Semua Bab Perjanjian Terlarang: Bab 51 - Bab 60

86 Bab

Pelajaran Pertama

“Apa yang kau lakukan, Abi?” Dia bertanya dengan suara nyaris tercekat selagi ayah sambungnya sedang mengerjakan sesuatu. Moreau yakin pria itu telah membagi rambut panjangnya menjadi tiga bagian. Dia tak pernah memiliki poni, tetapi sisa – sisa anak rambut akan terurai sendirinya. Membuat kepang. Ya, sekarang Moreau yakin atas satu kebutuhan tersebut. Tanpa sadar dia mengetatkan genggaman tangan setelah tindakan Abihir hampir selesai. Ayah sambungnya hanya perlu mengikat dengan karet. Segala hal telah disiapkan. Moreau terpaku memperhatikan bagaimana pria itu terlihat luwes memisahkan karet yang merekat menggunakan bibir, barangkali menggigitnya. Dia bahkan menipiskan bibir menyadari tangan Abihirt bergerak tentatif menunjukkan kemampuan khusus ketika sedang mengikat di bagian ujung. Jantung Moreau lantas bertalu – talu liar pada momen iris matanya bertemu sorot kelabu yang tajam di cermin. Perasaan tak t
Baca selengkapnya

Pelajaran Sedang Berjalan

Bagaimanapun Moreau harus bergerak tanpa dihadapkan pilihan tambahan. Dia ragu – ragu menyingkirkan tas selempang berisi ponsel dan dompet di bagian pinggir, perlahan mulai menekuk kaki di atas ranjang sementara kedua tangannya menekan di kasur yang sama diliputi suara berderak. “Kau bisa memintaku berhenti jika aku melakukannya secara berlebihan.” “Melakukan ap—“ Suara Moreau terhenti sepaket dengan napas tercekat saat pukulan di bokongnya terasa cukup panas. Dia memberanikan diri menoleh ke belakang. Tangan besar Abihirt sungguh masih menggenggam satu hal yang Moreau perhatikan. Rasanya begitu takut ketika sekali lagi tamparan dari cambuk membuat dia tersentak. Diam – diam, tangan yang menekan di atas ranjang berusaha menggenggam kain di sana. Moreau tidak cukup berani bersuara setelah beberapa kali cambukan keras. Perlahan, dia kembali memalingkan wajah me
Baca selengkapnya

Selesai

[Kau ke mana saja, Moreau? Ponsel ayahmu juga tidak bisa dihubungi. Kenapa kalian kompak sekali tidak memberiku kabar?] Moreau menjauhkan seluler genggam beberapa saat sebelum mengatur napasnya agar lebih tenang. Dia menatap wajah Abihirt sebentar dan segera memutuskan kontak mata setelah menemukan alasan yang tepat. “Aku ada latihan tambahan, Mom. Dan mungkin akan pulang lebih larut. Tidak usah menungguku.” Tentang Abihirt. Moreau tak ingin melibatkan pria itu ke dalam percakapan. Biarkan ayah sambungnya yang mengatasi sisa urusan mengambang bersama Barbara—nanti. Paling tidak, sampai suara ponsel tidak lagi terungkap di antara mereka, Moreau segera menyiapkan kebutuhan untuk merenggut kain yang teronggok di lantai. Dia melirik Abihirt supaya ayah sambungnya mengerti. Cukup mengerti sehingga pria itu akhirnya melangkahkan kaki menuju ke sudut ruang sekadar meletakkan kembali cambuk berbulu ke dalam rak bertingkat. Wajah tampan itu menoleh ketika Moreau sedang mengenakan ka
Baca selengkapnya

Bersikap Baik-Baik Saja

Tidak ada tanggapan dan tiba – tiba Abihirt telah menggenggam di pergelangan tangannya untuk sama – sama meninggalkan gedung mentereng. Moreau tak berharap dia akan patuh, tetapi tubuhnya tak berdaya untuk mengenyakkan punggung di sandaran jok. Pria itu menyusul ke kursi kemudi, seolah telah lama membiarkan kebisuan menang di antara mereka. “Gabriel di belakang.” Moreau menoleh setelah pemberitahuan yang cenderung mendadak. Gabriel persis dikhususkan untuk menyusul di belakang. Sambil menelan ludah kasar dia menatap ayah sambungnya dengan perasaan bingung masih menyergap. “Apa yang harus kukatakan nanti jika ibuku bertanya?” “Aku yang akan mengurusnya.” Jika itu benar, Moreau mungkin tak perlu berusaha keras memikirkan jawaban. Tidak tahu lagi apa yang perlu mereka bicarakan, dia menatap setengah kosong ke luar jendela. Malam dan
Baca selengkapnya

Menyangkal

“Mengapa Juan harus mengajakku pergi?” tanya Moreau lambat, sesaat setelahnya dia menipiskan bibir nyaris begitu samar. Biarkan Barbara menimbang. Wanita itu tahu apa yang perlu diucapkan. “Aku tahu kebiasaan kalian berdua.” Moreau menggeleng sedikit tak percaya. “Tapi hari ini aku memang hanya latihan,” sergahnya sebagai satu bentuk penjelmaan jahat. Dia tak berdaya untuk mengucapkan kata – kata bohong. Masa sulit menuntut supaya apa pun yang Abihirt inginkan menjadi nyata. Moreau tahu pengkhianatan yang dilakukan kepada ibunya melampaui batas. Dia tak pernah berharap hal seperti ini muncul ke dalam daftar hidupnya, tetapi semua yang tak pernah Moreau dambakan sudah sepaket dengan bayangan – bayangan buruk yang mengikat. Antara bertahan dan menempatkan posisi terlalu jauh adalah dua pilihan sulit yang dia tahu bukanlah prospek bagus untuk memilih salah satunya.
Baca selengkapnya

Izin

Napas Barbara menggebu setelah menyingkir dari tubuh suaminya. Dia menarik selimut lebih tinggi, lalu bergelayut manja di lengan Abihirt, pria yang membuatnya benar – benar puas malam ini. Sambil sesekali akan mengecup otot – otot yang teras begitu keras, Barbara menengadah menatap wajah Abihirt yang sungguh mengagumkan. Suaminya sedang serius saat mengulik ponsel yang menyala. “Aku mungkin sedikit terlambat memberitahumu, tapi besok lusa akan ada pergelaran fashion di Paris. Aku terpilih sebagai salah satu designer yang harus memamerkan rancanganku. Kau tidak keberatan jika aku pergi beberapa waktu, Darling?” Setelah mengintip segala aktivitas Abihirt ketika sedang memeriksa email masuk, Barbara kembali memindahkan perhatian ke wajah suaminya. Sebelah alis pria itu terangkat tinggi menanggapi pernyataan yang dia berikan, sehingga dia buru – buru menggerakkan tangan untuk mengusap dada liat Abihirt. Berniat merayu suaminya supaya memberi izin.
Baca selengkapnya

Mencari

Napas Moreau berembus dan mulai menyerah untuk melanjutkan sisa langkah di lorong lantai dua. Dia terbangun sedikit siang karena peristiwa semalam. Ada yang perlu ditanyakan kepada Barbara tentang jaket yang sempat wanita itu pinjam, tetapi keberadaan ibunya tak kunjung ditemukan. Moreau tidak tahu apakah dia perlu berani masuk ke dalam kamar wanita itu atau tidak. Dugaan bahwa Barbara, begitu pun dengan ayah sambungnya, yang sudah berangkat ke kantor seolah mendesak sangat deras. Moreau pikir—dia perlu melakukan hal secara diam – diam dan nanti ... akan memberitahu Barbara lewat pesan suara. Jaket yang dia inginkan saat ini adalah salah satu benda berharga pemberian mendiang ayahnya. Dia merasa tidak tahan jika Barbara tak berniat memberi petunjuk untuk mengembalikan. Ntah – ntah lupa, atau memang terlalu senang terhadap bahan berbulu yang akan terasa sangat lembut. Sambil melirik ke s
Baca selengkapnya

Jaket Cokelat

Diliputi perasaan bimbang Moreau mencoba menyingkirkan satu tumpukan kain agar dia bisa mencari lebih jelas. “Apa kau pernah lihat ibuku mengenakan jaket berbulu dengan warna cokelat gelap?” tanyanya serius. “Yang seperti warna rambutmu?” Alih – alih mengajukan jawaban. Ayah sambungnya justru berbalik tanya. Moreau tak pernah mengira Abihirt akan menjulang tinggi sebegitu dekat. Pria itu hanya segaris jarak di belakang. Dia dapat merasakan bagaimana sesekali tubuh mereka bersinggungan. Lebih lama lagi Moreau akan terbiasa oleh tekstur liat dan sedikit keras, bahkan rambut panjang yang terurai sepertinya ingin merasakan sensasi tambahan, walau pada akhirnya dia terkejut menyadari Abihirt seakan – akan sedang menikmati aroma rambutnya secara diam – diam. “Apa
Baca selengkapnya

Apotek

Pria itu menambahkan, dan sekali lagi ... Moreau menggeleng tegas. Dia berdecak sambil menatap ayah sambungnya tajam. “Dokter akan bertanya beberapa hal. Aku tidak mau itu terjadi.” “Akan lebih aman bersama dokter.” Atas upaya yang coba Abihirt tawarkan, itu membuat Moreau memutar mata malas. Keputusannya masih sama. Tidak akan pernah berubah ntah harus berapa kali mendapat tekanan. Kebetulan dia masih memiliki minat untuk berdebat setelah desakan dari pelbagai arah. “Dengar, Abi. Kita sudah sepakat, aku rasa masalahnya selesai. Kau memaksaku ke dokter ... maka aku harus menjelaskan beberapa hal. Pertama kau yang menempatkanku pada posisi seperti ini. Kedua, aku sudah bilang kalau dokter akan bertanya. Dia akan mencari tahu kapan aku mengalami masa subur dan dengan siapa aku melakukannya. Itu tidak mungkin bisa kuhadapi selama kau a
Baca selengkapnya

Pertemuan Kecil

Setelah melakukan banyak pertimbangan, Moreau segera memutuskan untuk mengambil keputusan—memilih beberapa papan pil kontrasepsi sebagai antisipasi. Mungkin seharusnya tidak perlu diborong secara berlebihan. Dia yakin Abihirt akan menggunakan alat pengaman seperti pelajaran pertamanya semalam. Seharusnya memang lebih baik seperti itu, alih – alih Moreau harus mencecoki tubuh dengan sesuatu yang seharusnya masih terlalu dini, walau memang begitulah cara mengendalikan hubungan mereka. Pria selalu menjadi yang paling untung. Moreau menyayangkan bahkan tak berdaya memikirkan kegelisahannya. Merasa selesai, dia membalas senyum wanita yang baru saja menyerahkan uang kembalian, kemudian melangkah keluar apotek. Abihirt sedang menunggu di parkiran persis seperti permintaan Moreau. Dia tak ingin pria itu terlibat dan kebetulan ayah sambungnya tak memberi tanggapan secara berlebihan. Mungkin sedikit keberatan, meski sekaran
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
456789
DMCA.com Protection Status