Home / Romansa / Wanita Rahasia Dokter Arogan / Kabanata 41 - Kabanata 50

Lahat ng Kabanata ng Wanita Rahasia Dokter Arogan: Kabanata 41 - Kabanata 50

100 Kabanata

BAB 41

"Jelaskan," tuntut Aksa. Laki-laki itu melempar ponsel dalam genggamannya ke sofa. Tak takut jika lemparan itu meleset, ponsel Lara bisa hancur menjadi kepingan. Lara berjengit kaget, matanya membulat ketika tiba-tiba Aksa kembali berjalan mendekat, dengan manik mata tajam mengunci netranya. "Jangan mendekat," cegah Lara. Kedua tangan berada di depan tubuh. Tetapi bukannya mendengar, laki-laki itu justru semakin geram. Aksa menarik tubuh Lara, melingkarkan tangannya di sekitar pinggang wanita itu. Aksa melekatkan tubuh keduanya, memaksa Lara menatap ke bola mata hazel miliknya yang tengah menggelap. "Apa saja yang kamu lakukan bersama laki-laki itu?" tanya Aksa, tangan besarnya mengunci wajah Lara. "Tidak ada." "Jangan berani berbohong padaku, Laraa!" Jemari Aksa bergerak menyusur turun, melingkari leher Lara yang terbuka, menyapa kulit yang lama tak tersentuh. Tangan Aksa menekan memberi siksaan. "Katakan, ceritakan semuanya, sedetail-detailnya. Aku mau tau semuanya." Wajah Lar
last updateHuling Na-update : 2024-07-02
Magbasa pa

BAB 42

"Dokter Aksa, bagian legal ingin bertemu, apa dokter ada waktu?" Suara Dewi di intercom membawa harap. Aksa sempat teralihkan, sebentar, sebelum akhirnya kembali mengunci pandang ke arahnya. Wanita itu beranjak dari sofa, memperbaiki penampilannya yang sempat kusut di beberapa sisi. "Dokter mau saya bagaimana?" tanya Lara memberanikan diri. Otaknya terlalu rumit mengurai pemikiran Aksa yang membingungkan. Apa yang laki-laki itu inginkan darinya? Apa yang harus ia lakukan? "Dokter, maaf, bagian legal ingin bertemu untuk konsultasi sebelum bertemu pasien yang berkasus hukum." Kedua mata Aksa terpejam pekat. "Pergilah," usir Aksa. Ia memutar badan dan berjalan ke arah meja kerja-nya. Aksa menekan tombol kunci, menjawab pesan Dewi dan meminta bagian legal masuk ke ruangan. Aksa mendudukkan tubuhnya, memutar kursi membelakangi Lara. "Pergilah, sebelum kita berdua kembali mengacau." Menekan gemuruh di dada, Lara menjalankan perintah Aksa, mengambil ponsel dan laptop di sofa. "
last updateHuling Na-update : 2024-07-03
Magbasa pa

BAB 43

Cukup lama Lara membiarkan Aksa bergelung dalam tangis, melepas sebanyak-banyaknya yang ia ingin. Tangan Lara bergerak mengambil tangan Aksa untuk digenggam, mengusap lembut menenangkan. Kali ini, tangan itu tak lagi mencengkeram kuat, justru Lara melingkarkan tangan Aksa memeluk tubuhnya, membagi kehangatan. "Aku seorang pesakitan, Lara. Rumah yang kujaga berantakan," ucap Aksa ditengah usahanya merapatkan tubuh. Tak lagi kuasa menahan kesedihan yang sama, Lara memutar tubuh, menemukan mata laki-laki itu yang menyimpan ribuan luka. Tanpa perlu diminta, Lara mengeratkan pelukan keduanya, membiarkan Aksa kembali melepaskan tangis dalam dekapannya. *** Tidak hanya staf bagian legal dan Lara, tetapi masalah besar tengah mengancam saat Savira masuk ke ruangannya, menatapnya tajam dengan kedua tangan menyilang di dada. "Tante Halimah sedang sakit, dia mikirin kamu dan kamu justru menolak datang hanya karena urusan pekerjaan?!" cecar Savira, sesaat setelah berdiri di depan meja
last updateHuling Na-update : 2024-07-04
Magbasa pa

BAB 44

Seperti terdengar suara petir menyambar, menggelegar di tengah usahanya untuk tetap tenang. Aksa mencengkeram kuat potret laki-laki itu di tangannya, menatap kosong ke sisi arah lain. "Demi menjaga nama baik keluarga, menjaga Mama, papamu tetap melanjutkan rencana pernikahan kami, memberi nama Al-Fayaadh di belakang namamu," tambah Bu Halimah. Wanita itu menarik tubuh Aksa yang kaku, memeluk erat anaknya, satu-satunya yang tersisa dari laki-laki yang ia cintai. "Maafkan Mama, maafkan Papa." Pelukan di tubuh Aksa menguat. "Kesalahan papamu hanya satu, dia jatuh cinta di saat yang tidak tepat, dia menyakitimu dengan kenangan buruk perselingkuhan yang salah." "Mama tahu dengan perselingkuhan Papa?" Bu Halimah mengangguk mengiyakan. "Tetapi Mama memilih menutup mata, laki-laki itu sudah memberikan kasih sayang yang luar biasa untuk kita, papamu berhak bahagia dengan pilihannya." "Lalu bagaimana dengan Mama?" Bu Halimah mengurai pelukan, ia merangkum wajah anaknya yang suda
last updateHuling Na-update : 2024-07-05
Magbasa pa

BAB 45

Aksa berjalan mondar-mandir, di depan ruang praktik Savira di lantai dua. Memakai kemeja berwarna navy dan celana bahan sepulang kerja, Aksa menunggu jam praktik Savira berakhir. Rumah sakit Al-Fayaadh termasuk ke dalam salah satu rumah sakit swasta terbesar di Jakarta, berdiri di atas tanah seluas lebih dari dua hektar, di tengah kota Jakarta. Tidak terlalu aneh jika rumah sakit masih ramai di hampir jam tujuh malam. Banyak dokter spesialis praktek yang memilih membuka jam di malam hari, selain karena lebih fleksibel, juga karena keterbatasan waktu pasien di pagi hari saat bekerja. "Selamat malam, dr. Aksa." "Selamat malam, dok." Sapaan karyawan rumah sakit beberapa kali dijawab hangat, Aksa pun tersenyum ramah, menolak tawaran suster poli untuk pindah di doctor lounge. Sebagai seorang direktur utama, Aksa juga ingin sesekali butuh melihat jalannya pelayanan. Sudah lebih dari tiga puluh menit Aksa menunggu, tetapi pasien yang mengantre tak kunjung surut. Beberapa kali ia me
last updateHuling Na-update : 2024-07-07
Magbasa pa

BAB 46

"Maksudnya?" Dahi Aksa mengerut, mencoba mengolah pertanyaan Savira menjadi sebuah informasi yang bisa diserap. "Aku nggak paham," tambah Aksa akhirnya, setelah hitungan menit berusaha menjawab pertanyaan Savira. Malam sudah larut, ditambah lapar, tubuhnya membutuhkan asupan nutrisi untuk melakukan beberapa fungsi, termasuk berfikir dan menjawab pertanyaan Savira. "Abaikan saja, ini sudah malam, tidak usah membahas hal-hal yang berat." Setelah cukup lama menunggu, pesanan keduanya datang. Pelayan restaurant mengucapkan 'selamat makan' menggunakan bahasa Jepang yang tak Aksa pahami. Berbeda dengan Savira yang menjawab lancar. Maklum, lebih dari dua tahun wanita itu tinggal di negara sana. Makan malam yang terlalu singkat, karena baik Savira dan Aksa menghabiskan makan malam dalam waktu yang cepat. Keduanya sedang diburu waktu, karena ingin segera sampai di rumah lalu mengistirahatkan badan yang lelah. "Sepertinya aku benar-benar lapar," aku Aksa. Laki-laki itu mengelap ping
last updateHuling Na-update : 2024-07-09
Magbasa pa

BAB 47

Lara tak menyangka, dia kembali ke tempat ini setelah gejala di tubuhnya tak kunjung membaik. Dia sering kelelahan, badannya juga mulai sering demam. Tak mengindahkan saran dr. Putri, Lara tetap menghabiskan banyak waktunya di sanggar setelah pulang kerja. Ada anak-anak yang membutuhkannya di sana, menjadi hiburan lain ditengah masalah yang ia hadapi. Inilah akibat dari bermain dengan perasaan, Lara justru sakit sendiri, dia patah seorang diri. "Angka leukositnya selalu tinggi ya, Ra." Dokter Putri kembali menjelaskan hasil lab, kemarin Lara periksa darah di rumah sakit Al-Fayaadh, darah rutin seperti biasa. "Masih sering nari?" "Hehe, iyaa, dok," jawab Lara malu-malu. Dia seperti anak kecil yang baru saja mengaku sudah menghabiskan permen di toples. Lara bahkan tanpa sadar menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Jangan kecapekan," saran dr. Putri, kalimat yang sudah sering disampaikan. "Iyaa, dok. Maaf," jawabnya seperti kemarin. Tidak ada aktivitas yang membuatnya gembi
last updateHuling Na-update : 2024-07-11
Magbasa pa

BAB 48

Lara masih tak bergeming, tersenyum hambar yang sama sekali tidak berarti. "Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini, tidak tentang pertemuan kita di tempat ini, tidak tentang alasan saya di sini." Rasanya baru kemarin Lara merasa lega, tidak lagi berhadapan dengan manusia pemaksa seperti Aksa ataupun Bagas. Tetapi hari ini, dia kembali dipertemukan dengan laki-laki itu tanpa sengaja. Dan si pemaksa kembali menunjukan diri, Lara diharuskan menemani Bagas, melalui perjalanan jauh ke Bandung hanya untuk sekedar menikmati semangkok soto khas kota kembang. Bagas tahu Lara sedang izin sakit, dan laki-laki itu mendatangi kamar kos-nya tanpa pemberitahuan setelah jam praktik selesai. "Kenapa dr. Bagas selalu memaksa?" "Karena aku bisa," jawab laki-laki itu santai. Ia bahkan mengakhiri kalimatnya dengan senyuman polos yang menyebalkan. Keduanya sudah berada di mobil, perjalanan menuju Bandung. Lara memutar bola matanya jengah, memilih mengalihkan perhatian ke arah lain. Jalanan aspal
last updateHuling Na-update : 2024-07-12
Magbasa pa

BAB 49

"Ibu saya sakit, leukemia kronis. Beberapa kali membutukan perawatan yang tak murah, saya juga harus membiayai kuliah adik perempuan saya," jelas Lara, kalimat terpanjang yang keluar dari bibirnya di hari ini. "Puas?” Bagas menggeleng. "Belum." "Saya takut kehilangan Ibu, meskipun ada jaminan kesehatan, saya tetap meminta yang terbaik, saya akan melakukan apapun untuk menyalamatkan Ibu. Setidaknya itu adalah salah satu bakti seorang anak untuk orangtuanya." Anggukan kecil menunjukan rasa puas, tetapi bukannya berhenti, Bagas masih melanjutkan rasa ingin tahunya. "Aksa tahu?" "Tidak." "Poor, Lara." Benar! Lara memang menyedihkan. Sesak nafas terasa menyiksa, meskipun ia sedang berada di tengah hamparan alam yang penuh limpahan oksigen. Lalu lalang manusia di sekitarnya tak cukup mengalihkan perhatian Lara, wanita itu tetap tertarik dengan warna langit yang mulai memunculkan semburat jingga. "Kamu tahu siapa wanita yang paling Aksa benci?" Lara sempat memikirkan jawaba
last updateHuling Na-update : 2024-07-13
Magbasa pa

BAB 50

Ditengah gelapnya malam dan pekatnya perasaan. Seorang laki-laki bermanik mata hazel sedang mengamati dalam hening, menimbang di balik kemudi mobil lexus berwarna hitam. Matanya awas menatap bangunan rumah satu lantai dengan halaman luas yang ditumbuhi berbagai macam tanaman. Rumah tak berpagar, berwarna putih coklat seperti rumah sederhana pada umumnya. Sebuah rumah yang cukup dibilang paling sederhana diantara rumah lainnya. Terlalu sederhana untuk seorang laki-laki dengan nama Al-Fayaadh di belakang namanya. Pencahayaan terang di dalam rumah menandakan manusia di dalamnya masih terjaga. Berkali-kali Aksa hendak memutar haluan, pulang ke rumah lalu beristirahat seperti biasa. Tetapi gerak mobilnya justru melangkah ke rumah ini, rumah yang paling ia benci, rumah yang sama sekali tidak ada di dalam angannya untuk ia datangi. Tetapi bukankah benar, takdir bisa memutar balikan semuanya? Termasuk perasaan manusia. Pada akhirnya, Aksa berdiri di depan rumah ini, tangannya mengetu
last updateHuling Na-update : 2024-07-17
Magbasa pa
PREV
1
...
34567
...
10
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status