Share

Perjanjian Terlarang
Perjanjian Terlarang
Penulis: Susi_miu

One Night Stand

“Satu gelas lagi.”

Moreau telah menghadapi pelbagai desakan buruk sepanjang hari. Mantan kekasihnya secara sepihak mengambil pilihan untuk mengakhiri hubungan mereka. Dia sudah meminta alasan pasti sejak momen menyedihkan tersebut, tetapi Froy dan tatapan marah pria itu jelas – jelas menolak bicara.

Ironi sekali. Besok merupakan hari pernikahan ibunya yang Moreau sendiri tidak tahu seperti apa rupa dari sang mempelai pria. Mereka tidak dikenalkan. Ibunya merencanakan kebutuhan diam – diam. Bahkan ada begitu banyak tekanan lain untuk meninggalkan bercak serius, yang terasa seperti melubangi jantung Moreau dengan hujaman.

Dia hampir putus asa memikirkan segala hal. Beberapa saat lalu memutuskan pergi ke sebuah bar diliputi niat ingin menenangkan diri. Gaun merah mencolok begitu sempurna di tubuh langsing Moreau. Di depan meja bar, dia hanya duduk sendirian. Memandangi beberapa gelas kosong—wine telah tandas tak bersisa. Demikianlah, tenggorokannya seperti abu dengan sisa – sisa kebakaran. Benar – benar gersang. Moreau tidak pernah mengira bahwa dia akan segera mabuk.

Ya, dia mulai mabuk.

Seseorang membantunya untuk melangkah. Namun, Moreau tak pernah mengira akan menghadapi satu momen bersama seorang pria. Sebuah tangan liat menyentuh di pinggulnya, hingga aroma maskulin sepaket dengan bau alkohol yang menyengat, perlahan menyeruak terasa seperti siraman menyenangkan.

Bagian paling ekstrim dari malam ini setelah mobil berhenti di sebuah gedung tinggi, dan mereka melewati lift ... adalah sayup – sayup suara ranjang berderak. Puncak kepala Moreau membunyikan sirine bahaya. Sayang sekali, dia tak berdaya ketika sentuhan mulut seseorang memagut intim di bibirnya. Sesuatu terasa hangat. Moreau menggeliat saat ujung jari yang kasar itu bergerak menurunkan tali dress di garis bahu, gerakan yang secara tidak langsung memberi pria tersebut—siapa pun dia, peluang untuk melucuti kain merah yang dilengkapi busa di bagian dada menjadi gulungan tebal di pinggul.

“Hentikan!”

Moreau melenguh panjang merasakan genggaman mantap dan lidah yang bergerak basah di sekitar payudaranya. Sebagian naluri yang dia miliki mencoba untuk mengambil kendali dengan menyerahkan dorongan – dorongan pasti. Namun, Moreau masih tak berdaya dan malahan terdiam ketika mendapati rambut bertekstur halus meliputi ruas – ruas jari tangannya.

Siapa pria ini?

Dia bertanya – tanya bingung. Kembali menggeliat saat menghadapi bagian terakhir yang terjal. Tangan itu telah merenggut dalaman satin merah, meninggalkan begitu banyak hal yang tidak dapat Moreau hindari. Dia menengadah putus asa merasakan pria itu bergerak. Barangkali sedang melucuti kain – kain di tubuh sendiri.

Pening makin menyergap Moreau. Dia tersentak ketika menghadapi pelukan hangat. Sementara kecupan – kecupan ringan di ceruk lehernya meninggal jejak panas tak tertahan. Tangan Moreau tanpa sadar menyentuh bahu lebar pria asing ini. Kedua kakinya telah dibuka lebar. Sesuatu yang besar dan kokoh berusaha mendesak ke dalam celah lembab di tubuhnya.

Moreau meringis. Kenyitan dalam perlahan membuat pria itu berhenti. Hanya sebentar, kemudian hasrat membakar dari kebutuhan liar itu telah mengambil peran. Dorongan tentatif memenuhi tubuh Moreau. Dia ingin mengutuk diri sendiri. Betapa bodoh, telah menyerah pada seorang pria tak dikenalnya. Sisi tangguh pria itu bahkan semakin tak terkendali. Moreau merasa ... dia hampir tenggelam setelah dengan perlahan tergerus—lalu bergetar di bawah kurungan tubuh kekar. Pandangannya mulai semakin buram, dan bagian terakhir yang dapat Moreau pikirkan hanya; menyayangkan dalam satu malam, dia telah melakukan sepetak kemunduran.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status