Semua Bab Perjanjian Terlarang: Bab 61 - Bab 70

86 Bab

Berpisah

“Tapi, Abi. Aku takut ....” Moreau tidak tahu apakah dia akan tetap menolak atau harus melawan keraguan demi satu kebaikan. Abihirt akan menyetir, meskipun memang tampaknya pria itu mengganti cara lain. “Dia tidak akan menggigitmu.” Ntahlah, hanya dengan pernyataan tersebut, Moreau akhirnya bersedia membiarkan anjing kecil—dia tak tahu banyak mengenai jenis – jenis mereka, tidak berusaha mencari tahu, selain hati - hati mengusap bulu yang terasa begitu lembut. Sesekali Moreau melirik ke sekitar menyadari satu hal. Tali kulit di leher anjing itu setidaknya memberitahukan petunjuk. “Aku rasa anjing ini ada yang punya. Lebih baik kita cari dan kembalikan kepada pemiliknya.” “Siapa pun yang memilikinya. Mereka telah dengan sengaja meninggalkan hewan yang sedang sakit di pinggir jalan seperti ini. Aku tidak ada waktu untuk melakukan hal seperti yang kau katakan.” Ironinya pernyataan Abihirt barusan sanggup menekan apa pun, termasuk menjadikan niat Moreau mendadak urung. Dia menu
Baca selengkapnya

Sebuah Pemandangan

“Terima kasih atas tumpanganmu, Juan Baker. Senang bisa membuatmu menjadi supir lagi.” Moreau tersenyum puas ketika bibir Juan berdecak malas. Pria itu mendelik sinis, tetapi jelas tak sungguh – sungguh dilakukan. Hanya sebuah candaan yang sengaja dibuat serius dan sekarang Moreau sedang menyiapkan diri untuk turun dari mobil. Mula – mula kedua kaki dalam balutan sepatu miliknya digeser menyentuh pijakan halaman di depan rumah. Juan tidak akan tertarik diajak masuk setelah pria itu tahu Barbara selalu menjadi yang pertama kali tiba, meskipun harus menghadapi beberapa urusan di kantor. Barangkali sedikit muak terhadap larangan dari wanita itu, yang melibatkan kegemaran mereka berdua untuk mencuri – curi waktu menikmati udara segar usai melakukan krisis latihan panjang. “Aku masuk dulu.” Moreau melirik Juan dengan kedipan mata centil. Memastikan sekarang dia telah benar – benar berdiri d
Baca selengkapnya

Penitipan

Jubah mandi baru saja merekat di tubuhnya, tetapi tiba – tiba Moreau harus menghadapi suara ketukan pintu kamar yang samar – samar terkesan begitu terburu. Dia mengangkat sebelah alis tinggi memikirkan siapa di sana dan secara ajaib menaruh rasa curiga kepada satu orang. Abihirt. Moreau mendengkus kasar cukup dengan membayangkan apa yang pria itu inginkan. Dia akan sangat menolak jika ayah sambungnya meminta mereka melakukan sesuatu di sini, di kamar ini saat Barbara bahkan sedang di rumah. Lewat hentakan kaki yang keras dia tak punya pilihan untuk melangkah ke arah pintu. Sisa – sisa suara ketukan masih berusaha mendesak. Itu memberi Moreau sedikit rasa jengkel sekadar mengumpat Abihirt di dalam kepala. Dia langsung menyentuh gagang pintu, sungguh melupakan tetes air di rambut membasah yang kadang – kadang berjatuhan di lantai, dan berharap dapat membicarakan sesuatu dengan sangat baik bersama pria itu sekarang. “Jika kau memintaku untuk melayanimu malam ini, aku tidak mau!”
Baca selengkapnya

Terbengkalai

Moreau berupaya membantah ... ketika tanpa pernah mau mendengar Barbara justru langsung meninggalkan kamar. Selalu seperti ini. Wanita itu selalu mengambil keuntungan dengan membiarkan Moreau terjebak terhadap keadaan sendiri. Dia menatap satu titik setelah sisa – sisa kepergian Barbara meninggalkan keheningan. Bahkan pintu telah wanita itu rapatkan, sudah terlalu mengerti untuk memenangkan keadaan. Moreau memejam sebentar, lalu mengembuskan napas kasar. Sesekali ujung tangannya akan mengusap puncak kepala anjing yang begitu tenang persis seperti yang dilakukan Abihirt beberapa waktu lalu. “Kau mungkin perlu menungguku di sofa, Chicao.” Di sanalah Moreau meletakkan anjing dengan bulu kecokelatan, sementara dia mengambil langkah menuju ke meja rias. Lengannya terulur mengambil alat pengering rambut dari laci. Akan membutuhkan waktu supaya rambut membasah sedikit lebih mudah diatur. Perhatian Moreau terkadang berhenti ke arah sofa. Dia tersenyum menemukan Chicao sedang melipat d
Baca selengkapnya

Kebutuhan

“Dia sungguh bilang begitu?” tanya Moreau nyaris tak percaya. Itu kebohongan besar. Dia ingin membantah dan tiba – tiba tubuhnya didorong secara giat ke atas ranjang. Tidak ada peringatan sehingga Moreau jatuh terduduk, bersyukurlah Chicao tidak cukup dekat untuk merasakan tekanan tak terduga., dan lebih mengejutkan ... Moreau tak berdaya ketika dia menerima serangan dari ayah sambungnya. Ciuman pria itu terkesan ingin merompak apa pun hingga nyaris tak melibatkan udara di sekitar mereka. Moreau merasa sesak. Pada saat itulah Abihirt mengambil jarak beberapa saat untuk saling menatap. “Ada anjing-mu di sini.” Pria itu harus diingatkan. Kebetulan Moreau melakukan hal yang tepat. Wajah ayah sambungnya terlihat luar biasa memukau ketika melirik ke samping. Chicao sedang meringkuk seperti berusaha memahami situasi. Hanya seekor anjing, tetapi Moreau yakin bukan waktu yang tepat melakukan sesuatu di sini. Dia sudah mengumpulkan niat untuk menghentikan ayah sambungnya. Sedikit tak
Baca selengkapnya

Menyentuhnya

“Masuki aku.” Moreau bicara nyaris dengan nada memohon. Dia harus menunggu diliputi perasaan tegang saat suara gesper di celana pria itu seperti telah disingkirkan. Sesuatu terasa kokoh secara tentatif sengaja dibiarkan memukul di antara celah lembab yang terasa benar - benar membasah. Ini akan dilakukan sebentar lagi. Moreau memejam lambat merasakan Abihirt mulai memasuki tubuhnya. Desakan penuh segera menyergap ketika tubuh pria itu menghujam dengan mulut mendesis samar. Moreau menipiskan bibir merasakan setiap hentakan Abihirt seolah ingin melumpuhkan kakinya yang menekuk. Dia bertanya – tanya, seperti inikah cara pria itu melakukan hubungan intim bersama Barbara? Apakah Abihirt memang seorang maniak, atau barangkali ibunya selalu masuk ke dalam daftar pengecualian. Perbedaan umur menjadi dasar mutlak. Abihirt membutuhkan gadis muda untuk mengimbangi hasratnya yang gila, tetapi jika seperti ini ... akankah Moreau sa
Baca selengkapnya

Kali Ini Bebas

Sebentuk tubuh jangkung suaminya sedang duduk menikmati sekaleng soda di meja bar. Barbara sudah menduga hal itu, segera menghampiri Abihirt yang langsung menoleh diliputi ekspresi wajah begitu tenang. Nyaris tidak ada yang bisa terungkap ketika dia memosisikan diri duduk begitu dekat sambil memperhatikan pria itu kembali menenggak soda dengan wajah menengadah. “Apa yang kau lakukan di sini, Darling?” Mula – mula, ujung jari Barbara merambat pelan untuk menyentuh punggung tangan Abihirt yang tergoler di hadapannya. Kehangatan sang suami terasa begitu menggiurkan. Dia tersenyum dan terus – terusan memperhatikan kerongkongan pria itu bergerak naik turun. Sebenarnya, pria yang dia nikahi terlalu sempurna untuk dikhianati, tetapi Barbara tidak bisa menahan sikap romantisme yang benar – benar tidak Abihirt punya. Dia ingin suaminya, sekali saja mengucapkan kata – kata manis seperti yang sering kali Samuel berikan. Merek
Baca selengkapnya

Berpura-pura

“Abi Darling, bangun. Aku sudah harus berangkat ke bandara.” Barbara berkali – kali mengecup bibir Abihirt untuk membangunkan suaminya. Pria itu bergernyit, kemudian akan bergumam sesekali. Perasaan geli muncul di benak Barbara, tetapi dia tidak menyimpan tujuan serius saat ingin mata kelabu itu terbuka. Hanya sekadar memberitahu agar Abihirt tidak terkejut ketika dia sudah tidak ada di ranjang. Jika suaminya masih ingin tidur. Barbara tidak akan merasa keberatan. “Kau pergi ke bandara bersama siapa? Akan kutemani jika sendirian,” ucap pria itu sayup – sayup sembari berusaha mengatur posisi bangun. “Tidak usah repot – repot, Darling. Mobil jemputanku sudah menunggu. Aku hanya ingin berpamitan,” ucap Barbara sambil menekan dada Abihirt. Tahu bahwa pria itu berniat ingin mengantar dengan mobil. Dia bahkan menolak saat suaminya menawarkan tumpangan jet pribadi. Samuel ada di halaman depan, dia tak mungki
Baca selengkapnya

Permintaan

[Aku ingin kau menungguku di ruang merah.] Pesan dari nomor tidak dikenal, tetapi permintaan yang tersirat di sana, dikirim berikut dengan lokasi yang tercantum sangat jelas, itu segera memberi Moreau petunjuk. Abihirt .... Ayah sambungnya mungkin mengira Moreau telah lupa jalan menuju rumah mentereng itu. Dia mendengkus memikirkan apa yang akan pria tersebut lakukan ketika memintanya menunggu. Moreau bahkan masih di gedung latihan, meski memang sedang menyiapkan kebutuhan untuk pulang. Dia lelah setelah latihan panjang. Merasa tidak yakin mengimbangi seks kasar Abihirt. Barangkali pria itu akan marah ketika mengetahui sikap tidak patuh seperti keharusan. Ntahlah, Moreau sedikit bimbang mempertimbangkan perintah lewat pesan singkat di ponselnya.
Baca selengkapnya

Jalur Singkat

Lamat sekali perhatian Moreau terpaku lurus – lurus pada suatu hal yang sedang Abihirt lakukan di dapur. Sebelah tangan pria itu terlihat sibuk menumpahkan kapsul ke satu tangan lainnya. Sesuatu yang persis tidak dia ketahui apa, tetapi tidak pernah meninggalkan perhatian dari sana, pada tenggorokan yang bergerak ketika sedang menenggak segelas air putih. Abihirt sedang bertelanjang dada dan sepertinya baru selesai melakukan rutinitas pagi. Terungkap beberapa butir keringat di tubuh pria itu, yang berjatuhan dari pangkal rahang hingga sulur – sulur merambat ke celah otot – otot di bagian perut. Sebuah pemandangan menakjubkan di pagi hari. Moreau menelan ludah kasar, kemudian berusaha keras mengenyahkan pemikiran kotor di benaknya. Dia sungguh, tak ingin melakukan itu. Barangkali harus belajar terbiasa menghadapi tubuh kokoh Abihirt, yang tampaknya tak sadar bahwa Moreau berada sekian jengkal jarak, sampai wajah tampan itu menoleh.
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
456789
DMCA.com Protection Status