“Bapak tidak perlu khawatir, Saya berjanji tidak akan menyebarkan apa pun tentang Sinar. Dan akan menutup rapat tentang itu.” Gina mengimbuhi. “Saya tidak akan mengkhianati persahabatan kami.”“Bagus kalau begitu.” Praba mengangguk dan memberikan kepercayaan kepada gadis yang baru saja dilihatnya tersebut.Kejujuran adalah hal yang terbaik. Sinar bersyukur ketika dia mengatakan kondisinya kepada Gina, gadis itu mempercayainya dan tidak menyalahkannya. Sebab itulah yang dibutuhkan oleh Sinar.Terkadang dia masih merasa semua yang dilakukan ini adalah sebuah kesalahan besar. Namun, ketika dia mengingat tentang Surya, maka yang dilakukan ini benar. Ini adalah cara satu-satunya yang harus dilakukan untuk adiknya.Kejadian malam itu tidak lagi menjadi pembahasan. Baik itu Praba maupun Sinar tidak ada yang menguliknya.Untuk beberapa minggu ini, baik kehidupan Praba maupun Sinar terasa damai. Tidak ada emosi apa pun yang membuat pertikaian. Namun, tidak dengan hari ini ketika Praba tengah be
Praba berdiri di balkon ruangannya. Mengeluarkan rokok dari tempatnya, lalu menyalakan ujungnya. Segera, kepulan asap itu menari di udara. Tangan kirinya dimasukkan ke dalam saku celana, sedangkan tangan kanannya memegangi rokok dan menghisapnya terus menerus.Pikirannya terlalu berisik sampai dia tak tahu harus menanggapi yang mana dulu. Tarikan napasnya panjang. Masih sibuk menghisap rokoknya, tatapannya mengarah pada langit malam yang berbintang.Tapi, tidak ada bulan yang muncul.Praba mengeluarkan asap rokoknya dengan kasar ketika ingatannya mengarah pada Sinar yang selalu suka dengan bulan purnama. Tidak sekalipun gadis itu melewatkan menatap benda langit tersebut saat memancar dan menunjukkan keindahannya.Mood Praba sangat buruk ketika sampai di kantor keesokan harinya. Terlebih lagi, dia tidak bisa tidur semalaman. Hal itu berimbas pada suasana hatinya yang tidak terkontrol. Dia bahkan memarahi siapa pun yang membuat kesalahan meskipun hal terkecil sekalipun.“Hari ini selain
“Kamu bicara dengan saya?”Jantung Gina hampir melompat dari sarangnya ketika suara Praba tiba-tiba saja memenuhi ruangan. Wajah Gina bahkan tampak pucat pasi ketika dia menoleh dan mendapati Praba sudah menatapnya.“Bu-kan, Pak. Saya bicara dengan Sinar.” Suaranya bahkan bergetar ketika menjawab.Praba melanjutkan langkahnya meninggalkan ruangan tersebut dengan wajah sedingin salju. Akhir-akhir ini moodnya sangat buruk dan ada banyak hal yang membuatnya ingin marah. Celetukan seringan apa pun bisa memantik api kemarahan dalam tubuhnya.Gina tak lama berada di rumah Sinar karena waktu juga sudah malam. Gadis itu pamit tak lama setelah itu dan berjanji akan datang lagi dan menemani Sinar.Sinar kembali sibuk dengan pekerjaannya ketika Praba menuruni tangga.“Temanmu sudah pulang?” tanyanya.“Sudah.”Praba menarik sebuah topi rajut berwarna coklat yang ada di atas meja. Ada sebuah gambar teddy bear yang ditempel di sana. Topi itu kecil dan terlihat menggemaskan. Sinar terlihat benar-bena
“Tidak. Biarkan saja dia istirahat.”Talita merasa belum perlu menggunakan Surya untuk sekarang. Nanti setelah dia benar-benar gagal menemukan Sinar, barulah opsi tersebut akan digunakan. Dan dia yang akan menentukan bagaimana nasib lelaki itu. Karena hidup dan mati Surya ada di tanganya.Talita pada akhirnya mencoba untuk mencarinya sendiri. Tampaknya orang-orang itu tengah berkonspirasi. Bahkan Bibi yang diutus menjaga Sinar pun tidak bisa dihubungi. Sinar pun sama. Jadi, Praba tampaknya memang sudah merencanakan ini.“Ke mana mereka!” gumam Talita pada keheningan. Merasa jengah dengan suaminya yang menyembunyikan Sinar tanpa bisa ditemukan.Membuktikan ucapan orang-orangnya, Talita akhirnya mencoba mengikuti sang suami. Dia datang ke kantor Praba dan berdiam diri di dalam mobil untuk menunggu Praba keluar. Ada seringai muncul di bibirnya ketika lelaki itu terlihat oleh matanya.Menit berlalu dan Talita masih bisa membuntuti mobil Praba, tetapi setelah itu, ada dua mobil yang tiba-ti
Talita memberikan obat perangsang dalam minuman Praba. Dia ingin mendapatkan apa yang dia inginkan setelah suaminya itu terus menolaknya. Dia adalah istri Praba, dia sah melakukan itu ketika suaminya tidak bisa diajak kerja sama.Talita menyadari jika Praba semakin jauh darinya. Praba sudah asyik dengan dunianya sendiri. Dia pasti mendapatkan pelayanan yang luar biasa dari seorang Sinar. Jadi, dia tak mau kalah.“Aku pikir hidupku baik-baik saja meskipun Mas nggak pernah mencintaiku.” Talita mengelus wajah Praba yang sedang tertidur. Permainan panas mereka membuat Talita semakin jatuh cinta kepada sang suami.Sayangnya, hatinya harus tercubit ketika Praba memanggil nama Sinar. Lelaki itu menganggap Talita adalah Sinar dan itu mengoyak habis harga dirinya.“Sekarang aku tahu apa yang harus aku lakukan.” Telunjuknya kini mengarah pada dada Praba yang tidak tertutupi selimut.Mencuri kecupan di bibir Praba, Talita menyeringai. “Kamu boleh menyembunyikan perempuan itu dariku. Lakukan kewaj
“Apa nama yang kamu usulkan?” tanya Praba lagi karena Sinar tak kunjung bersuara. “Barangkali saya bisa mempertimbangkannya.”Sinar menyebutkan satu nama. “Nama itu memiliki arti sinar atau cahaya. Saya tahu saya tidak berhak. Saya hanya berharap ada sesuatu dalam diri saya yang tersemat di dalam kehidupan anak ini.” Sinar mengelus perutnya dengan lembut.Nama yang diusulkan itu terdengar gagah. Praba bisa melihat ketulusan yang diberikan Sinar oleh putranya.“Saya yakin Bapak sangat menyayangi bayi ini. Saya pun sama.” Sinar mengeluarkan senyum kecil, netranya mengarah lurus pada Praba dengan terang-terangan. “Kalau suatu hari nanti tanpa sengaja kita bertemu dan Bapak bersamanya, tolong izinkan saya untuk menyapanya.”Praba tidak menjawab, tetapi ada sebuah palu besar yang terasa menggedor hatinya. Gadis itu bersikap seolah dia akan pergi besok.Entah kenapa hanya memikirkan tidak adanya perempuan itu di hidupnya membuat Praba resah. Tidak bisa melihat Sinar ada di dapur saat pagi ha
Mbak Sinar, Mas Surya dilarikan ke rumah sakit. Dia pingsan dan jantungnya berdenyut lemah. Sekarang dia sedang berada di UGD dan tengah ditangani.”Lutut Sinar seakan tidak bisa diajak berdiri ketika mendapatkan kabar buruk itu dari Bibi. Dunianya seakan hancur dalam hitungan detik. Apa yang membuat Surya tiba-tiba drop? Yang dia tahu, pengobatan berjalan lancar dan organ dalam tubuhnya hampir normal.Masih dengan tubuh yang bergetar, Sinar mengambil sweeter di lemari, lalu keluar dari kamar dengan wajah panik.“Sinar? Kamu kenapa?” Praba yang mendapati Sinar pucat pasi itu segera bertanya. Lelaki itu segera menangkpat tubuh Sinar yang sedikit limbung.Yang ada di dalam pikiran Praba adalah Sinar tengah mengalami kram lagi di perutnya. Dia mencoba untuk menuntut Sinar kembali masuk ke kamar, tetapi Sinar menahannya. Sinar medongak menatap Praba sebelum menjelaskan.“Saya harus pergi ke rumah sakit, Pak. Surya masuk UGD.” Ada riak keterkejutan yang tampak di wajah Praba setelah itu da
"Ketubannya sudah pecah. Ibu Sinar akan segera melahirkan.”Informasi itu membuat Praba terdiam seketika. Tak cuma Praba, Sinar pun merasakan keterkejutan yang sama. Dokter bilang HPL-nya masih dua minggu lagi. Lalu bagaimana mungkin bayinya akan lahir sekarang?Dokter menjelaskan jika itu terjadi karena beban pikiran yang tiba-tiba memberat di otak Sinar. Praba tidak terlalu memusingkan apa pun penjelasan dari dokter. Lantas dia hanya meminta agar dokter memberikan penanganan terbaik untuk Sinar.Seperti yang sudah direcanakan sejak awal, Sinar akan melahirkan dengan operasi caesar. Sebagai seorang suami, Praba ikut masuk ke dalam ruang operasi dan menemani perjuangan istri keduanya tersebut melahirkan.Melihat betapa kesakitannya Sinar, Praba membulatkan kepalan tangannya. Seandainya kejadian ini tidak terjadi, apa Sinar tetap akan kesakitan seperti sekarang. Praba dalam hati bersumpah jika dia tidak akan membuat ini mudah.Talita! Geramnya dalam hati.Operasi itu berjalan dengan lan