baik kalau aku nggak perlu lagi melihatnya. Tapi, belum tentu kamu juga seperti itu. Oke, itu saja yang ingin kusampaikan hari ini. Terserah padamu bagaimana kamu akan melakukannya."Setelah berkata seperti itu, Amy pun menutup teleponnya.Amy berbaring di sofa. Dia membuang ponselnya jauh-jauh dan menghela napas panjang.Amy sama sekali tidak khawatir jika Yani tidak akan melakukan apa
Karina kembali ke akal sehatnya dan mengangguk sedikit. "Aku terserah saja."Kepala pelayan menatap tajam pada Karina. Kemudian, dia menganggukkan kepalanya dan berkata, "Nyonya dan Nona Karina, tolong tunggu sebentar."Setelah berkata seperti itu, dia membawa dua pelayan wanita dan berlalu pergi."Aku akan mengganti pakaian. Tolong Nona Karina tunggu di sini sebentar." Setelah berkata seperti itu, Yasmin pun langsung naik ke lantai atas.Segera setelah majikannya pergi, para pelayan langsung melanjutkan pekerjaannya masing-masing.Karina berdiri di ruang tamu dan menerima tatapan tidak jelas dari orang-orang yang tengah mengamati dirinya. Ada yang menatapnya dengan tatapan menyelidik, maupun rasa ingin tahu. Namun, kebanyakan menatapnya dengan penuh kedengkian.Keluarga ini benar-benar tidak ramah kepada orang luar.Karina pun tersenyum di dalam hati saat memikirkan sikap superior yang tanpa sadar ditunjukkan oleh Yasmin barusan. Mereka memang benar-benar layak menjadi ibu dan anak. C
"Kalian!" teriak Karina.Karina merasa kesal. Dia memandang para wartawan dengan marah, lalu hendak membungkuk untuk mengambil dokumen-dokumen yang berserakan di tanah. Akan tetapi, bagaimana mungkin orang-orang ini peduli? Demi mendapatkan berita utama, mereka semua tidak segan-segan menggunakan cara apa pun.Dokumen yang tercecer di tanah itu sudah diinjak-injak oleh mereka sebelum sempat diambil Karina. "Cukup! Hubunganku dengan Pak Rafael memangnya ada hubungan dengan kalian?" teriak Karina dengan kesal sambil kembali berdiri tegak.Orang-orang itu sudah menghabiskan kesabaran Karina."Nona Karina, apakah Nona marah karena pernyataan kami benar? Apakah Nona benar-benar merayu CEO Grup Stalin demi bisa menjadi bagian dari keluarga kaya raya?""Nggak!" balas Karina dengan cepat."Jika tidak, bisakah Nona mengungkapkan bagaimana Nona dan Pak Rafael bertemu? Apakah Nona merasa bisa menjadi seperti Cinderella?""Benar, Nona Karina, Keluarga Stalin adalah keluarga terkenal. Apakah Nona y
Pada akhirnya yang mendapatkan keuntungan dari keseluruhan kejadian ini adalah Amy.Di dalam mobil.Karina berdebar-debar dan bergumam, "Hubungan kita telah diketahui publik, aku nggak tahu bagaimana reaksi dari pihak kampus ...."Memiliki hubungan dengan Rafael pasti akan menimbulkan sensasi. Karina tahu itu dan dia hanya berharap reaksi orang-orang tidak terlalu berlebihan.Namun, pasti akan menarik banyak perhatian orang terhadapnya.Karina menghela napas, dia merasa tidak ingin pergi ke kampus untuk sementara waktu.Begitu Karina selesai berbicara, Rafael sudah memegang tangannya. Sentuhan hangat itu membuat Karina terkejut. Karina menoleh, menatap Rafael dengan bingung. Terlihat Rafael sedang memandang keluar jendela mobil sambil menopang dagunya, seperti sedang menikmati pemandangan, dan berkata dengan datar, "Apa pun yang terjadi, aku akan selalu berada di sisimu."Wanita mana pun pasti akan tersentuh hatinya mendengar perkataan itu.Sudut mata Karina melengkung. Dia menggeser p
Karina menggeleng, raut wajahnya tampak bimbang. "Nggak, hanya saja ini terlalu mendadak, aku merasa belum siap.""Apa yang perlu kamu takutkan? Bukankah aku ada di depanmu untuk melindungimu? Kamu hanya perlu bersembunyi di belakangku dengan tenang," jawab Rafael dengan sangat santai dan lancar seakan-akan dia telah berlatih berkali-kali.Hati Karina menjadi hangat. Awalnya dia merasa sedikit bimbang, tetapi sekarang semuanya seketika menjadi jelas. Apa pun yang terjadi, bukankah Rafael selalu ada untuknya?Mengapa dirinya harus khawatir berlebihan?Karina pun mengangguk dengan bersemangat, tersenyum manis dan berkata dengan gaya menggemaskan, "Mulai sekarang, aku akan mengandalkanmu."Rafael mengangkat alisnya ketika dia melihat ekspresi antusias Karina dan berkata, "Kalau aku nggak melindungimu, aku harus melindungi siapa?"Mendengar itu, Karina tertawa lebih bahagia.....Setelah itu, atas permintaan keras Rafael, Karina baru bisa keluar dari ruang perawatan khusus di rumah sakit s
"Eh?" Karina mengusap hidungnya, lalu menatap Rafael."Kamu sudah tahu aku sebaik ini, jadi kamu menikah denganku atau nggak?" tanya Rafael sambil memegang dagu Karina, tersenyum lebar.Karina mengangguk mantap dan berkata, "Asalkan kamu mau menikahiku, aku akan menikah denganmu."Rafael benar, jika kamu ingin memakai mahkota, harus siap menanggung bebannya. Rafael telah melakukan begitu banyak hal untuknya, lalu mengapa dirinya tidak menghadapi orang-orang yang datang untuk memprovokasinya demi Rafael?Jika sudah mencintai, mengapa dirinya tidak sanggup menghadapi sedikit kesulitan demi Rafael?Mendengar jawaban yang pasti, Rafael tersenyum lebar, matanya yang hitam penuh arti. "Kamu yakin?"Karina mengangguk tegas. "Aku yakin."Tiba-tiba, Rafael menekan bahu Karina, menghela napas panjang dan berkata, "Sekarang aku merasa lega.""Eh?"Karina tertegun, matanya berkedip-kedip. 'Apa maksudnya?'Ekspresi Rafael tiba-tiba tampak serius, menatap ke arah Karina dan berkata dengan sungguh-su
Dia bilang ingin berjalan bersama dengan Rafael, tetapi tidak dapat melakukan banyak hal untuk Rafael dan ini membuatnya merasa sangat tidak berdaya.Karina menghela napas, sorot matanya berkilap dan dia bertanya dengan tidak percaya diri, "Rafael, kenapa kamu begitu baik padaku? Kupikir aku sudah cukup baik, tapi setelah bersamamu, aku baru menyadari kalau aku masih jauh dari cukup baik. Apa aku benar-benar bisa menjadi wanita yang berdiri di sisimu?""Bisa atau nggak kamu menjadi wanita yang berada di sisiku, itu terserah padaku. Aku bilang kamu bisa, maka kamu bisa.""Tapi aku masih belum cukup baik," ujar Karina sambil menggigit bibirnya, kembali merasa ragu."Oh?""Aku punya temperamen yang buruk."Rafael mengangguk, mengakuinya, "Memang, temperamenmu ini sulit ditoleransi oleh kebanyakan orang. Selain itu, kamu suka mempermasalahkan hal-hal kecil, seperti landak yang bisa menyakiti orang jika ia terdesak."Mendengar komentar itu, Karina makin merasa tertekan, "Dan aku juga nggak
"Bukan begitu!" Karina tiba-tiba menjadi emosional, lalu berkata dengan tergesa-gesa, "Aku sungguh menyukaimu!""Tapi kamu bahkan nggak memiliki keberanian untuk menghadapi masa depan bersamaku. Kalau kamu ingin memakai mahkota, berarti harus siap menanggung bebannya. Apa kamu bahkan nggak mengerti prinsip ini?""Aku mengerti semua itu!""Kamu benar-benar mengerti?" Rafael mengangkat alisnya.Karina mengangguk dengan tegas, dia menggigit bibirnya dan wajahnya terlihat sedikit bingung."Aku sudah memikirkan semua ini sejak lama, tapi ... aku kurang percaya diri," ujar Karina.Karina menundukkan kepala, suaranya melemah, "Dibandingkan berurusan dengan keluargamu dan teman-temanmu, aku lebih suka berada di laboratorium dengan peralatan dingin. Aku punya temperamen yang buruk, kalau ada orang yang membuatku kesal, aku akan membalasnya. Nggak masalah kalau hanya dengan orang luar, tapi kalau itu terjadi pada orang-orang terdekatmu, aku khawatir akan membuat mereka marah. Aku nggak ingin mem
Karina tercekat.Melihat ekspresi konyol Karina, Rafael tersenyum dan mencubit wajah kecilnya. "Kenapa? Kamu sangat bahagia sampai nggak bisa berkata-kata?" tanya Rafael.Karina mengatupkan bibirnya dan menghindari tangan Rafael. Dia menyipitkan matanya dan berkata dengan muram, "Bukankah aku sudah memberitahumu untuk nggak bercanda? Hal ini nggak mungkin terjadi.""Kenapa?" tanya Rafael, yang senyumannya sedikit memudar, sambil menatap Karina.'Kenapa?'Karina juga menanyakan hal sama pada dirinya sendiri di dalam hatinya.Karena kesenjangan status di antara mereka terlalu besar. Meskipun sekarang mereka bersama, tidak ada jaminan mereka tetap dekat seperti ini di masa depan.Dua orang dengan nilai dan pandangan hidup yang berbeda, Karina tidak berpikir mereka bisa melangkah jauh bersama.Secara rasional, dia dan Rafael tidak akan pernah bisa mencapai akhir, jadi sebaiknya mereka menghentikan hubungan ini. Akan tetapi, secara emosional, putus setelah jatuh cinta lebih sulit dari per
'Kenapa reaksi Rafael malah aneh?'Tepat ketika pikiran Karina melayang ke mana-mana, Rafael tiba-tiba tersenyum. Senyuman yang menghiasi wajah tampannya itu sungguh membuat orang terpesona."Karina, jujur saja, cara kamu mengungkapkan perasaanmu berstandar rendah, nggak ada tekniknya sama sekali. Di antara wanita yang pernah menyatakan perasaannya padaku, kamu mungkin yang terburuk.""...."Senyuman Karina memudar.Namun, Rafael melanjutkan tanpa menyadari perubahan ekspresi itu, "Aku sarankan kamu untuk belajar bagaimana menyatakan cinta. Apa yang kamu katakan terlalu lugas dan nggak romantis sama sekali."Kali ini, senyuman di wajah Karina sepenuhnya hilang, lalu terdengar suara gertakan gigi.'Siapa pun tolong seret bajingan bermulut tajam ini keluar dari sini!''Di tengah suasana yang begitu indah, bisa-bisanya dia mengungkit wanita lain! Nggak hanya itu, dia bahkan mengatakan cara aku menyatakan perasaanku adalah terburuk!''Romantis! Romantis!''Kalau kamu begitu ingin romantis,
Karina bingung, dia menempelkan pipinya ke dada Rafael, mendengarkan detak jantungnya yang kuat dan merasakan detak jantungnya sendiri ikut sinkron.Karena begitu dekat, dia sepertinya dapat merasakan Rafael sedikit gemetar, gemetar yang disebabkan oleh rasa takut.'Dia sebenarnya sangat takut, bukan?'Karina berpikir, meskipun dirinya tidak bodoh, sebodoh apa pun dirinya pada saat ini, dia tetap tahu bahwa Rafael gemetar karena dirinya. Dirinya yang tiba-tiba menghilang pasti membuat Rafael sangat panik.Dia ingin memeluknya kembali Rafael dan memberitahunya bahwa dia ada di sini sekarang, bahwa dia tidak menghilang dan tidak akan menghilang.Begitu dia bergerak, Rafael menghentikannya dengan suara rendah."Jangan bergerak."Gerakan Karina tiba-tiba berhenti. Karina berbisik di pelukannya, "Rafael, apa kamu takut?"Berdasarkan sikap biasanya, Rafael pasti akan menyangkalnya. Bagaimana mungkin dia yang begitu arogan membiarkan dirinya merasakan ketakutan?Tepat ketika Karina mengira Ra