Betapa Moreau terkejut mendapati pria itu ada di hari pernikahan ibunya sebagai mempelai laki-laki. Seseorang yang dia ketahui: baru saja terlibat ke dalam hubungan satu malam bersamanya di hotel mewah. Dia cukup menyesal ketika datang terlambat ke pernikahan Barbara—hanya terpaku, setelah tidak bisa menyangkal pada satu hal. Ayah tirinya. Pria tampan, kokoh—dengan maskulinitas mencuak, adalah Abihirt yang di satu sisi selalu menyerahkan perasaan tak terduga di benak Moreau. Dia tidak tahu apakah sanggup menghindar, tetapi pria itu memiliki tekad tak terelakkan. Moreau yakin ajakan untuk menjadi simpanan merupakan bagian paling mencolok dari daftar keinginan Abihirt, dan pria itu akan secara perlahan mendapatkan apa pun keinginannya.
View MorePintu kamar terbuka .... Rasanya Barbara sudah menunggu begitu lama dan sekarang setiap detil perhatiannya tidak pernah luput dari tubuh jangkung Abihirt. Pria itu melangkah tanpa menatap ke arahnya, seolah perselisihan mereka memang tidak pernah selesai. Betapa menyedihkan. Barbara menghela napas diam – diam mengamati bagaimana cara Abihirt melepakan jas kerja pria itu, berikut dengan kemeja biru mudah yang merekat sempurna di tubuh besar dan keras suaminya. Sudah lama sekali mereka tidak melakukan hubungan fisik. Barbara menantikan saat – saat di mana suasana hati Abihirt dapat dikendalikan dengan baik, walau dia nyaris tak melihat prospek bagus untuk itu, sehingga sengaja menyiapkan dua rencana ketika pemikiran buruk membawanya pada kegagalan. Perlahan, Barbara segera beranjak bangun mendatangi Abihirt. Dia mendekap tubuh pria itu dari belakang. Merasakan setiap sentuhan yang dilakukan sebagai sesuatu yang menyenangkan, tanpa berusaha memikirkan reaksi Abihirt
“Kau sungguh berpikir akan mendatangiku?” tanya Moreau untuk memastikan, karena betapa pun ... ini terdengar tidak masuk akal. Abihirt tidak akan bersedia sering kali melakukan penerbangan hanya untuk sebuah pertemuan yang tak begitu krusial. Dan terlepas pria itu berkata akan mengorbankan banyak waktu terhadap kebutuhan mereka—ntah apakah benar atau tidak, prospek demikian tetap tidak begitu pantas. “Ya.” Sebuah jawaban singkat secara naluriah menarik respons Moreau supaya dia mengumpulkan seluruh perhatian menelurusi wajah tampan Abihirt. Posisi mereka dan bagaimana pria itu menegadah seraya membiarkan lingkar lengan membungkus erat tubuhnya merupakan sesuatu yang terasa cukup menyakitkan, tetapi di sisi berbeda meninggalkan kesan tak terungkapkan. “Bagaimana dengan ibuku?” tanya Moreau setelah pelbagai pertimbangan nyaris tak ingin memberi petunjuk. “Biar aku mengurus semuanya.” Ekspresi tenang Abihirt maupun nada meyakinkan dari suara serak dan dalam i
“Aku pikir kau sudah tahu ...,” ucap Moreau menanggapi. Dia mengedarkan pandangan pada langit membentang setelah mendeteksi bagaimana Abihirt cukup terkejut, tetapi reaksi pria itu tidak begitu berlebihan dan kemudian mereka sama – sama diam. “Bagaimana dengan karier olahragamu jika kau melanjutkan pendidikan?” Tiba – tiba pertanyaan dari suara serak dan dalam ayah sambungnya menyelinap ke permukaan. Lagi—Moreau menghela napas kasar, disusul bahu mengedik putus asa. “Ibuku mungkin akan memintaku pensiun dini.” “Dan kau mau?” “Aku tidak tahu, Abi. Aku sudah mengatakan kepadanya kalau aku tidak ingin melanjutkan pendidikanku. Tapi ... keputusan ibuku sudah bulat.” Ya, Moreau tidak akan pernah menyangkal apa pun. Barangkali hanya bisa berharap dan mencoba peruntungan. “Apakah kau bersedia bicara kepadanya tentang keputusan ini?” dia bertanya persis nyaris menyerupai nada berbisik. “Apa yang perlu kubicarakan?” Akan tetapi, pertanyaan Abihirt memb
Moreau ingin tahu. Sungguh, benar - benar ingin tahu. Bisakah Abihirt berkata jika pria itu menyukainya? Apakah salah jika dia berharap suami Barbara mencintainya? “Tidak ada yang sedang kurasakan.” Apa maksudnya itu? Kelopak mata Moreau menyipit, berusaha keras memahami hal – hal terasa sangat ambigu. Mungkinkah Abihirt memahami pertanyaan darinya? Apakah pria itu benar – benar mengerti sesuatu yang seharusnya tidak dibicarakan? Moreau harap mereka sedang menghadapi kesalahapahaman, sehingga rasa sakitnya tidak akan terlalu parah ketika mengetahui kalau memang tidak ada perasaan apa pun di balik sikap Abihirt yang terkadang begitu peduli dan berusaha sabar menghadapi tindakan buruk yang dia lakukan. “Kau tidak mungkin mengajakku ke tempat seperti ini, jika memang tidak ada yang kau inginkan, kan?” tanyanya sekadar memastikan semua sampai pada taraf seharusnya. Abihirt segera meninggalkan pandangan pria itu lurus ke depan; lurus menerawang; begitu banyak pertimb
Segala bentuk situasi di antara mereka adalah kejutan besar. Moreau tak menyangka jika ternyata Abihirt mengusulkan sebuah gagasan untuk menikmati saat – saat di mana langit perlahan menjadi gelap dari puncak gedung hotel. Pria itu sungguh kontradiktif. Rasanya secara ajaib membuat segala sesuatu yang ingin meledak di puncak kepalanya mendadak lenyap terhapuskan. Tidak ada lagi yang bisa dikatakan. Moreau termenung untuk beberapa saat. Tadi ... mereka hanya melakukan percakapan sesekali. Selebihnya ... semua dimulai dari hening sulur – sulur di sekitar, walau terkadang dia akan mengambil satu kebutuhan menoleh ke wajah ayah sambungnya. Wajah yang selalu tampan, tetapi sangat disayangkan jika Abihirt terlalu fokus menaruh minat sekadar menerawang lurus ke depan. Tidak ada gambaran di balik mata kelabu itu. Ayah sambungnya hanya terlihat seperti dibebani begitu banyak pemikiran yang ntah mengapa terasa tiba – tiba. Udara dari celah bibir Moreau berembus perlahan. Dia t
“Apa yang membuatmu menjemputku?” Kedua alis Moreau bertaut dalam saat dia telah berencana pulang bersama Juan, kemudian tiba – tiba menemukan Abihirt sedang menunggu di halaman parkir. Dari eksperesi wajah, hingga gestur terselebung lainnya di balik punggung pria itu, meninggalkan pelbagai hal ganjil. Abihirt bahkan tidak memberitahunya apa – apa ketika pria itu paling sering menyerahkan petunjuk dengan pesan singkat. Aneh. Moreau bertanya – tanya tak mengerti. Mengingat permasalahan mereka belakangan ini, Abihirt seharusnya lebih hati – hati mengambil keputusan. Dia tidak ingin tahu jika sekarang akan ada permintaan menuju ruang merah. Muncul pelbagai keraguan untuk menerima, tetapi Moreau belum menemukan alasan yang tepat sekadar menolak. “Masuklah ke dalam mobil.” Kali pertama suara serak dan dalam Abihirt mencuak ke permukaan rasanya membuat atmosfer terasa berbeda. Moreau menoleh ke arah Juan. Dia yakin pria itu juga dapat merasakan keanehan ketika Abihirt
Abihirt tidak pernah berharap akan melibatkan perasaan ke dalam urusan sebenarnya. Moreau memenangkan itu, meski dia selalu berjuang keras menepikan bagian menyulitkan. Dia tak bisa. Namun, juga menghadapi pelbagai masalah ketika momen menyedihkan dari masa lalu mengambil tempat. Meniduri wanita tua. Sesuatu dalam dirinya tak pernah menikmati saat – saat bersama Barbara. Semua hanya topeng belaka. Demikian pula, perasaan tak terduga kepada purti wanita itu ... tahu bagaimana cara merayu supaya dia mengurungkan niat. Tidak. Keputusan ini sudah dibuat sedetil – detilnya sejak awal. Abihirt mungkin akan merelakan perasaan kepada Moreau demi rasa sakit yang terkubur begitu jauh, agar mendapatkan keadilan dengan tepat. Dia ingin Barbara tahu bahwa kebiasaan merusak rumah tangga seseorang dapat membombardir segalanya. Kebiasaan merenggut kepunyaan orang lain dapat menghancurkan kebahagiaan, termasuk sebuah keluarga yang tadinya baik – baik saja; cinta kepad
Froy mendengkus setengah enggan. Hampir tidak menaruh kesimpulan jika ternyata Abihirt bisa menebak tujuan lain dari keberadaannya di sini. Paling tidak, ada sedikit keuntungan di mana dia merasa tak perlu mencari cara lain untuk membuka peluang. “Baiklah, Paman. Aku akan melupakan tuduhanku tentang hubunganmu dan Moreau, tapi bisakah kau tarik kembali keputusanmu? Ini sudah begitu lama. Aku masih ingin terlibat dengan proyek di beberapa cabang perusahanmu.” Kali ini Froy berjanji untuk tidak melakukan kesalahan fatal. Sudah cukup menghadapi saat – saat di mana pamannya jauh lebih realistis terhadap situasi di sekitar. Mencoret namanya dari daftar adalah bentuk hukuman paling berpengaruh. Selama ini dia telah melewati situasi dengan begitu buruk. Bahkan tersaruk – saruk. Sekarang mungkin perlu berharap jika keterdiaman Abihirt adalah bagian dari proses berpikir panjang mengenai kebutuhan yang sedang mereka hadapi. Pria itu menegakkan tubuh persis menatap ke arahnya
Froy tidak merasa khawatir melangkahkan kaki menuju kantor Abihirt. Dia sudah membuat janji temu dan sekretaris pamannya telah memantapkan saat – saat seperti ini akan menjadi peluang paling bagus. Ada sesuatu yang ingin Froy bicarakan. Itu sangat murni melibatkan Abihirt. Dia tak akan mempedulikan bagaimana reaksi sang paman, tetapi dapat dipastikan akan terselip sesuatu untuk dibayar mahal. Sudut bibir Froy menyeringai tipis kali ketika dia menekan gagang pintu dan melongokkan wajah ke dalam ruangan. Ini semacam sebuah adegan khusus di mana dia akan mendapati pamannya sedang menunggu dengan tenang di sana. Froy segera melangkahkan kaki masuk. Derap demi derap seperti mengundang pundi – pundi uang masuk ke dalam tabungan. Dia mencoba bersikap tenang, bersikap supaya tidak begitu terbaca di hadapan pria yang menatap tajam ke arahnya. “Apa yang ingin kau bicarakan?” Suara serak dan dalam Abihirt menembak langsung ke dalam percakapan. Nada tidak sabar meliputi
“Satu gelas lagi.” Moreau telah menghadapi pelbagai desakan buruk sepanjang hari. Mantan kekasihnya secara sepihak mengambil pilihan untuk mengakhiri hubungan mereka. Dia sudah meminta alasan pasti sejak momen menyedihkan tersebut, tetapi Froy dan tatapan marah pria itu jelas – jelas menolak bicara. Ironi sekali. Besok merupakan hari pernikahan ibunya yang Moreau sendiri tidak tahu seperti apa rupa dari sang mempelai pria. Mereka tidak dikenalkan. Ibunya merencanakan kebutuhan diam – diam. Bahkan ada begitu banyak tekanan lain untuk meninggalkan bercak serius, yang terasa seperti melubangi jantung Moreau dengan hujaman. Dia hampir putus asa memikirkan segala hal. Beberapa saat lalu memutuskan pergi ke sebuah bar diliputi niat ingin menenangkan diri. Gaun merah mencolok begitu sempurna di tubuh langsing Moreau. Di depan meja bar, dia hanya duduk sendirian. Memandangi beberapa gelas kosong—wine telah tandas tak bersisa. Demikianlah, tenggorokannya seperti abu dengan sisa – sisa ke...
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments