Betapa Moreau terkejut mendapati pria itu ada di hari pernikahan ibunya sebagai mempelai laki-laki. Seseorang yang dia ketahui: baru saja terlibat ke dalam hubungan satu malam bersamanya di hotel mewah. Dia cukup menyesal ketika datang terlambat ke pernikahan Barbara—hanya terpaku, setelah tidak bisa menyangkal pada satu hal. Ayah tirinya. Pria tampan, kokoh—dengan maskulinitas mencuak, adalah Abihirt yang di satu sisi selalu menyerahkan perasaan tak terduga di benak Moreau. Dia tidak tahu apakah sanggup menghindar, tetapi pria itu memiliki tekad tak terelakkan. Moreau yakin ajakan untuk menjadi simpanan merupakan bagian paling mencolok dari daftar keinginan Abihirt, dan pria itu akan secara perlahan mendapatkan apa pun keinginannya.
Lihat lebih banyakIni sudah lebih dari satu jam sejak pemutaran film dimulai. Moreau tidak tahu ke mana Abihirt pergi, tetapi pria itu tidak pernah sampai di tempat yang mereka janjikan. Dia bahkan sudah mengirimkan beberapa pesan, termasuk barcode tiket menonton dan tak satu pun dapat menyiratkan prospek bahwa Abihirt akan membacanya. Mungkin pria itu tak pernah benar – benar berniat, kemudian sengaja membiarkan Moreau menunggu dan akhirnya duduk nyaris sendirian di sini. Memang perlu digaris bawahi tentang keberadaan yang lain—penonton yang sedang menikmati alur cerita. Namun, itu tak sama seperti seseorang telah mengatakan akan hadir, walau pada kenyataannya tidak. Abihirt punya keinginan untuk tidak memberi Juan kesempatan. Dengan ironi, membuat perasaan Moreau setengah kesal. Dia sudah mati – matian menahan diri dengan tidak menyetujui permintaan Juan—saat tawaran nonton bersama kembali diberikan, sementara mereka tahu Abihirt membuat harapannya berhamburan tidak jelas. Tujuan pria it
Bukan sesuatu yang dapat dicampuri. Moreau tak ingin terjerumus terhadap pelbagai pemikiran, di mana seharusnya dia tahu bahwa terdapat risiko menjadi seorang simpanan. “Semua sudah selesai, Nona.” Tiba – tiba Caroline bicara di tengah gemuruh cukup hening. Itu menarik Moreau kembali ke permukaan hingga mengerjap untuk beberapa saat. Perlu disadari bahwa Caroline menyiapkan semua kebutuhannya dengan komplit. Memindahkan Chorrus yang digoreng matang ke atas meja makan, berikut tambahan saus cokelat sebagai pendamping utama. Moreau tersenyum, kemudian mengikuti langkah wanita itu. “Terima kasih, Caroline.” Dia duduk persis ketika tanpa peringatan Caroline menyiapkan ruang duduk untuknya. “Kau mau ikut makan denganku?” dan menambahkan pertanyaan setelah menyadari Caroline tampak memiliki minat menyelesaikan hal tersisa; seperti perangkat masak dan minyak bekas yang masih begitu panas. “Tidak, Nona. Masih ada hal yang harus saya kerjakan. Sepertinya Nyonya Barba
Setelah menarik napas cukup dalam. Moreau menuntut diri supaya siap, lalu berkata, “Kau tahu dari awal kalau aku tidak pernah menginginkan ini. Mungkin kau membuatku terbiasa, atau aku tak akan pernah benar – benar terbiasa. Sesuatu membuatku mendapatkan sudut pandang yang buruk tentang seks.” Dia langsung menatap Abihirt gugup, berharap akan ada sesuatu yang ditemukan, tetapi pria itu nyaris tidak memperlihatkan satu pun reaksi tertentu, selain mengambil langkah mundur; beranjak pergi memunguti helai kain yang tercecer sekadar berpakaian utuh di hadapannya. “Apa pun yang kulakukan, karena kita berada di bawah surat pernjanjian. Mungkin kau bisa memaafkanku jika memang terlalu kasar.” Semua diakhiri dengan pernyataan yang membuat jantung Moreau bertalu – talu keras. Dia terkesiap saat Abihirt bahkan menderap meninggalkan kamar, meninggalkan dirinya sendirian, terpaku, hampir terlalu bingung, tetapi semua masih tentang perjanjian di antara mereka. Tidak lebih. Pria
Sebuah cengkeraman terasa hangat di bagian pinggulnya. Moreau menelan ludah kasar ketika memutuskan untuk memalingkan separuh wajah. Abihirt sedang melakukan sesuatu, berhasil membuat dia melengkungkan tubuh saat kejantanan pria itu perlahan masuk di antara celah kaki yang terbuka. Besar dan kokoh ... benar – benar memberi Moreau sensansi penuh. Jemarinya mengetat di pinggir kasur tepat saat Abihirt mulai bergerak. Hujaman pria itu terkadang selalu berakhir sebagai tujuan paling kasar, sehingga dia berpikir seseorang dengan gairah seks berbeda seperti ini, seakan memiliki niat menghancurkan tubuhnya, walau Abihirt tak pernah serius terhadap hal demikian. Pria itu setidaknya butuh sesuatu untuk dilampiaskan. Hanya kebetulan dia adalah sasaran renyah.“Mmm ....”Moreau mengatupkan bibir dalam keadaan paling sadar saat hampir mengerang. Berusaha tidak menunjukkan bahwa dia terbuai, tetapi tak dimungkiri bahwa sentuhan Abihirt memberi efek yang terjal. “Mmm, Abi ....”
“Aku ingin kau menjilatnya.” Satu hal diucapkan terlalu gamblang, secara naluriah membuat Moreau hanya terpaku, lalu mengerjap berulang kali—berharap dia tak salah menafsirkan sesuatu di antara mereka. “Apa?” tanyanya sekadar memastikan kembali. “Giliranmu.” Satu kata diucapkan dengan singkat. Setelah Abihirt menggerakkan mulut dan lidah pria itu secara mahir. Sekarang Moreau dimintai untuk membayar harga supaya mereka impas. “Tapi kau tahu aku tidak—“ “Belajarlah agar bisa melakukannya.” Dia belum menyelesaikan sisa kalimat tertunda, dan pria itu sudah menangkap arah pembicaraan, seolah telah mengetahui isi pikiran yang menggantung di puncak kepala. Bagaimanapun Moreau masih begitu ragu, meski akan selalu berada di tengah situasi rumit. Abihirt tiba – tiba menarik kedua kakinya, kemudian berhenti di pinggir ranjang—tepat saat pria itu sudah menjulang tinggi, sementara Moreau harus mengambil posisi duduk dan benar – benar menengada
“Maksudmu, kita pergi nonton berdua seperti orang berpacaran?” dia kembali bertanya. Setelah ini, mungkin akan merasa bahwa posisinya sebagai seorang submisif telah mendapat prospek mengesankan. “Tidak. Kita akan pergi secara terpisah. Ada beberapa hal yang harus kuselesaikan. Kau bisa menungguku dan bertemu di tempat tujuan.” Bagaimanapun, terdapat gagasan yang sukar diterima dengan baik. Rasanya akan lebih mudah jika melakukan perjalanan bersama Juan, daripada harus terjebak pada situasi seperti pernyataan Abihirt. “Seharusnya pria sibuk sepertimu memberiku izin untuk pergi bersama temanku. Tidak usah repot – repot berinisiatif melakukan sesuatu, yang sebenarnya kau tak bisa.” Bukankah hal tersebut akan terasa lebih baik? Moreau segera menatap lamat wajah ayah sambungnya. Berharap Abihirt akan sedikit lunak, tetapi kecenderungan menjadi diam sudah merupakan suatu hal mendarah daging di dalam diri pria itu. Tidak ada lagi yang tersisa dan tiba – tiba
Permintaan Abihirt terdengar seperti perintah mutlak, dan barangkali Moreau akan merasa takut saat memutuskan untuk bersikap tak patuh. [Ada film baru di bioskop. Kau mau pergi bersamaku besok sore atau malam?] Suara Juan langsung mencuak ke permukaan, sehingga Moreau secara naluriah menatap wajah ayah sambungnya dengan harapan pria itu tidak akan menunjukkan sisi tak terduga seperti yang pernah dihadapi. Juga sudah mengatur posisi duduk persis membiarkan telapak kaki menapak di lantai kamar. Sayangnya, hanya cukup satu gelengan samar, dia mengerti terdapat sebuah larangan yang dimaksudkan ke dalam kerahasiaan mereka. Tidak. Ada sesuatu yang perlu digaris bawahi mengapa Abihirt harus memborong kebebasan dalam hidupnya. Moreau tak akan pernah setuju jika pada akhirnya pria itu akan mengatur segala bentuk hal; seperti keinginan untuk menikmati momen bersama yang lain. “Mungkin akan kupertimbangkan, Juan. Tapi aku perlu izin dari ibuku—“ Tiba
Dengan bibir setengah terbuka, Moreau yakin dia sudah siap mengatakan sesuatu, sebelum tiba – tiba Abihirt bicara kepada Caroline. “Kau bisa simpan bolpoin ini ke tempatnya. Satu lagi, bisakah kau lanjutkan pekerjaan Moreau di sini?” Bentuk keinginan ayah sambungnya mulai terasa ganjil. Moreau ingin membantah—tentu. Hanya saja dia tidak mendapat kesempatan ketika Caroline lagi – lagi bersikap patuh. “Baik, Tuan.” Wanita itu bahkan langsung mengerjakan sesuatu berdasarkan perintah. Semuanya. Yang tak dapat Moreau sangkakan jika dia masih berusaha mencari cara terbebas dari situasi menjebak di sini. Abihirt mungkin telah menyiapkan sesuatu, sehingga satu – satunya hal yang dilakukan adalah menunggu langkah Caroline benar – benar menjauh. Ya, persis ketika bahu wanita itu sudah tak terlihat, tiba – tiba Moreau merasa seperti melayang. Abihirt mengangkat tubuhnya hampir tanpa peringatan. Secara naluriah dia nyaris berteriak, tetapi penyesuaian diri yang tep
“Abi.” Mati – matian Moreau menahan suara. Harus menggigit bibir ketika mulut pria itu jatuh di garis bahunya. Aroma maskulin segera menyerbuk dengan pekat di antara mereka. Mengerikan membayangkan ini terjadi. Moreau tidak menikmati—berusaha tidak terjerembab pada perasaan seperti itu. Namun, secara naluriah dia memejam. Merasakan genggaman pada pinggir meja bar mengetat, diikuti kebutuhan dari postur tubuh yang jangkung supaya sedikit membungkuk saat Abihirt mencelupkan salah satu jemari di antara celah kaki yang dipaksa terbuka lebih lebar. “Bisakah kau hentikan kegiatan memasakmu?” Suara serak dan dalam Abihirt terdengar parau. Setidaknya ini lebih berbahaya dari yang Moreau pikirkan ketika tak memiliki kesiapan sekadar membiarkan ayah sambungnya diam melakukan pengamatan. Dia menggeleng samar, kemudian berkata, “Tidak. Aku sedang lapar. Kau yang seharusnya berhenti. Pergi dari sini.” Sambil memastikan dapat menyikuk tulang rusuk Abihirt. Moreau ha
“Satu gelas lagi.” Moreau telah menghadapi pelbagai desakan buruk sepanjang hari. Mantan kekasihnya secara sepihak mengambil pilihan untuk mengakhiri hubungan mereka. Dia sudah meminta alasan pasti sejak momen menyedihkan tersebut, tetapi Froy dan tatapan marah pria itu jelas – jelas menolak bicara. Ironi sekali. Besok merupakan hari pernikahan ibunya yang Moreau sendiri tidak tahu seperti apa rupa dari sang mempelai pria. Mereka tidak dikenalkan. Ibunya merencanakan kebutuhan diam – diam. Bahkan ada begitu banyak tekanan lain untuk meninggalkan bercak serius, yang terasa seperti melubangi jantung Moreau dengan hujaman. Dia hampir putus asa memikirkan segala hal. Beberapa saat lalu memutuskan pergi ke sebuah bar diliputi niat ingin menenangkan diri. Gaun merah mencolok begitu sempurna di tubuh langsing Moreau. Di depan meja bar, dia hanya duduk sendirian. Memandangi beberapa gelas kosong—wine telah tandas tak bersisa. Demikianlah, tenggorokannya seperti abu dengan sisa – sisa ke
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen