Karina juga menjawab dengan sopan, "Halo.""Apa kita bisa bicara?" tanya wanita terhormat itu dengan suara lembut. Seharusnya wanita ini merupakan tipikal putri keluarga orang kaya pada umumnya. Wanita itu bicara dengan begitu lembut dan sangat berbudaya, tetapi tetap tidak menyembunyikan sikap superiornya.Karina bisa mendengar nada memerintah dari intonasi suara wanita itu.Meskipun bertanya, wanita itu tidak memberikan opsi untuk menolaknya.Yang seperti itu merupakan cara komunikasi yang lazim dilakukan orang-orang terhormat, yang menganggap diri mereka paling hebat.Karina juga tersenyum dan berkata, "Nyonya, kurasa kamu juga harus memperkenalkan dirimu terlebih dulu, sebelum menanyakan hal ini padaku, 'kan?"Rasa terkejut melintas di mata wanita terhormat itu.Matanya agak terkulai dan meninggalkan bayangan di sana. Setelah beberapa saat, wanita itu mengangkat matanya dan tersenyum meminta maaf. "Maaf, aku lupa memperkenalkan diri. Halo, aku Yasmin Respati. Aku ibunya Rafael."Me
Yani benar-benar merasa iri.Wanita licik itu menggunakan kecantikannya untuk merayu pria di mana-mana. Bagaimana mungkin wanita seperti itu bisa menemani Pak Neo untuk hadir di seminar penelitian ilmiah?Kenapa dia tidak menjadi wanita penghibur saja?"Pemilik mobil mewah itu seorang wanita," jawab Amy dengan tenang.Ini juga yang menjadi alasan kenapa orang-orang itu tidak menyerang Karina secara frontal, meskipun berita tersebut sudah tersebar luas.Akan tetapi, pola pikir Yani jelas salah mengartikan hal tersebut. Wajahnya langsung pucat pasi dan dia terkejut bukan main. "Apa wanita jalan itu bukan hanya jadi peliharaan para pria, tapi juga wanita ...."Wajah Amy di sisi lain langsung berubah. Seberapa besar imajinasi yang dimiliki Yani ini?"Kurasa ini berbeda dari yang kamu pikirkan."Tiba-tiba saja, Yani merasa agak kesal. "Apa gunanya bagi kita kalau pemilik mobil mewah itu seorang wanita? Nona Amy, kamu sengaja meneleponku hanya untuk membicarakan gosip yang nggak penting sepe
"Kamu perlu menggunakan kecerdasanmu dalam masalah ini. Kamu harus paham kalau Karina dan aku nggak punya banyak konflik kepentingan. Tapi, kamu sudah pernah menjebaknya sekali. Apa kamu pikir Karina akan benar-benar diam saja?"Sikap Amy tiba-tiba saja menjadi begitu tegas.Yani merasa begitu marah hingga menggertakkan giginya. Wanita ini benar-benar pandai melepaskan diri. Jika masalah ini menjadi kacau dan sampai terbongkar, semua itu tidak akan ada hubungannya dengan Amy."Amy, apa kamu pikir aku ini orang yang bodoh?""Aku hanya mengatakan yang sebenarnya. Aku nggak menyukai Karina, jadi akan lebih baik kalau aku nggak perlu lagi melihatnya. Tapi, belum tentu kamu juga seperti itu. Oke, itu saja yang ingin kusampaikan hari ini. Terserah padamu bagaimana kamu akan melakukannya."Setelah berkata seperti itu, Amy pun menutup teleponnya.Amy berbaring di sofa. Dia membuang ponselnya jauh-jauh dan menghela napas panjang.Amy sama sekali tidak khawatir jika Yani tidak akan melakukan apa
Karina kembali ke akal sehatnya dan mengangguk sedikit. "Aku terserah saja."Kepala pelayan menatap tajam pada Karina. Kemudian, dia menganggukkan kepalanya dan berkata, "Nyonya dan Nona Karina, tolong tunggu sebentar."Setelah berkata seperti itu, dia membawa dua pelayan wanita dan berlalu pergi."Aku akan mengganti pakaian. Tolong Nona Karina tunggu di sini sebentar." Setelah berkata seperti itu, Yasmin pun langsung naik ke lantai atas.Segera setelah majikannya pergi, para pelayan langsung melanjutkan pekerjaannya masing-masing.Karina berdiri di ruang tamu dan menerima tatapan tidak jelas dari orang-orang yang tengah mengamati dirinya. Ada yang menatapnya dengan tatapan menyelidik, maupun rasa ingin tahu. Namun, kebanyakan menatapnya dengan penuh kedengkian.Keluarga ini benar-benar tidak ramah kepada orang luar.Karina pun tersenyum di dalam hati saat memikirkan sikap superior yang tanpa sadar ditunjukkan oleh Yasmin barusan. Mereka memang benar-benar layak menjadi ibu dan anak. C
"Rafael itu anak yang selalu mandiri dalam melakukan sesuatu sejak masih kecil. Selama dia sudah memutuskan sesuatu, pada dasarnya dia nggak akan pernah mengubahnya. Hal yang sama juga berlaku untuk masalah Delisa ....""Delisa?" Ini bukan pertama kalinya Karina mendengar nama tersebut.Jika tebakan Karina benar, Delisa ini pasti mantan kekasih Rafael, bukan?Yasmin mengalihkan pandangannya. Dia menatap Karina dan bertanya dengan rasa ingin tahu, "Apa, apa Rafael nggak pernah menyinggung soal Delisa ini kepadamu?"Karina menggelengkan kepalanya dengan jujur.Karina belum pernah mendengar nama orang ini dari mulut Rafael.Selain itu, ketika ada orang lain yang menyebut nama Delisa, suasana hati Rafael akan langsung memburuk."Delisa itu putri Keluarga Anuma, sekaligus kekasih masa kecil Rafael. Keduanya memiliki hubungan yang luar biasa dan tentu saja menjadi pasangan kekasih yang membuat iri semua orang. Tapi, demi karier menarinya, Delisa memutuskan hubungan dengan Rafael."Kata-kata
"Biarkan aku memberitahumu secara terang-terangan di sini. Hanya putri dari keluarga kaya dan terhormat saja yang bisa menjadi menantu Keluarga Stalin. Aku nggak keberatan kamu bersama Rafael. Tapi, aku juga berharap kamu nggak bermimpi terlalu tinggi."Karina mengerjapkan matanya dan tertawa getir di dalam hati. Benar saja. Yang paling utama bagi orang kaya adalah status sosial yang setara.Bagaimana Karina bisa berpikir jika wanita terhormat ini akan bersedia menerima dirinya? Benar-benar bodoh!"Aku nggak pernah berpikir untuk menikah dengan keluarga kaya. Tapi, aku juga nggak akan menerima cek ini." Karina berusaha sekuat tenaga untuk membuat suaranya tetap tenang dan datar.Akan tetapi, suaranya masih terdengar sedikit bergetar."Nggak mau? Apa menurutmu itu masih kurang?" tanya Yasmin.Senyum di wajah Yasmin makin lama makin berubah menjadi ejekan. "Kalau begitu, sebutkan jumlahnya padaku!"Wajah Karina menjadi agak panas. Dia tertawa kecil, menatap Yasmin, dan bertanya kepadanya
Karina bahkan tidak tahu bagaimana dia bisa kembali ke vila.Kemunculan ibu Rafael yang tiba-tiba hari ini membuat dirinya tidak siap.Namun, hal ini juga membuat Karina bisa memahami satu hal dengan jelas, bahwa di antara dirinya dan Rafael terdapat jurang yang begitu besar, sehingga hampir tidak ada kemungkinan bagi mereka untuk bersama.Karina berbaring dengan lelah di sofa. Matanya menyapu vila yang luas tersebut. Awalnya, seumur hidupnya, Karina mungkin tidak akan pernah bisa menginjakkan kakinya di tempat seperti ini. Namun, sekarang dia tinggal di vila yang begitu besar ini karena Rafael.Tempat ini sudah memberikan banyak kenangan bagi Karina.Ada yang indah.Ada pula yang buruk.Tiba-tiba saja, Karina merasa agak lelah. Bukan lelah secara fisik, melainkan mentalnya yang lelah.Kapan tepatnya hubungannya yang tidak pantas dengan Rafael ini akan berakhir?Namun, seharusnya akan selalu ada hari di mana semua ini akan berakhir, 'kan?Mungkin.Seminar penelitian ilmiah itu akan men
Banyak hal yang tidak akan bisa dicapai hanya dengan kerja keras semata.Teori pembagian kelas sosial semacam ini benar-benar merusak sudut pandang Karina.Hal ini membuat Karina merasa sangat kesal.Rafael mencubit Karina. Rasa sakit itu membuat perhatian Karina kembali tertuju pada Rafael. Karina pun menepis tangan Rafael dengan marah. "Aku sudah bilang. Aku paling benci kalau ada orang yang mencubit pipiku!""Hmph, aku justru menyukainya," balas Rafael dengan arogan.Karina merasa sangat marah. Namun, dia benar-benar tidak mampu menyakiti Rafael. Apakah ibu dan anak ini memang ingin melukai dirinya?Akan tetapi, Karina tidak bisa berbuat apa-apa. Karina merasa marah sekaligus sedih. Dia hanya bisa memalingkan wajahnya dengan mata memerah. Karina merasa terlalu malas untuk memedulikan Rafael.Rafael masih bersikeras untuk terus menegakkan wajah Karina dan menegaskan setiap kata yang dia ucapkan, "Karina, kamu masih belum mengerti satu hal.""Apa?"Karina bertanya dengan marah. Matany
"Kalian!" teriak Karina.Karina merasa kesal. Dia memandang para wartawan dengan marah, lalu hendak membungkuk untuk mengambil dokumen-dokumen yang berserakan di tanah. Akan tetapi, bagaimana mungkin orang-orang ini peduli? Demi mendapatkan berita utama, mereka semua tidak segan-segan menggunakan cara apa pun.Dokumen yang tercecer di tanah itu sudah diinjak-injak oleh mereka sebelum sempat diambil Karina. "Cukup! Hubunganku dengan Pak Rafael memangnya ada hubungan dengan kalian?" teriak Karina dengan kesal sambil kembali berdiri tegak.Orang-orang itu sudah menghabiskan kesabaran Karina."Nona Karina, apakah Nona marah karena pernyataan kami benar? Apakah Nona benar-benar merayu CEO Grup Stalin demi bisa menjadi bagian dari keluarga kaya raya?""Nggak!" balas Karina dengan cepat."Jika tidak, bisakah Nona mengungkapkan bagaimana Nona dan Pak Rafael bertemu? Apakah Nona merasa bisa menjadi seperti Cinderella?""Benar, Nona Karina, Keluarga Stalin adalah keluarga terkenal. Apakah Nona y
Pada akhirnya yang mendapatkan keuntungan dari keseluruhan kejadian ini adalah Amy.Di dalam mobil.Karina berdebar-debar dan bergumam, "Hubungan kita telah diketahui publik, aku nggak tahu bagaimana reaksi dari pihak kampus ...."Memiliki hubungan dengan Rafael pasti akan menimbulkan sensasi. Karina tahu itu dan dia hanya berharap reaksi orang-orang tidak terlalu berlebihan.Namun, pasti akan menarik banyak perhatian orang terhadapnya.Karina menghela napas, dia merasa tidak ingin pergi ke kampus untuk sementara waktu.Begitu Karina selesai berbicara, Rafael sudah memegang tangannya. Sentuhan hangat itu membuat Karina terkejut. Karina menoleh, menatap Rafael dengan bingung. Terlihat Rafael sedang memandang keluar jendela mobil sambil menopang dagunya, seperti sedang menikmati pemandangan, dan berkata dengan datar, "Apa pun yang terjadi, aku akan selalu berada di sisimu."Wanita mana pun pasti akan tersentuh hatinya mendengar perkataan itu.Sudut mata Karina melengkung. Dia menggeser p
Karina menggeleng, raut wajahnya tampak bimbang. "Nggak, hanya saja ini terlalu mendadak, aku merasa belum siap.""Apa yang perlu kamu takutkan? Bukankah aku ada di depanmu untuk melindungimu? Kamu hanya perlu bersembunyi di belakangku dengan tenang," jawab Rafael dengan sangat santai dan lancar seakan-akan dia telah berlatih berkali-kali.Hati Karina menjadi hangat. Awalnya dia merasa sedikit bimbang, tetapi sekarang semuanya seketika menjadi jelas. Apa pun yang terjadi, bukankah Rafael selalu ada untuknya?Mengapa dirinya harus khawatir berlebihan?Karina pun mengangguk dengan bersemangat, tersenyum manis dan berkata dengan gaya menggemaskan, "Mulai sekarang, aku akan mengandalkanmu."Rafael mengangkat alisnya ketika dia melihat ekspresi antusias Karina dan berkata, "Kalau aku nggak melindungimu, aku harus melindungi siapa?"Mendengar itu, Karina tertawa lebih bahagia.....Setelah itu, atas permintaan keras Rafael, Karina baru bisa keluar dari ruang perawatan khusus di rumah sakit s
"Eh?" Karina mengusap hidungnya, lalu menatap Rafael."Kamu sudah tahu aku sebaik ini, jadi kamu menikah denganku atau nggak?" tanya Rafael sambil memegang dagu Karina, tersenyum lebar.Karina mengangguk mantap dan berkata, "Asalkan kamu mau menikahiku, aku akan menikah denganmu."Rafael benar, jika kamu ingin memakai mahkota, harus siap menanggung bebannya. Rafael telah melakukan begitu banyak hal untuknya, lalu mengapa dirinya tidak menghadapi orang-orang yang datang untuk memprovokasinya demi Rafael?Jika sudah mencintai, mengapa dirinya tidak sanggup menghadapi sedikit kesulitan demi Rafael?Mendengar jawaban yang pasti, Rafael tersenyum lebar, matanya yang hitam penuh arti. "Kamu yakin?"Karina mengangguk tegas. "Aku yakin."Tiba-tiba, Rafael menekan bahu Karina, menghela napas panjang dan berkata, "Sekarang aku merasa lega.""Eh?"Karina tertegun, matanya berkedip-kedip. 'Apa maksudnya?'Ekspresi Rafael tiba-tiba tampak serius, menatap ke arah Karina dan berkata dengan sungguh-su
Dia bilang ingin berjalan bersama dengan Rafael, tetapi tidak dapat melakukan banyak hal untuk Rafael dan ini membuatnya merasa sangat tidak berdaya.Karina menghela napas, sorot matanya berkilap dan dia bertanya dengan tidak percaya diri, "Rafael, kenapa kamu begitu baik padaku? Kupikir aku sudah cukup baik, tapi setelah bersamamu, aku baru menyadari kalau aku masih jauh dari cukup baik. Apa aku benar-benar bisa menjadi wanita yang berdiri di sisimu?""Bisa atau nggak kamu menjadi wanita yang berada di sisiku, itu terserah padaku. Aku bilang kamu bisa, maka kamu bisa.""Tapi aku masih belum cukup baik," ujar Karina sambil menggigit bibirnya, kembali merasa ragu."Oh?""Aku punya temperamen yang buruk."Rafael mengangguk, mengakuinya, "Memang, temperamenmu ini sulit ditoleransi oleh kebanyakan orang. Selain itu, kamu suka mempermasalahkan hal-hal kecil, seperti landak yang bisa menyakiti orang jika ia terdesak."Mendengar komentar itu, Karina makin merasa tertekan, "Dan aku juga nggak
"Bukan begitu!" Karina tiba-tiba menjadi emosional, lalu berkata dengan tergesa-gesa, "Aku sungguh menyukaimu!""Tapi kamu bahkan nggak memiliki keberanian untuk menghadapi masa depan bersamaku. Kalau kamu ingin memakai mahkota, berarti harus siap menanggung bebannya. Apa kamu bahkan nggak mengerti prinsip ini?""Aku mengerti semua itu!""Kamu benar-benar mengerti?" Rafael mengangkat alisnya.Karina mengangguk dengan tegas, dia menggigit bibirnya dan wajahnya terlihat sedikit bingung."Aku sudah memikirkan semua ini sejak lama, tapi ... aku kurang percaya diri," ujar Karina.Karina menundukkan kepala, suaranya melemah, "Dibandingkan berurusan dengan keluargamu dan teman-temanmu, aku lebih suka berada di laboratorium dengan peralatan dingin. Aku punya temperamen yang buruk, kalau ada orang yang membuatku kesal, aku akan membalasnya. Nggak masalah kalau hanya dengan orang luar, tapi kalau itu terjadi pada orang-orang terdekatmu, aku khawatir akan membuat mereka marah. Aku nggak ingin mem
Karina tercekat.Melihat ekspresi konyol Karina, Rafael tersenyum dan mencubit wajah kecilnya. "Kenapa? Kamu sangat bahagia sampai nggak bisa berkata-kata?" tanya Rafael.Karina mengatupkan bibirnya dan menghindari tangan Rafael. Dia menyipitkan matanya dan berkata dengan muram, "Bukankah aku sudah memberitahumu untuk nggak bercanda? Hal ini nggak mungkin terjadi.""Kenapa?" tanya Rafael, yang senyumannya sedikit memudar, sambil menatap Karina.'Kenapa?'Karina juga menanyakan hal sama pada dirinya sendiri di dalam hatinya.Karena kesenjangan status di antara mereka terlalu besar. Meskipun sekarang mereka bersama, tidak ada jaminan mereka tetap dekat seperti ini di masa depan.Dua orang dengan nilai dan pandangan hidup yang berbeda, Karina tidak berpikir mereka bisa melangkah jauh bersama.Secara rasional, dia dan Rafael tidak akan pernah bisa mencapai akhir, jadi sebaiknya mereka menghentikan hubungan ini. Akan tetapi, secara emosional, putus setelah jatuh cinta lebih sulit dari per
'Kenapa reaksi Rafael malah aneh?'Tepat ketika pikiran Karina melayang ke mana-mana, Rafael tiba-tiba tersenyum. Senyuman yang menghiasi wajah tampannya itu sungguh membuat orang terpesona."Karina, jujur saja, cara kamu mengungkapkan perasaanmu berstandar rendah, nggak ada tekniknya sama sekali. Di antara wanita yang pernah menyatakan perasaannya padaku, kamu mungkin yang terburuk.""...."Senyuman Karina memudar.Namun, Rafael melanjutkan tanpa menyadari perubahan ekspresi itu, "Aku sarankan kamu untuk belajar bagaimana menyatakan cinta. Apa yang kamu katakan terlalu lugas dan nggak romantis sama sekali."Kali ini, senyuman di wajah Karina sepenuhnya hilang, lalu terdengar suara gertakan gigi.'Siapa pun tolong seret bajingan bermulut tajam ini keluar dari sini!''Di tengah suasana yang begitu indah, bisa-bisanya dia mengungkit wanita lain! Nggak hanya itu, dia bahkan mengatakan cara aku menyatakan perasaanku adalah terburuk!''Romantis! Romantis!''Kalau kamu begitu ingin romantis,
Karina bingung, dia menempelkan pipinya ke dada Rafael, mendengarkan detak jantungnya yang kuat dan merasakan detak jantungnya sendiri ikut sinkron.Karena begitu dekat, dia sepertinya dapat merasakan Rafael sedikit gemetar, gemetar yang disebabkan oleh rasa takut.'Dia sebenarnya sangat takut, bukan?'Karina berpikir, meskipun dirinya tidak bodoh, sebodoh apa pun dirinya pada saat ini, dia tetap tahu bahwa Rafael gemetar karena dirinya. Dirinya yang tiba-tiba menghilang pasti membuat Rafael sangat panik.Dia ingin memeluknya kembali Rafael dan memberitahunya bahwa dia ada di sini sekarang, bahwa dia tidak menghilang dan tidak akan menghilang.Begitu dia bergerak, Rafael menghentikannya dengan suara rendah."Jangan bergerak."Gerakan Karina tiba-tiba berhenti. Karina berbisik di pelukannya, "Rafael, apa kamu takut?"Berdasarkan sikap biasanya, Rafael pasti akan menyangkalnya. Bagaimana mungkin dia yang begitu arogan membiarkan dirinya merasakan ketakutan?Tepat ketika Karina mengira Ra