All Chapters of Istri Kedua yang Diinginkan: Chapter 21 - Chapter 30

86 Chapters

Part 21. Lelaki Asing

Praba tidak mendapatkan jawaban apa pun dari Talita seolah perempuan itu tidak mendengarkan ucapan Praba. Kulitnya bahkan sudah mengerut karena kedinginan. Meskipun dia merasa marah, Praba tetap harus mengeluarkan Talita dari kolam renang. Air dingin itu terasa menusuk tulang Praba ketika dia masuk ke dalam kolam renang. Menarik tangan Talita agar dia bisa membawa perempuan itu ke tepi. “Jangan pedulikan aku.” Talita memberontak sekuat yang dia bisa, tetapi tubuhnya sudah mulai melemah sehingga dengan mudah Praba mengangkatnya dan membawanya ke pinggir kolam. Bibi membawa handuk kering untuk Praba dan Talita dengan wajah panik. Bibir Talita bergetar dan bahkan tidak bisa berdiri. Tanpa banyak kata, Praba menggendong istrinya itu dan membawanya ke dalam rumah. Meminta Bibi mengikutinya agar bisa mengganti baju Talita. Perempuan itu berada di bawah selimut tebal ketika Praba masuk ke dalam kamarnya. Wajahnya tampak semakin pucat seperti tak ada darah yang mengalir ke sana. Praba meng
Read more

Part 22. Ciuman Pertama

“Maaf, tapi sepertinya Bapak salah paham.” Lelaki itu segera bersuara untuk menjelaskan. “Saya Galih, Pak. Saya pemilik toko buku. Kebetulan, Mbak Sinar waktu itu mencari buku yang stoknya sudah tidak ada. Jadi saya mengirimkan setelah saya mendapatkannya.”Beberapa hari tidak melihat Praba, entah kenapa tiba-tiba saja membuat Sinar merasa ada debaran aneh di hatinya. Ada sebuah lonjakan kebahagiaan yang muncul dengan cepat. Tidak ada yang berubah dari wajah Praba, lelaki itu masih tetap tampan dan berwibawa.Sayangnya, Praba terlalu menyebalkan. Lihat saja sekarang, dia bahkan tidak menjawab ucapan Galih sama sekali. Agar Galih tidak merasa tersinggung, maka Sinar yang akhirnya mengambil alih untuk menjawab.“Terima kasih, Mas Galih. Nanti kalau pesanan buku saya yang lain sudah datang, langsung antarkan saja.” Galih yang tadinya terlihat sedikit canggung itu akhirnya kembali santai.“Tidak perlu.” Praba bersuara untuk menjawab Sinar. “Biar nanti supir atau Bibi yang ambil bukunya di
Read more

Part 23. Nafkah Batin

“Tolong berhenti,” gumam Sinar dengan suara serak. Tubuh Sinar bergetar. Kedua tangannya meremas sisi celananya. Kepalanya seakan kosong tanpa isi.Dalam kondisi normal, seharusnya Sinar memberikan tamparan keras di wajah Praba karena telah mengambil ciuman pertamanya. Namun, tubuhnya seakan kaku tak bisa digerakkan. Lagi pula, akan menjadi kesalahannya ketika dia melakukan itu. Bagaimanapun, apa pun sebutannya, dia adalah istri sah Praba. Lelaki itu berhak melakukannya.Praba menjauhkan wajahnya dari wajah Sinar dengan napas masih menderu hangat. Tatapan Sinar sayu luar biasa dan entah kenapa itu justru membuat Praba merasa digoda habi-habisan oleh gadis itu.Tanpa memedulikan ekspresi lingung Sinar, Praba justru memeluk istri keduanya itu dan menenggelamkan wajahnya pada bahu Sinar dan menghirup wangi gadis itu.‘Sial, apa yang kamu semprotkan di tubuhmu, Sinar?’ Praba bergumam di dalam hati. Merutuki dirinya sendiri karena terbuai dengan aroma manis dari tubuh istri mudanya.Tidak i
Read more

Part 24. Kebimbangan

Praba mendorong tubuh Talita. Sorot matanya tajam mengarah pada perempuan itu. Rahang lelaki itu bahkan mengetat erat. Kepalan tangannya membulat. Jika dia tak mengingat Talita adalah istrinya, mungkin tangannya sudah melayang di wajah perempuan tersebut.Meskipun sikap Praba tak sesuai harapan, tetapi Talita masih bertahan memegangi pinggang lelaki itu.“Kita pulang sekarang,” ucap Praba“Apa aku benar-benar tidak akan mendapatkannya?” Talita tidak beralih ke mana pun. Menatap pada Praba dengan penuh permohonan. “Aku istri Mas. Kita udah lama tidak menghabiskan waktu bersama. Aku, benar-benar merindukan kamu, Mas.” Talita masih terus merayu.Inilah yang dilakukan oleh Talita selama ini untuk bertahan dengan Praba. Dia yang gencar untuk mendekat dan mengambil kesempatan. Praba tidak sekalipun memiliki inisiatif untuk melakukannya lebih dulu.Praba tetap bergeming. Rayuan yang diberikan oleh Talita seolah tidak bisa menyentuh relung hatinya. Dia kini hanya terus menatap Talita dengan da
Read more

Part 25. Musibah

Praba berdiri menimbulkan kursi beroda yang didudukinya itu terdorong ke belakang. Rahangnya mengetat dan ekpresinya dingin luar biasa. Seseorang yang tengah berbicara di depan itu seketika berhenti.“Maaf, apa Bapak membutuhkan sesuatu?” sekretaris Praba mendekat untuk memastikan sesuatu.“Lanjutkan saja meetingnya!” Hanya itu yang dikatakan sebelum dia berlari keluar dari ruangan tersebut membuat semua orang yang ada di dalam sana terdiam tak bisa mengatakan apa pun.Praba memacu mobilnya dengan cepat berharap dia bisa segera sampai di rumah sakit tempat Sinar dirawat. Dalam hati dia bertanya, seberapa parah luka yang didapat Sinar? Apakah gadis itu baik-baik saja? Lalu bagaimana dengan janin yang ada di dalam kandungannya?Praba sungguh tak bisa tenang sampai dia bisa melihat keadaan Sinar secara langsung. Mengutuk jarak yang ditempuh harus membutuhkan berjam-jam perjalanan. Tiba-tiba saja pikirannya memunculkan ide, akan lebih baik kalau Sinar tetap berada di kota sehingga akan mem
Read more

Part 26. Kekacauan

Bayinya baik-baik saja. Kandungannya juga tidak bermasalah. Itu ‘kan yang terpenting bagimu?” Praba mengatakan itu setelah berdiri di sisi lain ranjang yang ditempati Sinar. “Jadi, berhentilah marah-marah.”Praba lantas menatap Sinar sekali lagi, memastikan tidak ada luka yang serius yang didapatkan oleh perempuan itu. Praba juga sudah bertemu dengan dokter dan meminta penjelasan tentang kondisi Sinar yang sebenarnya.Melihat Praba begitu serius menatap Sinar, Talita lantas berdehem keras. Perempuan itu bersedekap di depan dada sebelum bersuara.“Bisa kita bicara, Mas? Berdua.”Praba yang tadinya menatap Sinar itu pada akhirnya mengalihkan tatapannya pada Talita. Lelaki itu mengangguk dan pergi ke luar ruangan. Hal itu membuat Sinar akhirnya bisa bernapas lega. Dikelilingi Praba dan Talita dalam waktu bersamaan, membuat Sinar merasa seperti dikurung dalam sebuah penjara. Menyesakkan.Sinar bahkan waspada dengan sikap Talita kalau-kalau dia akan kembali mendapatkan tamparan dari perempu
Read more

Part 27. Masih Abu-abu

Praba membuktikan ucapannya. Lelaki itu memperlakukan Sinar seperti seorang tahanan rumahan. Dia tidak diizinkan oleh Praba pergi ke mana pun. Semua keinginannya hanya perlu dikatakan dan seseorang akan mendapatkan untuknya.Praba ternyata membawa Sinar dan Bibi ke penthouse yang pernah Sinar datangi malam itu. Dia pikir, Praba akan membawanya ke rumah Talita dan hidup satu atap dengan istri pertamanya. Namun, anggapan Sinar ternyata salah. Praba tetap menjauhkannya dengan Talita.Terhitung sudah hampir satu bulan dia tinggal di apartemen dan sejauh ini tidak ada huru-hara apa pun. Praba seolah benar-benar menjauhkan Sinar dari segala sesuatu yang akan menjadikannya beban pikiran.“Bapak mau saya kirimkan makan siang untuk Bapak siang nanti?”Sinar kini benar-benar menyadari jika Praba akan menginap di apartemen secara terjadwal. Seperti ada sebuah pembagian waktu antara dirinya dengan Talita. Setidaknya itulah yang Sinar simpulkan.“Kalau Bapak mau, biar nanti sopir yang mengirimkanny
Read more

Part 28. Ketulusan

‘Selamat beristirahat, Nak.’Tiga kata itu seolah mengusik ketenangan Sinar malam ini sampai dia tak bisa tidur. Tangan besar Praba nan hangat itu masih terasa di perutnya. Ini kali kedua Praba melakukan itu. Namun, saat itu ada Talita di depan mereka dan Praba melakukannya hanya untuk membuat istri pertamanya itu marah.Lalu bagaimana dengan sekarang? Tidak ada siapun kecuali mereka berdua, tetapi Praba melakukannya dan membuat hati Sinar berdesir tak karuan.Sinar tidak akan lupa bagaimana dulu Praba menolak rencana sewa rahim. Namun, sekarang justru Praba lah sangat peduli dengan bayi mereka. Hal itu berbanding terbalik dengan sikap Talita.“Papamu benar-benar menyayangimu, Sayang.” Sinar mengusap perutnya yang bulat. “Berjanjilah kalau kamu akan membuat orang tuamu bangga.”Malam ini Sinar mencoba untuk memaksa matanya untuk tidur atau dia akan terus memikirkan sikap Praba. Bagaimanapun, dia adalah seorang perempuan yang memiliki hati yang lembut. Dia takut terlena dan justru jatuh
Read more

Part 29. Ketahuan

Sekitar pukul sepuluh malam, mereka akhirnya memutuskan pulang. Seperti yang Praba katakan kepada Sinar, hari ini adalah hari Sinar. Ke mana pun gadis itu ingin pergi, maka Praba akan mengikuti dan mengantarnya.“Kamu yakin kuat jalan sampai ke mobil?” tanya Praba menatap Sinar dengan napas yang ikut memberat.Mereka sedang berjalan-jalan dan menikmati keindahan kota. Sinar juga menyempatkan membeli benang rajut untuk stoknya di rumah.“Kuat sih, Pak. Cuma jangan cepat-cepat. Perut saya agak berat dan saya rasa susah bergerak.”Sinar tidak berbohong. Perut Sinar yang besar membatasi pergerakannya. Namun, dia tak pernah sekalipun mengeluh. Dia juga bersyukur, bayinya tak merepotkan sama sekali kecuali di awal-awal kehamilannya dulu.Tanpa aba-aba, Praba menarik tubuh Sinar, lalu memberikan pelukan di bahunya. Lagi. Hal itu otomatis membuat Sinar harus berpacu dengan napas dan jantung yang bedebum keras.“Bapak nggak perlu pegangi saya. Saya bisa jalan sendiri. Nggak enak kalau dilihat o
Read more

Part 30. Saling Mengancam

“Bapak tidak perlu khawatir, Saya berjanji tidak akan menyebarkan apa pun tentang Sinar. Dan akan menutup rapat tentang itu.” Gina mengimbuhi. “Saya tidak akan mengkhianati persahabatan kami.”“Bagus kalau begitu.” Praba mengangguk dan memberikan kepercayaan kepada gadis yang baru saja dilihatnya tersebut.Kejujuran adalah hal yang terbaik. Sinar bersyukur ketika dia mengatakan kondisinya kepada Gina, gadis itu mempercayainya dan tidak menyalahkannya. Sebab itulah yang dibutuhkan oleh Sinar.Terkadang dia masih merasa semua yang dilakukan ini adalah sebuah kesalahan besar. Namun, ketika dia mengingat tentang Surya, maka yang dilakukan ini benar. Ini adalah cara satu-satunya yang harus dilakukan untuk adiknya.Kejadian malam itu tidak lagi menjadi pembahasan. Baik itu Praba maupun Sinar tidak ada yang menguliknya.Untuk beberapa minggu ini, baik kehidupan Praba maupun Sinar terasa damai. Tidak ada emosi apa pun yang membuat pertikaian. Namun, tidak dengan hari ini ketika Praba tengah be
Read more
PREV
123456
...
9
DMCA.com Protection Status