Share

Menemani Tidur

Author: Susi_miu
last update Last Updated: 2025-04-21 17:57:25

Sudut bibir Moreau melekuk tipis saat dia menunduk, memperhatikan ekspresi wajah Abihirt yang tampak begitu tenang. Tidak dimungkiri, sesuatu seperti berusaha menyelinap di benaknya; lagi – lagi memberi tahu bahwa ada sekelebat bayangan—membentuk suatu rahasia yang tidak pernah bocor ke permukaan.

Dia membayangkan, andai ... Abihirt sekali saja, bersedia menceritakan beberapa hal untuknya, tetapi itu merupakan gambaran paling mustahil. Moreau tidak akan pernah dipertemukan pada saat – saat tersebut dan dia seharusnya menjaga pelbagai kebutuhan di benaknya supaya tidak merasa haus terhadap informasi yang jelas tak akan sampai.

Waktu terus berjalan. 15 belas menit terasa cukup sebentar. Moreau hampir tidak sadar bahwa dia nyaris menghabiskan momen sendirian di sini—tidak sebenarnya sendiri, tetapi secara teknis Abihirt meninggalkannya ... dengan tidur masih begitu lelap.

Ada tuntutan mendesak supaya dia tidak membangunkan pria itu. Hanya saja, logika terus mengingat
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Perjanjian Terlarang   Dia Datang

    “Jangan lupa menghubungiku kalau kau sudah sampai,” ucap Moreau setengah berteriak. Mobil Abihirt sudah melesat di kejauhan. Tidak ada lagi hal yang perlu dia lakukan di sini. Melanjutkan pekerjaan tertunda merupakan gagasan terbaik. Dia perlu memindahkan beberapa bahan makanan mentah ke lemari pendingin. Kali pertama menginjakkan kaki ke dapur, perhatian Moreau terpaku pada kertas belanjaan yang tersusun rapi. Tampaknya Abihirt cukup peduli untuk tidak meninggalkan kekacauan di sini. Sudut bibir Moreau melekuk tanpa sadar, kemudian memulai segala sesuatu dengan pemikiran tenang. Banyak buah yang perlu dipindahkan ke keranjang, ini tidak akan lama. Dia masih begitu serius menyelesaikan semua, tetapi kemudian menyadari mesin mobil seseorang terdengar sayup – sayup menyelinap dari luar. Abihirt kembali lagi? Untuk apa? Benak Moreau bertanya – tanya. Sedikit tidak berusaha mempedulikan apa pun yang mungkin ayah sambungnya lakukan. Dia akan tetap di

    Last Updated : 2025-04-22
  • Perjanjian Terlarang   Janggal

    “Kau menata rumah ini dengan bagus. Apa ada yang membantumu?” Moreau merasa cukup canggung ketika membuntuti ke mana langkah ibunya terus menjelajah beberapa bagian dari sudut rumah. Hanya merasa harus dan mungkin bisa bersikap waspada saat ada sesuatu yang salah di antara mereka. “Aku kadang – kadang meminta bantuan Juan, kalau barang – barang berat yang perlu disusun atau dipindahkan ke tempat seharusnya.” Padahal, bukan. Moreau tidak bisa mengatakan bahwa Abihirt berkontribusi besar terhadap suasana rumahnya yang menenangkan. Mereka bekerja sama untuk banyak hal. Apa pun yang telah disepati—barangkali tidak pernah luput dari selera Barbara. Wanita itu tampak luar biasa takjub, lalu kembali melanjutkan langkah menuju beberapa bagian lainnya. “Daripada kau terus mengikutiku, mengapa tidak kau buatkan minum untuk ibumu? Apa kau tidak ingat aku harus melakukan perjalanan jauh dari kantor ke rumahmu?” Oh—ya, benar .... Moreau hampir melupakannya. Ti

    Last Updated : 2025-04-22
  • Perjanjian Terlarang   Belum Selesai

    “Aku pikir kau tidak akan kembali,” ucap Moreau saat menyambut Abihirt yang sekarang menjulang tinggi di hadapannya. Pria itu masih dengan tampilan yang sama dari terakhir kali mereka berpisah. Dia mendadak takut membayangkan ayah sambungnya benar – benar tidak memiliki minat sekadar pulang sebentar ke rumah—menemui Barbara yang mungkin sedang menunggu dengan tidak sabar. Setelah meneguk habis jus stroberi, wanita itu langsung berpamitan pergi. Aneh. “Aku masih ingin menikmati waktu lebih lama bersamamu.” Suara serak dan dalam Abihirt secara naluriah membuat Moreau mengangkat sebelah alis tinggi. Mereka sering bertemu, tetapi pria itu selalu menyerahkan sentuhan memanas di wajahnya. “Kau tidak takut ibuku mencarimu?” dia bertanya sarat nada waspada. Abihirt baru saja berjalan masuk melewati pintu utama. Reaksi pria itu tampak sedikit tidak peduli. “Sudah kukatakan kepadamu kalau dia akan sibuk selama beberapa hari.” Kelopak mata Moreau menyipit. Rasanya, tid

    Last Updated : 2025-04-23
  • Perjanjian Terlarang   Penetrasi

    “Kau tadi hanya tidur 15 menit. Memangnya itu cukup untuk waktu istirahatmu, huh?” tanya Moreau di sela – sela kebutuhan hampir mengeluarkan desahan samar. Abihirt luar biasa pandai dan sekarang sentuhan pria itu telah menyelinap masuk di balik kain yang membalut di tubuhnya. “Abi—“ ucap Moreau tertahan saat mendeteksi pria itu telah berhasil menarik bra hingga membuat puncak payudara yang mencuak dari bahan pakaian tipis di sana. Mata mereka bertemu. Rasanya dia hampir tersesat dan lupa bagaimana cara melarikan diri dari gairah yang telah membara. Abihirt kembali melumat bibirnya dan memainkan puting yang menegang. Moreau tidak akan diam; tidak akan kalah begitu saja saat pria itu telah membuatnya nyaris tak berdaya di bawah kurungan. Dia mulai bergerak. Membantu Abihirt menyingkirkan jas yang masih merekat, kemudian jatuh membuka satu demi satu kancing kemeja pria itu. Otot – otot yang tampak liat di permukaan dada ayah sambungnya hampir membuat Moreau tidak

    Last Updated : 2025-04-23
  • Perjanjian Terlarang   Tidak Puas

    Abihirt bergerak tentatif. Itu meninggalkan banyak sensasi tak terjabarkan. Moreau merasa inti tubuhnya terisi penuh. Dia bahkan mengeratkan cengkeraman saat tempo pinggul ayah sambungnya semakin cepat. Tumbukkan Abihirt benar – benar nikmat. Moreau bisa mendengar sendiri bagaimana suaranya nyaris mendekati desahan panjang, tetapi Abihirt seperti menginginkannya mengeluarkan respons lebih banyak. Tangan pria itu dengan mantap meremas payudara yang terlempar ke pelbagai arah, membuat wajah Moreau segera terangkat. Abihirt memainkan beberapa bagian sensitif di tubuhnya dengan baik dan pria itu tahu kapan harus berhenti maupun tidak, seperti ingin menguji sejauh mana dia bisa menahan diri untuk tidak memohon kepada ayah sambungnya. “Engh—Abi ....” Kelopak mata Moreau memejam, menikmati saat – saat luapan kenikmatan akan meledak. Dia membiarkan kedua kaki mengapit pinggul seksi pria itu. Abihirt masih bergerak. Kali ini ditambahkan ciuman yang mendarat di bibirnya.

    Last Updated : 2025-04-24
  • Perjanjian Terlarang   Kamera Tersembunyi

    “Aku tidak mau,” Moreau berkata dengan nada tegas, sementara respons Abihirt di balik pintu, membuat antisipasi dalam dirinya meningkat pesat. Pria itu sungguh akan membuat celah lebih besar dan dia harus mati – matian menahan diri. “Sepertinya aku lebih senang kau bersikap kaku dan dingin, Daddy.” Napas Moreau pendek – pendek ketika menambahkan komentar terhadap sikap Abihirt. Pintu semakin didorong dan dia hampir tidak memiliki kemampuan khusus mempertahankan apa yang seharusnya. Mengalah. Itu terdengar lebih adil daripada membiarkan semua berakhir dengan sangat buruk. Senyum begitu samar di wajah Abihirt ketika pria itu melangkahkan kaki masuk, lalu mengunci pintu dari luar; sangat meninggalkan sesuatu untuk Moreau sesali. Kali ini, dia tidak akan terpukau. Percuma. Lekuk bibir pria itu hanya seperkian detik, bahkan nyaris tidak ada kesempatan sekadar mengaguminya. “Abi, lepaskan aku!” Moreau berteriak keras ketika Abihirt mengangkat tubuhnya menuju ba

    Last Updated : 2025-04-24
  • Perjanjian Terlarang   One Night Stand

    “Satu gelas lagi.” Moreau telah menghadapi pelbagai desakan buruk sepanjang hari. Mantan kekasihnya secara sepihak mengambil pilihan untuk mengakhiri hubungan mereka. Dia sudah meminta alasan pasti sejak momen menyedihkan tersebut, tetapi Froy dan tatapan marah pria itu jelas – jelas menolak bicara. Ironi sekali. Besok merupakan hari pernikahan ibunya yang Moreau sendiri tidak tahu seperti apa rupa dari sang mempelai pria. Mereka tidak dikenalkan. Ibunya merencanakan kebutuhan diam – diam. Bahkan ada begitu banyak tekanan lain untuk meninggalkan bercak serius, yang terasa seperti melubangi jantung Moreau dengan hujaman. Dia hampir putus asa memikirkan segala hal. Beberapa saat lalu memutuskan pergi ke sebuah bar diliputi niat ingin menenangkan diri. Gaun merah mencolok begitu sempurna di tubuh langsing Moreau. Di depan meja bar, dia hanya duduk sendirian. Memandangi beberapa gelas kosong—wine telah tandas tak bersisa. Demikianlah, tenggorokannya seperti abu dengan sisa – sisa ke

    Last Updated : 2024-05-13
  • Perjanjian Terlarang   Hari Pernikahan

    Abihirt Lincoln terbangun mendapati seorang gadis muda dalam balutan selimut tebal berada di ranjangnya. Dia mengerjap beberapa kali, berusaha keras mengingat sisa – sisa taruhan semalam. Roki yang bajingan dengan kurang ajar menambahkan bubuk perangsang di gelas koktail terakhir—yang harus diteguk habis—untuk merayakan hari pernikahan mendatang. “Berengsek!” Abihirt mengumpat sembari mengusap wajah kasar. Pagi ini adalah acara pemberkatan. Dia melirik jam digital di atas nakas. 30 menit waktu tersisa, tetapi sebagai pengantin pria—Abihirt belum melakukan persiapan apa pun. Sesaat mata kelabu itu mengamati wajah polos—yang perlahan mulai mengernyit menghindari siraman cahaya yang menembus dari tirai putih. Abihirt memungut kain tercecer di sekitar pinggir ranjang. Sambil mengenakan kembali kemeja putih, dia mengangkat sebelah alis tinggi saat mendapati iris mata biru yang terang telah seutuhnya terbuka dan menatap dengan sangat terkejut. “Kau siapa?” Napas Moreau tercekat.

    Last Updated : 2024-05-13

Latest chapter

  • Perjanjian Terlarang   Kamera Tersembunyi

    “Aku tidak mau,” Moreau berkata dengan nada tegas, sementara respons Abihirt di balik pintu, membuat antisipasi dalam dirinya meningkat pesat. Pria itu sungguh akan membuat celah lebih besar dan dia harus mati – matian menahan diri. “Sepertinya aku lebih senang kau bersikap kaku dan dingin, Daddy.” Napas Moreau pendek – pendek ketika menambahkan komentar terhadap sikap Abihirt. Pintu semakin didorong dan dia hampir tidak memiliki kemampuan khusus mempertahankan apa yang seharusnya. Mengalah. Itu terdengar lebih adil daripada membiarkan semua berakhir dengan sangat buruk. Senyum begitu samar di wajah Abihirt ketika pria itu melangkahkan kaki masuk, lalu mengunci pintu dari luar; sangat meninggalkan sesuatu untuk Moreau sesali. Kali ini, dia tidak akan terpukau. Percuma. Lekuk bibir pria itu hanya seperkian detik, bahkan nyaris tidak ada kesempatan sekadar mengaguminya. “Abi, lepaskan aku!” Moreau berteriak keras ketika Abihirt mengangkat tubuhnya menuju ba

  • Perjanjian Terlarang   Tidak Puas

    Abihirt bergerak tentatif. Itu meninggalkan banyak sensasi tak terjabarkan. Moreau merasa inti tubuhnya terisi penuh. Dia bahkan mengeratkan cengkeraman saat tempo pinggul ayah sambungnya semakin cepat. Tumbukkan Abihirt benar – benar nikmat. Moreau bisa mendengar sendiri bagaimana suaranya nyaris mendekati desahan panjang, tetapi Abihirt seperti menginginkannya mengeluarkan respons lebih banyak. Tangan pria itu dengan mantap meremas payudara yang terlempar ke pelbagai arah, membuat wajah Moreau segera terangkat. Abihirt memainkan beberapa bagian sensitif di tubuhnya dengan baik dan pria itu tahu kapan harus berhenti maupun tidak, seperti ingin menguji sejauh mana dia bisa menahan diri untuk tidak memohon kepada ayah sambungnya. “Engh—Abi ....” Kelopak mata Moreau memejam, menikmati saat – saat luapan kenikmatan akan meledak. Dia membiarkan kedua kaki mengapit pinggul seksi pria itu. Abihirt masih bergerak. Kali ini ditambahkan ciuman yang mendarat di bibirnya.

  • Perjanjian Terlarang   Penetrasi

    “Kau tadi hanya tidur 15 menit. Memangnya itu cukup untuk waktu istirahatmu, huh?” tanya Moreau di sela – sela kebutuhan hampir mengeluarkan desahan samar. Abihirt luar biasa pandai dan sekarang sentuhan pria itu telah menyelinap masuk di balik kain yang membalut di tubuhnya. “Abi—“ ucap Moreau tertahan saat mendeteksi pria itu telah berhasil menarik bra hingga membuat puncak payudara yang mencuak dari bahan pakaian tipis di sana. Mata mereka bertemu. Rasanya dia hampir tersesat dan lupa bagaimana cara melarikan diri dari gairah yang telah membara. Abihirt kembali melumat bibirnya dan memainkan puting yang menegang. Moreau tidak akan diam; tidak akan kalah begitu saja saat pria itu telah membuatnya nyaris tak berdaya di bawah kurungan. Dia mulai bergerak. Membantu Abihirt menyingkirkan jas yang masih merekat, kemudian jatuh membuka satu demi satu kancing kemeja pria itu. Otot – otot yang tampak liat di permukaan dada ayah sambungnya hampir membuat Moreau tidak

  • Perjanjian Terlarang   Belum Selesai

    “Aku pikir kau tidak akan kembali,” ucap Moreau saat menyambut Abihirt yang sekarang menjulang tinggi di hadapannya. Pria itu masih dengan tampilan yang sama dari terakhir kali mereka berpisah. Dia mendadak takut membayangkan ayah sambungnya benar – benar tidak memiliki minat sekadar pulang sebentar ke rumah—menemui Barbara yang mungkin sedang menunggu dengan tidak sabar. Setelah meneguk habis jus stroberi, wanita itu langsung berpamitan pergi. Aneh. “Aku masih ingin menikmati waktu lebih lama bersamamu.” Suara serak dan dalam Abihirt secara naluriah membuat Moreau mengangkat sebelah alis tinggi. Mereka sering bertemu, tetapi pria itu selalu menyerahkan sentuhan memanas di wajahnya. “Kau tidak takut ibuku mencarimu?” dia bertanya sarat nada waspada. Abihirt baru saja berjalan masuk melewati pintu utama. Reaksi pria itu tampak sedikit tidak peduli. “Sudah kukatakan kepadamu kalau dia akan sibuk selama beberapa hari.” Kelopak mata Moreau menyipit. Rasanya, tid

  • Perjanjian Terlarang   Janggal

    “Kau menata rumah ini dengan bagus. Apa ada yang membantumu?” Moreau merasa cukup canggung ketika membuntuti ke mana langkah ibunya terus menjelajah beberapa bagian dari sudut rumah. Hanya merasa harus dan mungkin bisa bersikap waspada saat ada sesuatu yang salah di antara mereka. “Aku kadang – kadang meminta bantuan Juan, kalau barang – barang berat yang perlu disusun atau dipindahkan ke tempat seharusnya.” Padahal, bukan. Moreau tidak bisa mengatakan bahwa Abihirt berkontribusi besar terhadap suasana rumahnya yang menenangkan. Mereka bekerja sama untuk banyak hal. Apa pun yang telah disepati—barangkali tidak pernah luput dari selera Barbara. Wanita itu tampak luar biasa takjub, lalu kembali melanjutkan langkah menuju beberapa bagian lainnya. “Daripada kau terus mengikutiku, mengapa tidak kau buatkan minum untuk ibumu? Apa kau tidak ingat aku harus melakukan perjalanan jauh dari kantor ke rumahmu?” Oh—ya, benar .... Moreau hampir melupakannya. Ti

  • Perjanjian Terlarang   Dia Datang

    “Jangan lupa menghubungiku kalau kau sudah sampai,” ucap Moreau setengah berteriak. Mobil Abihirt sudah melesat di kejauhan. Tidak ada lagi hal yang perlu dia lakukan di sini. Melanjutkan pekerjaan tertunda merupakan gagasan terbaik. Dia perlu memindahkan beberapa bahan makanan mentah ke lemari pendingin. Kali pertama menginjakkan kaki ke dapur, perhatian Moreau terpaku pada kertas belanjaan yang tersusun rapi. Tampaknya Abihirt cukup peduli untuk tidak meninggalkan kekacauan di sini. Sudut bibir Moreau melekuk tanpa sadar, kemudian memulai segala sesuatu dengan pemikiran tenang. Banyak buah yang perlu dipindahkan ke keranjang, ini tidak akan lama. Dia masih begitu serius menyelesaikan semua, tetapi kemudian menyadari mesin mobil seseorang terdengar sayup – sayup menyelinap dari luar. Abihirt kembali lagi? Untuk apa? Benak Moreau bertanya – tanya. Sedikit tidak berusaha mempedulikan apa pun yang mungkin ayah sambungnya lakukan. Dia akan tetap di

  • Perjanjian Terlarang   Menemani Tidur

    Sudut bibir Moreau melekuk tipis saat dia menunduk, memperhatikan ekspresi wajah Abihirt yang tampak begitu tenang. Tidak dimungkiri, sesuatu seperti berusaha menyelinap di benaknya; lagi – lagi memberi tahu bahwa ada sekelebat bayangan—membentuk suatu rahasia yang tidak pernah bocor ke permukaan. Dia membayangkan, andai ... Abihirt sekali saja, bersedia menceritakan beberapa hal untuknya, tetapi itu merupakan gambaran paling mustahil. Moreau tidak akan pernah dipertemukan pada saat – saat tersebut dan dia seharusnya menjaga pelbagai kebutuhan di benaknya supaya tidak merasa haus terhadap informasi yang jelas tak akan sampai. Waktu terus berjalan. 15 belas menit terasa cukup sebentar. Moreau hampir tidak sadar bahwa dia nyaris menghabiskan momen sendirian di sini—tidak sebenarnya sendiri, tetapi secara teknis Abihirt meninggalkannya ... dengan tidur masih begitu lelap. Ada tuntutan mendesak supaya dia tidak membangunkan pria itu. Hanya saja, logika terus mengingat

  • Perjanjian Terlarang   Pulang

    Mereka kelelahan. Moreau sampai menjatuhkan tubuh telentang di atas sofa setelah memperhatikan Abihirt melewati ruang tamu sekadar memindahkan semua barang belanjaan ke dapur. Pria itu sudah berulang kali melakukan hal yang sama; menjelma persis ayah sambung yang perhatian, meski semua tuntutan sudah akan selesai. Moreau hanya perlu menunggu Abihirt mendatanginya. Derap langkah seseorang yang tegas adalah petunjuk, di mana dia perlu mengatur posisi sedikit bangun dan menyambut pria itu. Benar. Ekspresi Abihirt datar ketika pria itu akhirnya menjatuhkan tubuh menerungkup ke atas sofa; persis meletakkan wajah di pangkuan Moreau, tetapi tidak ada protes yang dia katakan. Malah, sebaliknya dia secara naluriah menyapukan tangan menyugar rambut hitam Abihirt. “Kau kelelahan sekali.” Hanya itu yang Moreau katakan. Napas Abihirt terasa kasar, walau pria itu sedikit bergerak ... seperti mencari titik nyaman, lalu berhenti persis menghadap perutnya. Dia hampir tidak bisa men

  • Perjanjian Terlarang   Berbaikan

    Abihirt tampak menghela napas sesaat, seperti sedang melakukan kontrol diri, kemudian pria itu menyugar rambut gelapnya ke belakang. “Aku sedang sedikit pusing.” “Pusing apa? Pusing karena menghadapiku atau ada hal lain yang kulakukan dan kau tidak menyukainya?” Moreau tahu sikapnya mulai melampaui batas, tetapi diam adalah cara Abihirt menenangkan situasi dan mereka tidak akan melakukan perdebatan panjang ketika pria itu bahkan tampak enggan menanggapi dengan emosi. Ya, sebuah sapuan lembut di tulang pipi Moreau, nyaris membuatnya terpaku; sementara deburan jantung sedang meraung – raung deras dan dia berharap Abihirt tidak akan menyadari apa pun, selain melakukan tindakan yang sama—walau itu merupakan pengaruh besar baginya. “Sudah cantik seperti ini kenapa masih suka marah – marah?” Begitu yang pria itu katakan. Secara naluriah kelopak mata Moreau melebar. Tidakkah Abihirt sadar bahwa pertanyaan barusan benar – benar hampir membuat wajahnya memerah

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status