Home / Romansa / Perjanjian Terlarang / Akhirnya Setuju

Share

Akhirnya Setuju

Author: Susi_miu
last update Last Updated: 2025-04-13 12:55:58

“Tidak, Abi. Kau tahu aku dan Juan—“

“Dia sudah menerima uangnya. Sekarang kita pulang.”

Keputusan Abihirt masih sama. Meninggalkan sesuatu yang tidak biasa Moreau singkirkan, tetapi dia merasa sangat harus.

“Aku tidak mau ikut denganmu,” ucapnya, diliputi suara yang terdengar cukup lantang. Tidak ada siapa pun dan sedikit bersyukur jika Anitta tidak mengikuti keberadaan Abihirt. Perlu digaris bawahi kalau – kalau Moreau merekatkan ujung kakinya, seolah memang tidak bersedia diajak melakukan perjalanan pulang ke rumah.

“Mengapa tidak mau?” Kernyitan di kening Abihirt menyiratkan segalanya. Moreau menelan ludah kasar sembari mencari jawaban terbaik agar bisa menghindari pelbagai tuntuntan dari pria itu.

“Aku ... hanya tidak mau,” dia mengatakannya dengan gugup. Tidak tahu apakah reaksi demikian dapat memberi banyak pengaruh tentang apa yang seharusnya tidak dan akan. Moreau tak bisa membayangkan bahwa ternyata ... dia mungkin meninggalkan pelbagai prospek kep
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Perjanjian Terlarang   Jujur

    “Aku ingin kau menjawab pertanyaanku dengan jujur.” Memang merupakan ide buruk melakukan konfrontasi di kamarnya sendiri. Moreau sudah bisa membayangkan apa yang mungkin akan Abihirt lakukan ketika dia—secara sengaja atau tidak, melukai perasaan pria itu. Namun, mungkin ... perlu lebih berhati – hati terhadap urusan yang akan melibatkan Barbara, walau ibunya jelas tidak di sini. “Jujur seperti apa yang kau inginkan?” Perhatian Moreau tidak lepas dari setiap detil hal yang ayah sambungnya lakukan. Cara Abihirt melonggarkan dasi, atau saat pria itu menyingkirkan jas yang merekat, kemudian menyisihkan ke pinggir ranjang. Semua. Tidak sedikitpun adalah pecitraan buruk. Tidak lama lagi Moreau yakin, dia akan terpukau jika tidak segera mengendalikan diri. Sambil mengembuskan napas secara perlahan, Moreau memastikan telah memiliki keyakinan utuh, lalu berkata, “Apa kau menikahi ibuku untuk menguras harta kami?” Ini terlalu konyol. Namun, bukankah negosiasi den

    Last Updated : 2025-04-14
  • Perjanjian Terlarang   Tidak Harus Menyembunyikan

    Rasa penasaran Moreau tidak bisa dialihkan. Abihirt pandai menganalisis sehingga pria itu begitu yakin terhadap situasi yang dia dan Barbara bicarakan, tetapi apakah Moreau perlu mencoba sekadar membagi? Bukankah itu sama seperti dia kembali mengkhianati ibunya lagi? Semacam paket kombo dan sebuah pilihan tetap terasa mengerikan. Moreau mengerjap. Mungkin tidak apa – apa memulai sesuatu yang membuatnya sedikit ragu. “Baiklah. Aku akan memberi tahu apa yang ibuku katakan. Tapi, bisakah kau menjawab satu pertanyaan dariku?” tanya Moreau, setidaknya dia harus lebih pintar; menjebak Abihirt masuk ke dalam satu lubang di mana tangannya-lah yang akan mengatur beberapa hal tersisa. “Apa yang ingin kau tanyakan?” “Mengapa kau mengambil alih perusahaan ayahku? Bukankah kau tahu itu diwariskan untukku?” “Apa ini yang membuatmu berusaha menghindariku?” Alih – alih menjawab persis sesuai bayangan di benak Moreau. Abihirt sebaliknya mengajukan pertanyaan. Pria itu

    Last Updated : 2025-04-14
  • Perjanjian Terlarang   Kebersamaan

    “Kau merasa ibuku berusaha menjerumuskanku?” tanya Moreau lambat dan pria itu segera menambahkan jawaban. “Ya.” “Mengapa ibuku harus melakukannya?” Lagi. Moreau mengajukan pertanyaan untuk melihat sejauh mana Abihirt dapat menambahkan komentar, meski tampaknya pria itu tidak berusaha tejerembab lebih jauh. “Hanya ibumu yang tahu jawabannya, Moreau.” Ya, Abihirt benar. Moreau bisa merasakan siapa seharusnya yang dia desak dengan pelbagai tuntutan, tetapi Abihirt telah mengatakan untuk tidak membiarkan Barbara tahu. Ibunya tak boleh tahu dan apa pun itu ... dia perlu bersikap sangat waspada di hadapan wanita tersebut. Sambil menghela napas hati – hati. Moreau memutuskan untuk memindahkan sentuhan tangan dengan menangkup wajah Abihirt—menyelam ke mata kelabu pria itu. Ada sesuatu yang tersisa dan setidaknya dia perlu tahu jawabannya. “Mengapa kau lakukan ini? Kau hanya ayah sambungku. Apa pun yang coba ibuku lakukan, seharusnya kau berada di pihakny

    Last Updated : 2025-04-15
  • Perjanjian Terlarang   Rencana Mesum

    “Bagaimana kalau ibuku mencarimu?" tanya Moreau, kemudian menelan ludah kasar saat Abihirt menutup pintu kamar seperti cara pria itu membukanya lebar. “Tidak. Aku membuat ibumu sibuk belakangan ini.” Pria itu bicara nyaris menyerupai gumaman samar. Sesuatu yang menarik perhatian Moreau. Sebelah alisnya terangkat tinggi, kemudian berkata, “Tapi tadi pagi aku masih sempat menemui ibuku.” Barbara tidak terlihat menghadapi masa – masa sulit. Seperti tidak sedang dalam tekanan waktu, sebaliknya Abihirt mengatakan prospek yang begitu kontras. “Kau bisa melihatnya nanti.” Satu kaki pria itu telah menekuk di atas ranjang. Begitu tentatif membiarkan Moreau terbaring. Sepatunya masih merekat dan Abihirt tidak harus melakukan tindakan seperti ini saat mereka bisa memulai segala sesuatu dengan pelan. Moreau mengatur posisi bangun sambil menghela napas saat mendapati Abihirt telah mengurai ikatan tali sepatunya, kemudian menyingkirkan benda tersebut hingga dia hanya

    Last Updated : 2025-04-15
  • Perjanjian Terlarang   Mengingatkan

    “Kau tidak boleh melakukan itu,” ucap Moreau sarat nada waspada. “Kenapa?” Dia terkesiap saat satu tangan Abihirt masuk ke dalaman satin, sementara telunjuk pria itu telah mencelup ke inti tubuhnya. Geraman puas ketika merasakan dia telah basah membuat Moreau seperti menghadapi masalah besar. Abihirt seakan melahapnya hidup – hidup jika mereka tidak mengendalikan ini dengan cepat. “Kita sudah sepakat kalau kau tidak akan bersikap kasar denganku. Jadi, jangan lakukan apa pun hal yang tidak akan aku setujui.” Moreau mengatakan pelbagai pemikiran di kepalanya dengan setengah gugup. Tatapan Abihirt meninggalkan beberapa hal. Butuh jeda cukup kentara dan pria itu masih menerewang lama ke arahnya. “Abi ...,” panggil Moreau lambat. Bagaimanapun, dia tidak bisa menghadai Abihirt yang seperti ini. Takut jika ternyata pria itu akan mencurigai sesuatu, bahkan menebak dengan tepat mengenai satu rahasia yang masih disembunyikan. Kehamilannya. Ya. “Aku ti

    Last Updated : 2025-04-16
  • Perjanjian Terlarang   Penawar

    “Kau sakit?” Tiba – tiba punggung tangan pria itu sudah mendarat di keningnya. Moreau sedikit tersentak, tetapi segera mengendalikan diri supaya tidak meninggalkan kesan tertentu. Dia tersenyum, walau sisa serangan gugup belum sepenuhnya hilang. “Aku mungkin hanya salah makan, Abi. Tidak apa – apa. Aku baik – baik saja.” Ada keraguan di balik mata kelabu itu, yang bisa Moreau katakan bahwa ayah sambungnya mungkin sedang menyimpan sesuatu untuk dipikirkan. Sungguh, Abihirt tak boleh menggapai suatu kesimpulan, yang akan membuat situasi menjadi runyam. Dia belum bersedia melakukan konfrontasi, andai ... ayah sambungnya benar – benar akan marah mengenai berita kehamilan ini. Sambil menghela napas, Moreau memutuskan untuk menyingkirkan tangan Abihirt, lalu menggenggam jari – jari besar pria itu dengan hangat. “Kurasa, aku memang salah makan,” ucapnya sambil menyerahkan senyum tertahan. “Salah makan? Apa yang kau makan?” Bahu Moreau merosot saat menda

    Last Updated : 2025-04-16
  • Perjanjian Terlarang   Mie Buatan Rumah

    “Bagaimana? Kau suka?” Moreau terlalu lahap, sehingga hampir tidak memiliki kesempatan bicara. Apa pun masakan Abihirt selalu lezat. Dia menyukainya. Walau sedikit menyayangkan bahwa persediaan bahan makan mentah telah habis. Tidak banyak yang bisa pria itu sajikan, selain membuat mie—khusus—dengan tepung, berikut bumbu yang benar – benar meresap di lidah. “Kau akan membuatku memintamu supaya menyiapkan mie seperti ini lagi, Daddy,” ucap Moreau setelah menelan habis gulungan mie yang terlumat di mulut. Mungkin dia begitu antusias dan pada akhirnya tidak menyadari bahwa ada sesuatu tertinggal di sudut bibir. Tubuh Moreau secara naluriah menegang saat lengan Abihirt terulur panjang. Ujung ibu jari pria itu memberi sapuan ringan di sana. Perhatian ayah sambungnya bahkan terlalu serius; meninggalkan sedikit sentuhan canggung karena dia yakin perasaan seperti ini selalu menyerahkan kesan tertentu. Terlalu berbahaya, setidaknya sampai dia benar – benar terjatuh dalam.

    Last Updated : 2025-04-17
  • Perjanjian Terlarang   Bersiap

    Nyaris tanpa sadar bibir Moreau terbuka menanggapi pernyataan ayah sambungnya. Abihirt tidak seharusnya memikirkan apa pun itu. “Lupakan dulu piring kotor. Aku yang akan menyelesaikannya nanti. Sekarang temani aku ke kamar.” Tidak peduli. Moreau kembali menarik lengan Abihirt, hingga pria itu tidak memiliki pilihan selain menurut patuh. Mereka memasuki kamar. Dia segera menutup pintu rapat, meninggalkan ayah sambungnya berdiri dengan sorot mata tidak luput saat dia melangkah menuju lemari pakaian. Moreau mengeluarkan beberapa dress, kemudian memperlihatkan di hadapan Abihirt. “Lebih bagus yang mana?” dia bertanya. Cukup mengerti bahwa tindakannya telah membuat sebelah alis tebal dan hitam itu terangkat tinggi. Abihirt seperti sedang mempertimbangkan, tetapi tidak satu pun dress di tangan Moreau berhasil menarik perhatian pria tersebut. Sambil memutar mata malas. Moreau tahu apa yang perlu dia lakukan. Dia kembali berbalik ke arah lemari pakaian. Mencari –

    Last Updated : 2025-04-17

Latest chapter

  • Perjanjian Terlarang   Kamera Tersembunyi

    “Aku tidak mau,” Moreau berkata dengan nada tegas, sementara respons Abihirt di balik pintu, membuat antisipasi dalam dirinya meningkat pesat. Pria itu sungguh akan membuat celah lebih besar dan dia harus mati – matian menahan diri. “Sepertinya aku lebih senang kau bersikap kaku dan dingin, Daddy.” Napas Moreau pendek – pendek ketika menambahkan komentar terhadap sikap Abihirt. Pintu semakin didorong dan dia hampir tidak memiliki kemampuan khusus mempertahankan apa yang seharusnya. Mengalah. Itu terdengar lebih adil daripada membiarkan semua berakhir dengan sangat buruk. Senyum begitu samar di wajah Abihirt ketika pria itu melangkahkan kaki masuk, lalu mengunci pintu dari luar; sangat meninggalkan sesuatu untuk Moreau sesali. Kali ini, dia tidak akan terpukau. Percuma. Lekuk bibir pria itu hanya seperkian detik, bahkan nyaris tidak ada kesempatan sekadar mengaguminya. “Abi, lepaskan aku!” Moreau berteriak keras ketika Abihirt mengangkat tubuhnya menuju ba

  • Perjanjian Terlarang   Tidak Puas

    Abihirt bergerak tentatif. Itu meninggalkan banyak sensasi tak terjabarkan. Moreau merasa inti tubuhnya terisi penuh. Dia bahkan mengeratkan cengkeraman saat tempo pinggul ayah sambungnya semakin cepat. Tumbukkan Abihirt benar – benar nikmat. Moreau bisa mendengar sendiri bagaimana suaranya nyaris mendekati desahan panjang, tetapi Abihirt seperti menginginkannya mengeluarkan respons lebih banyak. Tangan pria itu dengan mantap meremas payudara yang terlempar ke pelbagai arah, membuat wajah Moreau segera terangkat. Abihirt memainkan beberapa bagian sensitif di tubuhnya dengan baik dan pria itu tahu kapan harus berhenti maupun tidak, seperti ingin menguji sejauh mana dia bisa menahan diri untuk tidak memohon kepada ayah sambungnya. “Engh—Abi ....” Kelopak mata Moreau memejam, menikmati saat – saat luapan kenikmatan akan meledak. Dia membiarkan kedua kaki mengapit pinggul seksi pria itu. Abihirt masih bergerak. Kali ini ditambahkan ciuman yang mendarat di bibirnya.

  • Perjanjian Terlarang   Penetrasi

    “Kau tadi hanya tidur 15 menit. Memangnya itu cukup untuk waktu istirahatmu, huh?” tanya Moreau di sela – sela kebutuhan hampir mengeluarkan desahan samar. Abihirt luar biasa pandai dan sekarang sentuhan pria itu telah menyelinap masuk di balik kain yang membalut di tubuhnya. “Abi—“ ucap Moreau tertahan saat mendeteksi pria itu telah berhasil menarik bra hingga membuat puncak payudara yang mencuak dari bahan pakaian tipis di sana. Mata mereka bertemu. Rasanya dia hampir tersesat dan lupa bagaimana cara melarikan diri dari gairah yang telah membara. Abihirt kembali melumat bibirnya dan memainkan puting yang menegang. Moreau tidak akan diam; tidak akan kalah begitu saja saat pria itu telah membuatnya nyaris tak berdaya di bawah kurungan. Dia mulai bergerak. Membantu Abihirt menyingkirkan jas yang masih merekat, kemudian jatuh membuka satu demi satu kancing kemeja pria itu. Otot – otot yang tampak liat di permukaan dada ayah sambungnya hampir membuat Moreau tidak

  • Perjanjian Terlarang   Belum Selesai

    “Aku pikir kau tidak akan kembali,” ucap Moreau saat menyambut Abihirt yang sekarang menjulang tinggi di hadapannya. Pria itu masih dengan tampilan yang sama dari terakhir kali mereka berpisah. Dia mendadak takut membayangkan ayah sambungnya benar – benar tidak memiliki minat sekadar pulang sebentar ke rumah—menemui Barbara yang mungkin sedang menunggu dengan tidak sabar. Setelah meneguk habis jus stroberi, wanita itu langsung berpamitan pergi. Aneh. “Aku masih ingin menikmati waktu lebih lama bersamamu.” Suara serak dan dalam Abihirt secara naluriah membuat Moreau mengangkat sebelah alis tinggi. Mereka sering bertemu, tetapi pria itu selalu menyerahkan sentuhan memanas di wajahnya. “Kau tidak takut ibuku mencarimu?” dia bertanya sarat nada waspada. Abihirt baru saja berjalan masuk melewati pintu utama. Reaksi pria itu tampak sedikit tidak peduli. “Sudah kukatakan kepadamu kalau dia akan sibuk selama beberapa hari.” Kelopak mata Moreau menyipit. Rasanya, tid

  • Perjanjian Terlarang   Janggal

    “Kau menata rumah ini dengan bagus. Apa ada yang membantumu?” Moreau merasa cukup canggung ketika membuntuti ke mana langkah ibunya terus menjelajah beberapa bagian dari sudut rumah. Hanya merasa harus dan mungkin bisa bersikap waspada saat ada sesuatu yang salah di antara mereka. “Aku kadang – kadang meminta bantuan Juan, kalau barang – barang berat yang perlu disusun atau dipindahkan ke tempat seharusnya.” Padahal, bukan. Moreau tidak bisa mengatakan bahwa Abihirt berkontribusi besar terhadap suasana rumahnya yang menenangkan. Mereka bekerja sama untuk banyak hal. Apa pun yang telah disepati—barangkali tidak pernah luput dari selera Barbara. Wanita itu tampak luar biasa takjub, lalu kembali melanjutkan langkah menuju beberapa bagian lainnya. “Daripada kau terus mengikutiku, mengapa tidak kau buatkan minum untuk ibumu? Apa kau tidak ingat aku harus melakukan perjalanan jauh dari kantor ke rumahmu?” Oh—ya, benar .... Moreau hampir melupakannya. Ti

  • Perjanjian Terlarang   Dia Datang

    “Jangan lupa menghubungiku kalau kau sudah sampai,” ucap Moreau setengah berteriak. Mobil Abihirt sudah melesat di kejauhan. Tidak ada lagi hal yang perlu dia lakukan di sini. Melanjutkan pekerjaan tertunda merupakan gagasan terbaik. Dia perlu memindahkan beberapa bahan makanan mentah ke lemari pendingin. Kali pertama menginjakkan kaki ke dapur, perhatian Moreau terpaku pada kertas belanjaan yang tersusun rapi. Tampaknya Abihirt cukup peduli untuk tidak meninggalkan kekacauan di sini. Sudut bibir Moreau melekuk tanpa sadar, kemudian memulai segala sesuatu dengan pemikiran tenang. Banyak buah yang perlu dipindahkan ke keranjang, ini tidak akan lama. Dia masih begitu serius menyelesaikan semua, tetapi kemudian menyadari mesin mobil seseorang terdengar sayup – sayup menyelinap dari luar. Abihirt kembali lagi? Untuk apa? Benak Moreau bertanya – tanya. Sedikit tidak berusaha mempedulikan apa pun yang mungkin ayah sambungnya lakukan. Dia akan tetap di

  • Perjanjian Terlarang   Menemani Tidur

    Sudut bibir Moreau melekuk tipis saat dia menunduk, memperhatikan ekspresi wajah Abihirt yang tampak begitu tenang. Tidak dimungkiri, sesuatu seperti berusaha menyelinap di benaknya; lagi – lagi memberi tahu bahwa ada sekelebat bayangan—membentuk suatu rahasia yang tidak pernah bocor ke permukaan. Dia membayangkan, andai ... Abihirt sekali saja, bersedia menceritakan beberapa hal untuknya, tetapi itu merupakan gambaran paling mustahil. Moreau tidak akan pernah dipertemukan pada saat – saat tersebut dan dia seharusnya menjaga pelbagai kebutuhan di benaknya supaya tidak merasa haus terhadap informasi yang jelas tak akan sampai. Waktu terus berjalan. 15 belas menit terasa cukup sebentar. Moreau hampir tidak sadar bahwa dia nyaris menghabiskan momen sendirian di sini—tidak sebenarnya sendiri, tetapi secara teknis Abihirt meninggalkannya ... dengan tidur masih begitu lelap. Ada tuntutan mendesak supaya dia tidak membangunkan pria itu. Hanya saja, logika terus mengingat

  • Perjanjian Terlarang   Pulang

    Mereka kelelahan. Moreau sampai menjatuhkan tubuh telentang di atas sofa setelah memperhatikan Abihirt melewati ruang tamu sekadar memindahkan semua barang belanjaan ke dapur. Pria itu sudah berulang kali melakukan hal yang sama; menjelma persis ayah sambung yang perhatian, meski semua tuntutan sudah akan selesai. Moreau hanya perlu menunggu Abihirt mendatanginya. Derap langkah seseorang yang tegas adalah petunjuk, di mana dia perlu mengatur posisi sedikit bangun dan menyambut pria itu. Benar. Ekspresi Abihirt datar ketika pria itu akhirnya menjatuhkan tubuh menerungkup ke atas sofa; persis meletakkan wajah di pangkuan Moreau, tetapi tidak ada protes yang dia katakan. Malah, sebaliknya dia secara naluriah menyapukan tangan menyugar rambut hitam Abihirt. “Kau kelelahan sekali.” Hanya itu yang Moreau katakan. Napas Abihirt terasa kasar, walau pria itu sedikit bergerak ... seperti mencari titik nyaman, lalu berhenti persis menghadap perutnya. Dia hampir tidak bisa men

  • Perjanjian Terlarang   Berbaikan

    Abihirt tampak menghela napas sesaat, seperti sedang melakukan kontrol diri, kemudian pria itu menyugar rambut gelapnya ke belakang. “Aku sedang sedikit pusing.” “Pusing apa? Pusing karena menghadapiku atau ada hal lain yang kulakukan dan kau tidak menyukainya?” Moreau tahu sikapnya mulai melampaui batas, tetapi diam adalah cara Abihirt menenangkan situasi dan mereka tidak akan melakukan perdebatan panjang ketika pria itu bahkan tampak enggan menanggapi dengan emosi. Ya, sebuah sapuan lembut di tulang pipi Moreau, nyaris membuatnya terpaku; sementara deburan jantung sedang meraung – raung deras dan dia berharap Abihirt tidak akan menyadari apa pun, selain melakukan tindakan yang sama—walau itu merupakan pengaruh besar baginya. “Sudah cantik seperti ini kenapa masih suka marah – marah?” Begitu yang pria itu katakan. Secara naluriah kelopak mata Moreau melebar. Tidakkah Abihirt sadar bahwa pertanyaan barusan benar – benar hampir membuat wajahnya memerah

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status